Part 1

6.1K 183 44
                                    

Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Ibnu Majah)
.
Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasallam adalah sebaik-baik laki-laki dalam bersikap terhadap istri dan keluarganya.

.

Ternyata begini rasanya hamil, penuh perjuangan, begini rasanya jadi calon ibu, Nisa masih tidak menyangka begitu cepat Allah menitipkan makhluk-Nya dalam rahimnya. Merasakan mual-mual yang dahsyat di awal kehamilan, sensifitas sama bau di rumah Engkong yang rasanya aneh banget, bahkan bau parfum Bang Faisal aja juga rasanya aneh, bawaannya tambah pengen muntah-muntah. Tapi harus dinikmati, disyukuri sebab banyak orang yang sudah menikah bertahun-tahun belum juga diamanahi buah hati. Ia mengelus-elus perutnya yang saat ini sudah sedikit tampak lebih besar dari bulan-bulan sebelummya. Ya kandungan Nisa sudah memasuki 4 bulan, yang artinya Allah sudah meniupkan ruh pada janinnya, dan esok akan digelar pengajian empat bulanan di rumah Engkong.

Tiba-tiba bulir-bulir bening mengalir dari kedua  mata Nisa, ya ia menangis, andai kedua orang tuanya masih ada, pasti sangat bahagia menyambut calon cucunya, andai Nini juga masih ada pasti juga tak kalah bahagia, seperti Engkong yang tak sabar ingin menimang cicit pertamanya.
Papi, Eyang Utari juga bahagia sejak mengetahui kehamilan Nisa, namun sikap Mami masih saja sama, entahlah Nisa juga bingung harus bagaimana, tapi untungnya Faisal selalu berada di sisinya, sangat pengertian padanya, apalagi saat mulut pedas Mami berbicara perihal Nisa. Sabar dan syukur itu yang harus terus diusahakan meski memang tak semudah mengatakan dengan lisan, memang susah untuk dilakukan.
.
Faisal mengucap salam sembari mengetuk pintu dari luar kamar, namun tak juga ada jawaban, ia membuka perlahan melihat istrinya menangis, pandangan matanya sendu, seakan ada beban yang ingin dibagi. Ia merengkuh tubuh mungil istrinya, entah apa yang dipikirkan, sebagai suami, ia tak ingin melihat istrinya bersedih.

"Bang Isal..." Nisa menatap suaminya sembari menyenderkan kepala ke pundak suami tercintanya, ia masih menangis, bahkan kerudung peach yang dipakai pun basah dengan air matanya.

Faisal masih diam, menenangkan istrinya, sebab dia tahu pasti ada hal yang membuatnya istrinya sedih hingga menangis seperti ini, entah apa dia belum tahu pasti, dia hanya dapat menerka-nerka untuk saat ini, apa karena memang bawaan hormon ibu hamil yang sering bergonta-ganti mood, atau hal lain? Faisal memberikan jeda pada istrinya, karena pasti dia akan cerita kepadanya. Sebab dia tahu istri kesayangannya tak pernah bisa menyembunyikan sesuatu.

"Bang Isal...besok Mami juga dateng kan ke acara empat bulanan?"
"In sya Allah, Mami, Papi dan Eyang Utari, dateng kok, dek Nisa nangis gara-gara mikirin ini?"

Nisa menggelengkan kepala, sembari merapikan kerudungnya

"Nggak Bang..."
"Terus kenapa istri Abang yang cantik ini nangis?"
Sembari mengusap sisa air mata di pipi istrinya, ia pegang erat kedua tangan istrinya, sedangkan Nisa masih menundukkan kepala.

"Hei..., kenapa? Abang siap mendengarkan" tangan Faisal menyentuh dagu istrinya, agar ia bisa menatap wajahnya.

"Andai ya Bang...Papa sama Mama dan Nini masih ada..." Nisa kembali menangis, pundaknya kembali bergetar

Melihat istrinya kembali menangis, ia segera memeluk istrinya, erat, mencium puncak kepalanya yang tertutup oleh kerudung.
"Dek...coba tatap Abang, sekarang kita doain ya,  kita kirim Al-Fatihah buat Papa, Mama dan Nini yang sudah berbeda dimensi dengan kita, mereka semua melihat kita kok, hanya berbeda alam saja, justru mereka sedih kalau Nisa sedih, dikira nangi Abang nggak bisa ngebahagiain Nisa lagi" sembari memencet hidung istrinya.

Nisa mengangguk, berusaha melepaskan pencetan tangan suaminya di hidungnya.
"Ih...Bang Isal..."
"Nah gitu ketawa kan..." Dalam hati Faisal, ia merasakan bahwa masih ada yang dipikirkan oleh Nisa

"Bang...sebenernya Nisa kangeeen banget Bang sama Mama, Papa dan Nini, pengen ziarah ke makam mereka, pengen mendoakan ke pusaranya"
Faisal masih terus menatap dan mendengarkan dengan seksama apa yang keluar dari bibir mungil istrinya.

"Bang Isal, Mami bahagia nggak ya kalau anak ini udah lahir nanti?"

Wajah Faisal langsung berubah, hatinya pun ikutan sendu, apa ini yang membuat Nisa sering menangis selama beberapa hari terakhir ini? Gara-gara kepikiran Mami?

"In sya Allah, pasti Mami bahagia, siapa sih yang nggak bahagia ketika melihat cucu pertamanya nanti lahir ke dunia. Dek Nisa sabar ya...perlahan tapi pasti kita akan meluluhkan hati Mami, jangan bosan yaa, maafin Mami ya...maafin Bang Isal ya..."

"Maafin Nisa juga ya Bang...tapi Nisa pengen Bang merasakan bagaimana perhatian seorang Ibu yang bahagia ketika anaknya mengandung cucu pertamnya, yang exited banget menyambut kehadiran cucu yang ditunggu-tunggu, Nisa pengen Bang, Nisa pengen merasakan dipeluk Mami yang udah Nisa anggap juga Mami sendiri, pengen Bang merasakan diperhatikan sama Mami mertua...hiks hiks..."

Lagi-lagi Faisal merengkuh istrinya, menyalurkan energi untuk sabar dan kuat menghadapi badai dalam rumah tangga, terutama dari keluarganya.
"Allah...bukakan pintu hati Mami, agar menerima Nisa sepenuh hati, agar Mami memperlakukan Nisa seperti aku, anaknya sendiri" Doa Faisal dalam hati.
.

Faisal tahu, Nisa adalah sosok yang punya stok sabar yang sangat lebar, meski lisan Mami sering kali berkelakar dalam berujar, meski Mami memperlakukan Nisa kurang baik, namun ia tetap sabar. Ia begitu terlihat kuat di luar namun rapuh di dalam.
Faisal berusaha menjadi suami yang baik, suami yang pengertian, bahkan tak jarang ia membaca buku-buku yang berisikan tentang romantisme Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam dengan keluarganya. Perjuangan Nabi Sallahu 'alahi wasallam dengan Sayyidah Khadijah, romantismenya, begitu juga romansa cinta dengan Sayyidah Aisyah dan lainnya. Dan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam adalah sebaik-baik suri tauladan dalam segala hal, dan sosok yang harus dijadikan panutan dalam kehidupan. Ia juga sering mengikuti kajian bersama istrinya, agar bertambah keimanan, ketaqwaan dan wawasan keilmuannya. Apalagi dalam hal akhirat.
.
Rengkuhan Faisal begitu menenangkan seakan ada energi positif yang disalurkan, "Ah kenapa akhir-akhid ini aku semakin sering menangis, semakin sensitif" dalam batinnya berkata. Ia benar-benar bersyukur punya suami yang begitu sabar, begitu pengertian, padahal 'sensian, ngambekan' namun entahlah dirinya benar-benar merasakan kerinduan yang sudah lama tertahan, ia rindu, ya bukankah obat kerinduan adalah sebuah pertemuan. Dan Nisa berharap pertemuan itu menjadi kenyataan walau hanya dalam mimpinya malam ini.

"Udah sekarang kita istirahat ya...kasian dedek bayi di dalem, ikutan sedih kalau Bundanya sedih" sembari mengelus-elus perut istrinya.

"Eh Bang Isal...api buat acara besok udah siap semuanya kan Bang?"

"Udah...istri Abang yang paling cantik, paling gemesin...dek Nisa terima beres deh, besok pagi-pagi tukang dekor, catering, semuanya dateng"

"Lah pakek tukang dekor juga bang? Apa nggak berlebihan?"

"Iya...udah nggak...udah ya sekarang kita istirahat, Dek Nisa terima jadi, besok dandan yang cantik, duduk manis udah deh"

.

Sebelum keduanya benar-benar beranjak untuk tidur, rutinitasnya adalah bersih-bersih, berwudhu terlebih dahulu, menepuk-neluk kasur, membaca surat al-mulk bersama-sama, al-ikhlas, al-falaq, al-nas, syahadat dan doa sebelum tidur. Sebab manusia tak pernah tahu kapan kembali, dan tidur adalah di mana manusia dalam keadaan 'mati' sejenak. Sehingga sebelum tidur berada dalam keadaan suci.

"Selamat malam Nisa-ku, istriku, Bunda dari anak-anak-ku, i love you, saranghae, selamat malam juga anak Ayah, Have a nice dream"

"Selamaf malam Bang Isal-ku, suamiku, ayah dari anak-anak-ku, i love you, saranghae, malam Ayah..."
.

.

Hmmmm...kita doain aja lah ya si Mami biar sadar punya mantu sholihah kayak Nisa kok masih pedes aja lidahnya 😄, doain si dedek Bayi dan Bundanya biar kuat, sehat...
Besok kira² bagaimana ya...?
.
Part 1 semoga suka, semoga manfaat, jangan lupa like dan komen ya...😊😍 kasih kritik dan saran.
Jazakumullah khairan katsiron.

Cast Faisal- MRB
Cast Nisa - DH

Faisal & NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang