Saat ini keadaan kamar rawat Kenneth terasa begitu sunyi, padahal sekarang kamar rawat ini telah diisi dengan kehadiran Adinda, Arjuna dan Kenneth.
"Adinda" suara Kenneth terdengar begitu lirih. Adinda sedari tadi terus saja berusaha mati-matian agar tangisannya tidak pecah. Adinda tidak ingin terlihat lemah.
"Adinda" suara Kenneth kembali terdengar. Adinda masih tidak merespon, dirinya lebih memilih menatap sepatunya saat ini.
"Gue keluar dulu" kali ini suara Arjuna terdengar. Adinda menatap Arjuna yang berdiri disampingnya.
"Sepertinya kalian berdua butuh waktu untuk bicara" dengan segera Adinda menahan tangan Arjuna. Adinda memberikan isyarat agar tidak meninggalkannya berdua bersama Kenneth.
"Gue tau kalau lo itu cewek yang kuat, jadi jangan menangis!" setelah membisikkan hal tersebut, Arjuna bergerak melepaskan tangan Adinda yang menahannya. Tangannya bergerak mengelus puncak kepala Adinda.
"Gue keluar dulu" tanpa menunggu balasan, Arjuna berjalan keluar ruangan meninggalkan Adinda dan Kenneth.
"Adinda" suara Kenneth kembali terdengar.
"Aah" rintihan itu membuat Adinda segera mendekati tubuh Kenneth.
"Tidur aja! Gak usah paksain bangkit berdiri!" perintah Adinda.
"Tapi gu-"
"Gak ada tapi-tapian!"
"Lo khawatir sama gue?" pertanyaan Kenneth membuat Adinda terdiam. Sampai sekarang Adinda masih tidak berani menatap wajah Kenneth. Adinda takut tangisannya akan pecah, jika melihat wajah Kenneth.
"Gue mau jelasin sem-"
"Mendingan lo istirahat dulu!" perintah Adinda. Kenneth menggeleng.
"Gue mau jelasin semuanya yang terjadi dulu diantara kita"
"Itu gak penting"
"Itu penting. Sekarang waktu yang tepat, karena gue tau gak bakalan dapat kesempatan untuk jelasin semuanya sama lo lagi"
"Jangan bilang gitu!"
"Dengerin penjelasan gue ya?" mohon Kenneth. Adinda mengangguk pelan.
"Venesia adalah adik sepupu gue. Entah sejak kapan dan bagaimana awalnya, dia berubah menjadi sosok yang begitu terobsesi sama gue. Dia juga merupakan cewek yang waktu itu gue cium di cafe" Adinda mulai mengingat kejadian setahun yang lalu, dimana dirinya datang ke sebuah cafe dengan membawa cake untuk memberikan kejutan anniversary keduanya yang telah bertahan selama dua tahun. Namun saat sampai disana, Adinda malah melihat Kenneth tengah mencium perempuan lain. Hal yang hanya bisa Adinda lakukan adalah menangis, pergi, lalu meminta putus dari Kenneth.
"Gue bodoh. Gue sangat bodoh. Seharusnya gue waktu itu gak cium dia. Tapi sayangnya gue gak bisa, karena dia terus saja mengancam akan bunuh diri, kalau gue gak cium dia" Adinda memberanikan diri menatap wajah Kenneth dan disana tampak jelas wajah penuh penyelasan. Kali ini Adinda pun merasa menyesal, karena tidak pernah mau mendengarkan penjelasan Kenneth, sebelum memutuskan untuk putus secara sepihak.
"Tapi seharusnya......tapi lebih baik gue nolak dan gak takut sama ancaman gila itu, daripada gue harus kehilangan lo seperti ini. Sehar-"
"Cukup!" perintah Adinda.
"Adin-"
"Apapun itu...kenangan menyakitkan itu...semuanya telah gue maafkan"
"Gue minta maaf. Gue minta maaf, Adinda"
"Gue...gue maafin lo"
"Lo beneran mau maafin gue kan?"
"Gue maafin lo, Kenneth Ardison" tanpa bisa ditahan, air mata Adinda mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
A & A [END]
Teen FictionAdinda dan Arjuna, nama yang cukup cocok jika harus menjadi pasangan bukan? Tapi tentu hal ini tidak akan disukai oleh pemilik nama Adinda. Dia tidak suka dengan peserta MOS bernama Arjuna yang dengan sok berani menantang dirinya dipertemuan pertama...