Part 59

602 68 7
                                    

Menjadi orang tua belajarnya seumur hidup, berusaha memberikan yang terbaik, mengajarkan dan mencontohkan hal yang baik, sebab saat ini begitu banyak orang tua yang berharap anaknya menjadi baik namun orang tuanya lupa untuk menjadi baik dan mencontohkan hal yang baik.
Nisa dan Faisal berusaha untuk kompak dalam mendidik anak-anaknya, bahkan mereka tidak jarang ikutan seminar parenting menambah wawasan, dan juga membaca buku-buku parenting, mereka juga menyediakan mainan dan buku-buku edukasi, meski memang di usianya saat ini si Kembar belum bisa membaca, namun Nisa dan Faisal berusaha mengenalkan anak-anaknya buku, agar cinta baca, cinta ilmu, bukankah wahyu yang pertama kali turun adalah perintah ‘membaca’ “IQRO’” dan mengenalkan buku, membacakan kisah-kisah dalam buku sangat berdampak bagi tumbuh kembang anak. Sebab buku adalah investasi jangka panjang bagi masa depan, buku adalah jendela dunia. Dan sudah menjadi kebiasaan jika Nafis dan Nafisah semangat mendengarkan cerita yang ada dalam buku, atau hanya sekedar melihat-lihat gambar, dan memencet suara-suara yang ada dalam buku, ya zaman sekarang buku untuk anak sangatlah bervariasi, ada juga buku boarbook yang nggak mudah sobek, ada juga buku yang seperti bantal, ada juga buku yang di dalamnya ada pop art, ada juga buku yang ada tombolnya yang jika dipencet akan mengeluarkan suara. Dan ini salah satu upaya agar anak-anaknya kelak mencintai ilmu, tidak kecanduan dengan ‘gadget’.
Setelah tiga hari yang lalu Nafisah merajuk, memang sering kali Nafisah minta bacain cerita pada Ayahnya sebelum berangkat kerja, berbeda dengan Nafis yang lebih sering minta bermain lego, mewarnai dan mainan edukasi lainnya, bahkan Nafis sering merajuk pada Ayahnya untuk berenang bersama, bukan hanya sekedar berenang bahkan Nafis minta lomba renang dengan Ayahnya. Ya sejak usia enam bulan Faisal dan Nisa berusaha mengajarkan anak-anaknya berenang, dan tidak heran jika saat  satu tahun setengah usia si Kembar sudah bisa berenang, meski tetap harus ditemani dan diawasi. Olah raga renang, panahan dan menunggangi kuda adalah di antara olah raga yang dianjurkan dalam Islam sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Umar bin Khattab, Rasulullah SAW bersabda: “Ajarkanlah anak-anak kaliam berenang, memanah dan menunggang kuda. Nisa sendiri juga suka berenang dan menunggangi kuda, dulu sebelum menikah ia beberapa kali saat weekend. Untuk memanah ia memang belum pernah mencobanya, dan setidaknya dia dan suami berusaha mengajarkan salah satu olah raga yang dianjukan oleh Rasulullah. Yaitu berenang, bersyukur di rumahnya ada kolam renang yang lumayan luas dan semenjak anak-anak sudah semakin aktif, Faisal memfasilitasi ‘perosotan’ untuk anak-anak yang diletakkan di kolam renang, bukan hanya itu, ada ayunan dan beberapa mainan di taman belakang, agar anak-anak banyak belajar dan bereksplorasi di rumah sebagai sekolah pertama baginya dari Bunda dan Ayahnya. Dan sebagai orang tua juga nggak boleh lengah dalam menjaga dan mengawasi anak-anaknya.
Seperti sore ini Nafis sudah nggak sabar mengajak Ayahnya untuk berenang, ia sudah siap bersama Nafisah di taman belakang “Ayah…Aaaaaayah…Aaaaayah…Bun…Ayah kok lama banget sih…”
“Iya…Ayah lama amat Ndaa…” Nafisah juga tak sabra
“Bentar lagi Ayah juga pasti nyusul ke sini kok…tapi renangnya sebentar aja yaa, terus siap-siap ikut Ayah nanti shalat jamaah di masjid”
“Siap Bun…ketemu sama Engkong Uyut…ya Bun…Afic kangen”
“Iya…sayang…tadi pagi kan kita baru aja ke rumahnya Engkong Uyut dan Nenek Uyut…kalian sayang banget ya sama Engkong Uyut sama Nenek Uyut”
Nafisah dan Nafis kompak mengangguk “Cayang bangeeet”
“Kalau sama Ayah sayang nggak?” Faisal akhirnya menyusul juga ke taman belakang dan langsung melakukan gerakan pemanasan sebelum memasuki kolam renang.
“Cayaaaang cemuanyaa…akhilnya Ayah muncul juga”  Sahut Nafisah
“Maafin yaa…yuk kita mulai renangnya…” Faisal mengajak anak-anaknya
“Yeeeee……” Si Kembar begitu antusias
“Bun…nggak ikut lenang?” Nafis menawarkan pada Bundanya yang hanya duduk ditepian sembari kedua kakinya yang dimasukkan ke dalam kolam.
“Iya…Bunda yakin nih nggak mau ikutan seru-seruan bareng?” Faisal mendekat pada istrinya. Nisa menggelengkan kepala “Nggak ah…Bang Isal aja…sama anak-anak…tuh mereka udah jauh aja…”
“Ok…deh…” Faisal mundur sejenak di kolam renang, sebelum menyusul anak-anaknya yang kini sudah berada di tengah-tengah Faisal menyipratkan air kolam ke istrinya. Dan Faisal ingin mengajak anak-anaknya biar Nisa ikutan juga renang barengan.
“Ih…Bang Isal…jailnya mulai…” Nisa lagi nggak mau untuk berenang malah diciprati air kolam, basah jadinya. Entah lah akhir-akhir ini moodnya up and down, belum lagi anak-anak yang rasanya makin nggak mau lepas dari dirinya, porsi makannya juga merasa lebih banyak, ‘Apa benar dia hamil lagi?’ batinnya bertanya pada dirinya sendiri sembari memegang perutnya yang masih rata. Entahlah dia masih belum yakin, dia nggak merasakan mual-mual seperti saat mengandung si Kembar dan juga pada kehamilan kedua yang sempat keguguran, ya saat usia si Kembar 8 bulanan Nisa baru sadar ternyata dia hamil, namun saat itu juga janin yang baru berusia empat minggu Allah ambil kembali. Jangan tanya bagaimana kesedihannya saat itu. Ia benar terpukul meski memang sudah ada si Kembar tapi saat tahu janinnya taka da lagi hatinya seperti teriris-iris, namun suami dan keluarganya menguatkan, ia harus tetap bangkit walau sakit, ia harus kuat meski awalnya berat. Dan Nisa sadar mungkin Allah ingin lebih dekat dengan-Nya melalui ujian, Allah ingin focus pada si Kembar saat itu yang butuh banyak perhatian dan kasih sayang, Nisa yakin Allah akan menitipkannya amanah lagi di waktu yang tepat. ‘Dirinya harus tetap bersyukur dan bangkit sebab Allah sudah memberikannya dua anak sekaligus tanpa menunggu waktu lama, sedangkan baru diuji dengan keguguran sekali setelahnya kenapa sedihnya harus berkepanjangan? Nafis dan Nafisah butuh perhatian’ ya suaminya juga menguatkan.
Betapa perjuangan Nabi Zakaria alaihissalam yang tak pernah putus asa meminta keturunan, agar Allah titipkan janin dalam rahim istrinya, begitu pula dengan kisah Nabi Ibrahim alaihissalam yang tak kenal lelah dan tak patah arah berharap keturunan, sehingga Allah anugerahkan Ismail, lantas saat Ismail masih belia Allah menyuruh untuk mengorbankannya, hati orang tua mana yang sanggup? Namun Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail justru siap sedia mengerjakan perintah Allah, hingga akhirnya ujian itu berganti dengan hewan kurban yang Allah turunkan langsung dari surga, sebagai bakti ketaatan Nabi pada Allah Ta’ala. Begitu juga kisah Ummu Sulaim salah satu wanita hebat yang patut diteladani ketabahannya, keikhlasan dan kecerdasannya pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di mana Allah uji dengan putranya yang meninggal, namun ia tidak memberitahukan suaminya, saat putranya Abu Umair sakit sedangkan suaminya yaitu Abu Thalhah pergi bersama Rasulullah karena ada urusan, ia tak mau membuat khawatir suaminya, ia tak mau suaminya melihat kepedihannya, meski remuk redam dadanya, dan meminta kepada semuanya agar tidak memberitahukan perihal kematian anaknya, biar dirinya sendiri nantinya. justru saat suaminya pulang malah menyambutnya dengan wajah yang sumringah menyembunyikan kepedihannya, menyambut dan melayani suaminya dengan tulus tanpa mengatakan apa yang terjadi sebenarnya, hingga baru saat pagi ia mengatakannya dengan penuh hikmah. Bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya kapan saja sekehendak-Nya. Saat Rasulullah tahu kabar tersebut Rasulullah mendoakan keduanya.
Dalam lamunannya ia terkejut dengan anak-anaknya yang begitu semangat bermain air, menyipratkan air  kolam kepada dirinya,
“Ayoooo Bun…”
“Ayooo Ndah…lenang baleng”
Nafis dan Nafisah kompak me
Tak lain pasti ini kerjaan suaminya yang turut serta membuat semua baju dan kerudung Nisa basah, bener-bener basah kuyup, dan akhirnya Faisal menarik kedua tangan Nisa ke kolam renang. Dan mau tidak mau Nisa pun tercebur dalam kolam.
“Yaaaaah…kan Bunda basah…” Nisa protes sebenarnya namun tertawa lepas bahagia melupakan lamunan kesedihannya, ya keluarga adalah support systemnya, yang selalu ada dalam suka dan dukanya.
“Yeeeee Ndaaaa lenang baleng kitaaa…” sahut Nafisah yang begitu bahagia akhirnya Bundanya ikut bergabung renang bersama-sama.
“Coba dali tadi Buuun…” Nafis pun tak mau kalah ikutan menyipratkan air dengan kedua tangan mungilnya kea rah Bundanya
“Nah kan…Ayah bilang juga apa Bun…seru kan…” Faisal mencium pipi istrinya sembari berbisik “Harus yaa Dek Nisa dirayu sama anak-anak dulu buat nyemplung bareng kayak gini? Hmmm?” Faisal tahu ada raut kesedihan dalam diri istrinya dan dia harus bias mengalihkannya, entah apa yang dipikirkan istrinya, pasti nanti atau besok Nisa akan cerita dengan sendirinya. Mood yang berubah-ubah dan pola makan istrinya yang sepertinya bertambah akhir-akhir membuat Faisal berpikir dan tiba-tiba nyeletuk “Bun…apa jangan-jangan? Ah…udahlah, nggak jadi, udah ah yuk main tuh sama anak-anak udah nyampek tengah lagi"

“Jangan-jangan apa Bang? Gara-gara Bang Isal kan...Nisa berenang pakek pakaian begini nih nggak pakaian renang syari'i, tapi baju rumahan" Nisa protes dan mencubit lengan suaminya.

"Aduh...makin sakit aja nih cubitannya...udah nggak apa-apa pakek baju apa aja yang penting renang...anak-anak seneng..."

.

Hayoo bagaimana??...Bagaimana???
.
Penuh drama sih biasa, udah nulis beberapa paraghraf eh...tiba² laptop mati 😆😆😆😆 dan autosave nya nggak lengkap. Nulis ulang lagi...

Alhamdulillah bisa up...

Duh masya Allah loh...
Makasih banyak supportnya selama ini...hampir 2 bulan nggak kerasa yaa. Dan detik² akhir.
Makasih supportnya yang DM, komentar, WA juga. Masya Allah...
Pembaca kesayangaaaaan. 💓😍

Salam

Author 💓😘

Faisal & NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang