Part 9

1K 92 17
                                    

Hidup di era milenial, jadi generasi milenial harus banyak gerakan, bukan waktunya BAPER Bawa Perasaan tapi harus banyak BAPER Bawa Perubahan untuk kebaikan.
.
.
.
.


Melihat lalu lalang orang di jalan, lalau lalang kendaraan di pagi hari dari balik kaca jendela mobilnya Faisal merenung di tengah kemacetam, ia mensyukuri apa yang menjadi jalan hidupnya, membuka usaha sendiri yang artinya ia membuka lowongan pekerjaan bagi orang lain, ia tidak harus kesana kemari mencari pekerjaan, sehingga waktunya pun fleksibel tidak harus terpaut dengan tuntutan tapi harus banyak membawa perubahan, dengan ide-ide yang lebih fresh dalam berbisnis agar bisa konsisten dan tidak kalah dalam persaingan. Yang pasti harus bersaing secara sehat, bukan menghalalkan segala cara agar usahanya lancar, sebab zaman sekarang tidak sedikit orang yang ingin berhasil secara instan, mie instan aja butuh nunggu beberapa menit dulu baru bisa dimakan, lah ini banyak yang ingin sukses dengan instan nggak mau berproses tapi banyak protes.
.
Tapi apapun pekerjaan seseorang selama itu baik dan halal Allah akan berikan keberkahan, bersyukur dalam pekerjaan dengan berapapun penghasilannya adalah cara jitu untuk bahagia dalam hidup. Ada yang bersusah payah melamar pekerjaan untuk menjadi pegawai kantoran, ada yang bekerja serabutan, ada yang jualan keliling, ada yang jualan di pinggir jalan semuanya Allah jatah rizkinya tak pernah tertukar, selama bergerak di jalan yang benar. Apalagi era milenial hidup serba digital, hanya dengan duduk pun bisa aja menghasilkan pendapatan, bisnis online misalnya, bisnis di bidang startup dan banyak lainnya.
.
Ia menoleh ke samping istrinya terlelap, mengelus puncak kepala Nisa dengan tangan kirinya, satu yang Faisal tahu semenjak usia kandungan Nisa memasuki bulan keempat, dia sering pelor di mobil, padahal biasanya nemenin ngobrol. Kemacetan berakhir tidak lama, Faisal kembali melajukan kendarannya menuju 'The Coff3'.
.

Parkiran depan The Coff3  tampak ramai dari hari biasanya, Faisal tidak langsung membangunkan Nisa, ia memandangi wajah istrinya, hingga akhirnya Nisa membuka matanya perlahan melihat ke samping

"Hmmmm...Bang kita udah sampek ya? Dari tadi?"
Faisal menganggukkan kepala "Heem...lumayan 5 menitan lah"
"Kok Bang Isal nggak langsung bangunin Nisa sih?"

"Nggak tega...Dek Nisa kelihatan lelap banget, apa bawaan dedek² bayi kayak gini yaa, pengen Bundanya bobok, padahal Ayah pengen ditemenin ngobrol loh...selama di jalan" sembari mengelus perut Nisa yang sudah tampak membesar

"Hehehhhe maafin ya Ayah..."

Faisal belum juga turun dari mobil, ia meletakkan kepalanya di telapak tangan yang menyender di kemudi mobil sembari menatap istrinya dengan tersenyum, tatapan penuh cinta, Nisa yang ditatap intens pun jadi salah tingkah, dalam batinnya berkata "Duh Bang Isal kenapa ya, udah nikah berbulan-bulan ditatap sama Bang Isal masih juga bikin deg-degan".

"Bang...ayo turun...udah ih natapnya"

"Nggak apa-apalah natap istri sendiri ini, dapet pahala nggak dosa, hmmm buah duku buah durian, dulu cupu dewasa jadi rebutan"

"Eh mulai deh gombal, buah duku buah rambutan, jangan lihatin Nisa mulu nanti ketagihan" keduanya tertawa lepas seakan tak ada beban

"Udah ah Bang...ditungguin tuh sama karyawan cafe, lagian Nisa dulu nggak cupu loh bang...bise aje Abang..."

"Yaudah deh Abang ganti...buah duku buah durian, dulu lugu dewasa jadi rebutan, buah semangka buah rambutan, tatapan Dek Nisa mematikan bikin Abang ketahihan"
😂😂😂😂😂
Nisa mencubit lengan suaminya dengan terawa campur tersipu malu "Udah ah bang...nggak turun-turun entar nih.."

"Ada lagi...kalau ada sumur di ladang bolehlah menumpang mandi, kalau saja sejak dulu Dek Nisa ketemu Abang udah langsung Abang nikahi" dengan memencet hidung istrinya

Faisal & NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang