13 B

1K 88 10
                                    

Allah memberikan 'luka' pada kita bukan karena tak cinta, namun agar menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, lebih bijak dan dewasa dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Justru setiap 'luka' ada obat dari-Nya selama manusia mendekat pada-Nya.
*
*
*
*

#DiNikahanAndi&Laila

Sejujurnya Andi grogi, jantungnya berdegup lebih kencang, benar-benar deg-degan, diliputi kegundahan bagaimana tidak? Hari sakral yang dinantikan sudah ada di hadapan, yang pastinya bukan hanya status saja yang akan mengalami perubahan tapi juga a...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya Andi grogi, jantungnya berdegup lebih kencang, benar-benar deg-degan, diliputi kegundahan bagaimana tidak? Hari sakral yang dinantikan sudah ada di hadapan, yang pastinya bukan hanya status saja yang akan mengalami perubahan tapi juga amanah di pundaknya pun bertambah lagi 'beban' namun dengan ia tetap penuh keyakinan bahwa Allah akan memudahkan.

Andi meremas-remas kedua tangannya, Faisal yang melihat kegugupan Andi menepuk pundak sahabatnya dari belakang dan membisikkan "Deg-degan juga kan lo bro...santai aja bro pasti bisa, bismillah aja lah pasti bisa"

Andi mengangguk menoleh dan tersenyum ke arah Faisal, "Heheeh...iya bro...begini ye rasanye..."

Lisan Andi tampak berkomat-kamit merapalkan doa agar ia diberikan kelancaran dalam mengucapkan janji suci pernikahan. Semua saksi, penghulu sudah siap, begitu juga Ustadz Yahya yang akan menikahkan anaknya, ia sudah menjabat tangan Andi. Prosesi akad nikah menggunakan bahasa Arab sesuai permintaan Laila dan juga Ustadz Yahya, alhamdulillah Andi mampu melewatinya dengan satu tarikan nafas.

"Qabiltu nikahaha watazwijaha bil mahril madzkur haaalan"

"Bagaimana para saksi sah?" Penghulu menanyakan kepada para Babe Markum sebagai saksi

"Sah" para sasksi dan juga warga bergemuruh kompak mengatakannya, semua turut serta bahagia dengan pernikahan keduanya.

.

Saat kata "sah" riuh bergemuruh mata Laila berkaca-kaca, ia masih tak menyangka kini ia telah menjadi seoarang istri yang ridhonya telah berganti kepada suami, dan tetap wajib berbakti pada kedua orang tuanya dan orang tua suami tanpa ada kata 'tapi' tanpa ada kata 'pilih-pilih' tanpa ada kata 'nanti' semua memiliki porsi sendiri-sendiri yang harus dipatuhi dan ditaati. Keluarganya kini bertambah, cinta dan sayangnya juga harus bertambah sebab akan terbagi waktunya nanti. Karena menikah bukan hanya menyatukan dua hati dan dua pikiran yang berbeda namun juga kedua keluarga.

.

Laila meneteskan air mata, matanya sudah bekaca-kaca sejak semalam bukan air mata kesedihan tapi tangis keharuan penuh kesyukuran dan kebahagiaan, betapa scenario Allah itu yang terindah, setelah 'trauma' yang membekaskan luka di masa lalunya, namun Allah pula yang menyembuhkannya, memberikan obat terbaik bagi kehidupannya, dipersatukan dengan orang yang baik agamanya, sayang keluarga, perhatian dan penuh cinta. Bukankah memang Allah sebaik-baik penyembuh? Terimakasih masa lalu yang telah banyak memberikan pelajaran untuk masa depan, terimakasih Allah telah hadirkan obat mujarab bagi 'luka' yang begitu dalam. Proses berdamai dengan 'luka' memang tak mudah namun bukan berarti nggak bisa, buktinya Laila mampu melewati semuanya, meski ia harus jauh dari orang tuanya, meski ia pernah dibully bahkan dikatakan 'stress' oleh beberapa lidah tajam warga +62, namun kini 'luka' itu telah berganti bagaikan mentari yang sinarnya selalu dinanti-nanti, bagaikan indahnya pelangi yang berwarna-warni. Dia siap mengarungi lika-liku hidup bersama suami.

Faisal & NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang