Part 24

707 78 7
                                    

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ،
وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ.

Rasulullah SAW bersabda:
“Ada empat perkara termasuk kebahagiaan; istri yang shalihah, tempat tinggal yang lapang, teman atau tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman.”
( HR. Ibnu Hibban)
*
*
*
*

Usai jamaah sholat Isya' di masjid Faisal segera pulang ke rumah, memasuki rumah dengan salam namun sepi tak ada jawaban. Ia lantas ke kamar melihat istrinya masih khusyu' menengadahkan tangan melafalkan doa-doa yang dilangitkan. Faisal pelan-pelan membuka laci meja perlahan, mengambil kotak beludru berwarna  abu-abu kemudian menutupnya kembali, ia bernafas lega istrinya seperti tak menyadari kehadirannya, dan buru-buru menutup pintu, ia tersenyum, lagi-lagi ia bersyukur diberikan istri sholihah seperti Nisa, bukankah sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah?

Faisal mengambil 'Macbook Air' menyalakannya sembari duduk di kursi ruang tamu, ia ingin mengecek beberapa laporan yang dikirimkan karyawan 'The Caff3' lalu melihat beberapa design rumah, dan kotak beludru berwarna abu-abu ia masukkan dalam saku bajunya. Sejujurnya ia sendiri seakan kehabisan cara buat memberikan hadiah ke istrinya, berusaha aja dengan cara sederhana tapi ngena, membekas sepanjang masa, tak akan terlupa.

Tak lama Faisal mendengar langkah kaki istrinya mendekat ke arahnya "Loh Bang Isal...udah dari tadi ye?" Nisa duduk di samping suaminya lalu mencium tangan Faisal.
"Nggak kok...barusan...eh lumayan lah..."
"Bang Isal lagi mau ngelembur kerjaan?" Meski batin Nisa heran 'tumben banget nih Bang Isal bawa urusan kerjaan ke rumah? Ah tapi mungkin emang lagi banyak laporan kali ya?'
"Nggak ini Abang cuma ngecek email aja bentar..."
"Ok kalau gitu Nisa bikinin minuman dulu yee buat Bang Isal...mau minum apa Bang?"
"Minum apa aja kalau dibuatin pakek cintanya Dek Nisa"
"Hmmm...yaudah tunggu bentar ye Bang...Nisa ke dapur dulu bikin minuman"
.
Ngecek laporan udah, sekarang ngecek design rumah yang juga dikirim via email, kira-kira Dek Nisa suka nggak ya? Ya, rumah yang memang udah Faisal impikan. Ia membayangkan bagaimana kelak berada di dalamnya, menjalani hari-hari bersama istri dan anak-anaknya. Dan ia tersenyum di depan layar Notebooknya.

"Nih...Bang Nisa buatin teh plus jahe plus daun sere masih anget...nggak pakek gula tapi..."
"Nggak pakek gula kalau minumnya sambil natap Dek Nisa jauh lebih manis dari pada gula"
"Hmmm belum juga selesai ngomong udah dikasih gombalan aje...ini...sengaja Nisa nggak kasih gula tapi madu Bang...biar sistem imun dalam tubuh kita kuat.."
"Makasih yaa cintanya Abang...tambah manis nih...udah dibikinin sama yang manis, duduk di samping yang manis...diabet nih kalau kemanisan"
"Udah ih Bang...diminum dulu...ini pakek madu yaa bukan gula...kalau madu ini nggak apa-apa...asal..."
"Asal apa?"
"Asal bukan dimadu hahahha..."

Faisal yang baru meminum satu teguk teh, kembali meletakkan di atas meja, apa Nisa masih ada sisa-sisa ngambek dari 3 hari yang lalu, setelah kejadian di mall? Ia menatap istrinya.
"Dek Nisa masih ngambek ya...gara² kejadian di mall yang lalu?"
"Eh nggak...Nisa udah nggak ngambek...Abang aja paling hayooo yang salting gitu..."
"Lah...ini dimadu..."
"Bang...Nisa bercanda...hhahahaah serius banget wajahnya Bang..."
"Kirain masih ada sisa-sisa ngambeknya"
"Nggak...Nisa minta maaf ye Bang...mungkin Nisa yang keterlaluan...lagian nggak tahu tiba-tiba jadi kesel banget lihat mba kasirnya nata Bang Isal segitunya"
"Maklum...punya suami ganteng kayak begini..."
Nisa mencubit lengan suaminya "Uh...PD nya emang ya...nggak ketulungan, eh Bang...itu design rumah siapa Bang?"
Faisal sengaja membuka gambar design di depan istrinya "Design rumah kita..."
"Bagus Bang...eh tapi ngomong-ngomong di mana Bang?"
"Ya rencana sih nyari lahan yang deket sama alam gitu jadi adem...dapet di kawasan perumahan elite kalau Dek Nisa sendiri gimana?"
Nisa meletakkan kedua tangannya ke wajah suaminya, dan Faisal pun memegangi kedua tangan istrinya yang menangkup wajahnya, mereka berdua saling tatap. Ya urusan tempat tinggal memang pernah dibicarakan, sesuai kesepakatan tinggal di rumah Engkong, tapi Faisal sendiri ingin memberikan 'rumah' untuk keluarga kecilnya.

"Bang...belumnya Nisa makasiiiih banget Bang...bukan maksud Nisa nggak nerima ide Abang buat beli rumah di kawasan perumahan elite, tapi Nisa lebih nyaman tinggal di sini, dari lingkungannya, tetangga-tetangga yang baik, warga kampung yang ramah, terus juga warga banyak yang ke masjid, masih banyak yang peduli untuk memakmurkan masjid,  bukan maksud gimana-gimana Bang...kalau tinggal di kawasan kayak gitu nanti adaptasi lagi, dan meski memang strategis, bagus tapi kalau nantinya sesama tetangga aja nggak saling kenal, bahkan tak peduli dengan tetangganya gimana Bang? Terus warganya nggak kayak di Kampung Manggis gimana? Terus nanti jauh sama Engkong dan Mama Soraya bagaimana? Terus jauh dari masjid? Begitu juga untuk tumbuh kembang anak-anak kita nanti yang butuh keluarga serta lingkungan yang baik"

Faisal mengerti kekawatiran Nisa, ya untuk apa Untuk apa rumah gedongan jika hidup tak nyaman, untuk apa rumah mewah jika lingkungan tak saling bertegur sapa, untuk apa rumah rumah elite jika lingkungan tak meramaikan masjid.
Kedua telapak tangan Faisal kini menurunkan tangan istrinya, mengenggam erat "Kalau itu yang Dek Nisa mau...dan buat masa depan kita, si kembar keluarga kecil kita nantinya Abang nggak memaksa...tapi Abang punya jalan tengah...bagaimana kalau ini rumah kita izin ke Engkong buat renovasi..."
"Nah...itu Nisa setuju Bang..." Nisa tersenyum dan matanya berbinar-binar dengan ide suaminya, ya Bang Isal selalu bisa mencari jalan tengah.
Faisal menempelkan kepalanya ke perut Nisa "Bagaimana anak-anak Ayah...setuju kan kalau rumahnya direnovasi?"
"Setuju Ayah..." Nisa juga mengusap-usap kepala suaminya yang berada di perutnya, dan Faisal sengaja menjatuhkan kotak beludru ke lantai.
"Kok kayak ada yang jatoh ya Bang...itu...bentar deh Bang"
Faisal melirik istrinya namun kepalanya masih berada di dekat perut Nisa, ia berharap semoga kejutan ini berhasil. Ia lalu bangkit ke posisi awal duduk berhadapan dengan istrinya pura-pura tidak tahu.
"Ah masak sih...apa yang jatoh?"
"Itu...coba Nisa ambil..." Kotak beludru abu-abu itu tak jauh dari kaki Nisa, pelan-pelan ia mengambil.
"Bang...ini...apa? Kayak kotak..."
"Coba Dek Nisa buka aja..."


*****
Bagaimana part ini? 😊
Gimana lanjut nggak? 🤣

Maafkan yaa...author oleng hidung meler...jaga kesehatan semuanya...

Salam
~ Ummu Salamah Ali ~







Faisal & NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang