INDIRA (REMAJA)
Minggu pagi ini si tante sudah mengunjungi kamar ku sejak selesai subuh. Dia sibuk memilih pakaian dan aksesoris yang ada di dalam kotak ajaibnya. Perasaan kan aku yang akan kencan!, tapi kenapa dia yang begitu antusias?.
"duh gimana nih! Enggak ada baju!"
Apa tante itu tidak salah?, sudah hampir 1 lemari bajuku yang di keluarkannya.
"itu kan baju semua tante", lirikku pada semua pakaianku yang berserak di lantai.
"kita harus belanja!"
Tante ini becanda? Uang darimana? Paling mentok aku hanya bisa beli kaos harga 15 ribu di pasar induk.
"ke pasar?"
"ya ke mall dong Indira!"
"mana ada uang tan?"
Si tante menghela nafas, dia memandangku lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Dia berbalik dan mengambil sesuatu dari kotaknya.
"nih!", ujarnya sambil menunjukkan sebuah kartu.
"itu apa tan?"
"kartu kredit"
"kartu kredit? Punya tante?"
"ya iyalah Indira!"
"tapi memangnya bisa di pakai? Katanya tante dari masa depan apa nanti kasirnya enggak bingung?"
Dia berpikir sejenak,
"udah coba dulu. Kalau enggak bisa pakai ini ada debet"
Duh aku ragu kalau ini semua akan berjalan mulus. Semua akan bilang aku alien kalau aku bawa kartu kredit dari masa depan.
Jam 11 siang kami keluar dari rumah, kami naik angkot yang biasa lewat di depan. Ku lihat tante duduk tidak nyaman sambil mengipas wajahnya yang berkeringat.
"emang enggak ada Go car apa?", tanyanya.
"Go car?", tanyaku bingung.
"itu taksi online"
"di jamannya aku kan belum ada tan. Memang itu nanti akan ada ya? Wah semakin canggih ya dunia ini"
"jangankan taksi, pembalut aja bisa di beli online", ujarnya sambil mengipas - ngipas.
Hari ini tante bergaya casual, hanya memakai kaos berwarna biru dan blue jeans panjang. Ya wajahnya tetap saja cantik dan berseri. Dengan rambut yang berkilau dan super lembut. Tante ini seperti bidadari, apa benar nantinya aku akan seperti dia? Bidadari?.
Sesampainya di mall, tante begitu antusias mendatangi setiap toko. Tahu tidak, pelayan toko selalu memperhatikan ku seakan aku orang aneh. Padahal aku berhati - hati sekali, ya aku kan paham kalau tante tidak bisa terlihat.
"nih coba nih", tunjuknya.
Aku pun mengambilnya untuk di perhatikan. Sebuah dress berwarna peach dengan hiasa pita di kerahnya.
"aku coba dulu", ujarku berbisik.
Tak hanya itu dia tuju menunjuk beberapa baju lagi, sampai aku pusing meladeni.
"Tan, ini mah setumpuk"
"coba semua!"
Aku di giring ke kamar ganti, ini berapa uang habisnya?. Bisa atau tidak saja belum yakin.
Aku berjalan sambil menghitung baju yang ku bawa. Tidak fokus memandang ke depan.
Bukkkkk
"Maaf", ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI (SELESAI)
Romance"Bodoh Indira! ngapain kamu nunggu laki - laki itu sampai tidak kawin!" iya itu lah aku, aku jatuh cinta pada seorang pria hingga buta. sampai aku menunggunya tanpa tahu kapan dia akan datang. iya dia datang, tapi malah memberikan undangan pernikaha...