Jaeson sedang bersantai di ruang tamuku, aku pun menghampirinya untuk menyampaikan ide ku, yang? Semoga menyakinkan.
"Jae", sapaku.
"eh Ra"
Aku duduk di sampingnya lalu menghadapkan tubuh padanya.
"kenapa?", tanyanya.
"gue dapat ide buat bikin pernikahan lu batal, gue punya celah yang bisa lu pakai buat mengancam Sandra"
"apa?"
"lu tau prestasi Sandra di sekolah itu enggak asli?. Dia nyogok bu Dian, bukan dia sih, tapi lebih tepatnya ibunya. Ibunya Sandra nyogok bu Dian supaya bisa ngasih prestasi ke Sandra dan uangnya itu gak sedikit, pernah gue pergokin sampai 80 juta Jae"
Dia terdiam sambil mengelus - elus dagunya dengan jarinya. Menurutnya ide ini meyakinkan enggak ya?.
"aku enggak tahu sih harus bagaimana dengan ide kamu. Tapi aku perlu mengolahnya"
Tuh kan emang konyol! Apa bisa kita membawa masalah zaman kita SMA untuk gagalkan pernikahan?.
"idenya jelek ya", ujarku dengan alis yang turun.
"aku cuma butuh mengolah"
Dia bangkit lalu beranjak dari sisiku, dia masuk kedalam kamar lalu menutup pintu. Kan jadinya ngambang!, sebenarnya bagus atau enggak? Bisa atau enggak?. Tapi ternyata kalau gagal, aku enggak jadi kencan dengan Pojir, syukurlah.
***
Sejak Jaeson tidur di rumahku, aku jadi nyaman tinggal disini juga. Aku jadi sering bolak - balik kesini, bahkan aku jarang tinggal di rumah sakit.
"Aku pergi ya Ra", pamitnya
Pagi - pagi sekali Jaeson pergi entah kemana dengan menumpangi taksi. Lah kan ada mobilnya?.
"woy"
Terdengar suara dari belakang, sudah ku tebak. Itu Pojir. Aku pun berbalik dengan tampang yang malas meladeni.
"apa?"
"gimana idenya?"
"masih belum jalan", jawabku sambil berlalu pergi.
Dia pun mengejarku lalu ikut duduk di ruang tamu.
"pasti berhasil"
Duh dia yakin banget sih!, tampangnya Jaeson aja pas di beritahu itu berubah jadi tidak meyakinkan.
"jangan kepedean!"
"yeh liat saja"
***
"Indira"
Terdengar suara lalu tiba - tiba aku sudah berada di tempat lain. Lagi - lagi begini, kini aku ada di kamar Jaeson yang ada di masa lalu. Aku tengah duduk di hadapannya sekarang.
"lu manggil gue dengan cara kayak gini?", tanyaku.
"iya, habis baca buku terus di coba"
"ada buku yang ngajarin kayak gitu?"
"buku fiksi sih, tapi kok berhasil ya?", dia balik tanya keheranan.
Aku pun menggeleng sambil mengarahkan bola mataku ke atas.
"ada apa?", tanyaku.
"hari ini Indira akan kesini"
"terus?"
"Bryan juga"
"terus lu mau apa?"
"gue mau coba mendekatkan mereka, gue gak tau perasaan sebenarnya si Bryan itu gimana, tapi gue mau coba lihat sendiri dengan bahasa tubuhnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI (SELESAI)
Romance"Bodoh Indira! ngapain kamu nunggu laki - laki itu sampai tidak kawin!" iya itu lah aku, aku jatuh cinta pada seorang pria hingga buta. sampai aku menunggunya tanpa tahu kapan dia akan datang. iya dia datang, tapi malah memberikan undangan pernikaha...