INDIRA (DEWASA)
Beberapa hari sebelumnya Jaeson sudah memintaku untuk datang ke apartemennya di pagi hari. Katanya akan ada tamu spesial. Jadilah pagi - pagi aku datang kemari.
"ada apa sih Jae?", tanyaku sambil menemaninya memasak.
"ada tamu spesial"
"iya tapi siapa?"
Ting...
Bel berbunyi, Jaeson pun mematikan kompornya dan bergegas membuka pintu.
"ada apa sih lu undang gue kemari pagi - pagi begini?"
Mendengar suara itu aku pun segera menoleh. Ternyata itu Bryan. Jaeson membawanya ke meja makan untuk menikmati sarapan bersama.
"gue mau ajak lu sarapan bareng"
Bryan pun duduk meski di wajahnya terlihat menyimpan kecurigaan.
Jaeson pun melayani Bryan dengan baik bagai raja. Bryan hanya menerima dengan raut wajah yang masih menyesuaikan.
"silakan di nikmati"
Mereka berdua sarapan bersama, Bryan sesekali melihat ke arah Jaeson sambil menyimpan tanya.
"ada apa sih?", tanya Bryan.
Jaeson menyudahi makannya, dia menutup sendok dan garpunya.
"bisa gantiin gue kencan sama Indira gak?"
Aku dan Bryan kompak melotot ke arahnya karena terkejut.
"maksud lu apa sih? Kenapa pacar lu di oper - oper gitu? Memangnya dia mainan?", balas Bryan yang seakan tidak terima.
Bryan pun menyudahi makannya lalu meneguk segelas air. Dia mengatur nafas sebentar lalu berdiri.
"enggak lucu, gue balik", ujarnya dengan nada yang sedikit kesal.
"lu suka kan sama Indira"
Langkah Bryan urung karena mendengar perkataan itu. Dia kembali menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan.
"gue balik", ujarnya lalu mulai melangkah lagi.
"jangan bohong!. Mau sampai kapan lu korbanin diri lu?"
Langkah Bryan kembali urung, dia berbalik lalu kembali.
"dia pacar lu, udah bukan urusan gue lagi"
"oya? Termasuk selalu melihat dia di sebrang jalan"
"gue enggak akan ganggu atau sentuh dia. Hanya lihat dia dari jauh"
Brakkk
"stop!",
Jaeson nampak kesal memukul meja.Stop korbanin diri lu untuk orang lain, apalagi perasaan!. Meski itu gue, lu harusnya pikirin diri lu sendiri dulu"
"itu enggak penting Jaes"
Jaeson beranjak lalu berdiri tepat di hadapannya. Tangan kanannya menepuk pundak Bryan.
"besok jam 9 di taman. Kalau lu enggak datang, lu berarti tega biarin Indira sendirian. Gue enggak akan datang sama sekali, jadi tolong lu datang kalau gak mau Indira kenapa - kenapa karena sendirian di taman"
Tangan Jaeson pun turun, Bryan hanya menatap penuh kebimbangan. Pandangannya di alihkan lalu kembali melangkah keluar apartemen.
Ceklek....
Jaeson duduk di atas sofa sambil menyandarkan tubuhnya.
"maksudnya gimana sih?", tanyaku yang masih belum menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI (SELESAI)
Romance"Bodoh Indira! ngapain kamu nunggu laki - laki itu sampai tidak kawin!" iya itu lah aku, aku jatuh cinta pada seorang pria hingga buta. sampai aku menunggunya tanpa tahu kapan dia akan datang. iya dia datang, tapi malah memberikan undangan pernikaha...