MENCARI SESUATU

122 12 1
                                    

INDIRA (DEWASA)

Aku sedang mengatur strategi dengan Pojir. Rencanaku adalah menyusup kedalam situasi masa lalu Bryan Bramantyo. Aku akan membuat alurnya berbeda dari zaman ku yang dulu, siapa tahu saat aku sadar nanti Bryan sudah ada di depan ku lalu aku akan jadi nyonya Bryan.

"ngapain nyusup sih Ra?"

"ya kita kan mau menyelidiki"

"ya terang - terangan aja"

"ya mana bisa bodoh"

"lu yang bodoh, hantu mau nyusup atau enggak tetep aja gak kelihatan"

Tetot....
Oh iya ya kenapa aku bodoh?.

"ya baik, berarti kita harus ke rumah Bryan"

"harus segitunya apa Ra?"

"harus!"

Baiklah, sepertinya ini akan menjadi perjalanan yang panjang. Kami berdiri, menarik nafas, menghembuskan perlahan, lalu menjentikkan jari.

Ctikkkk....

***

Aku sampai di dalam sebuah rumah yang sangat megah. Dengan hiasan lampu kristal yang berkilauan.

"ini rumah?", tanyaku heran.

"museum kali Ra"

Banyak sekali pelayan yang berlalu lalang, wah ini sih layaknya bangsawan. Kemudian aku mendongak ke atas, itu dia!.

Seorang pria tampan berjalan sambil membenahi kancing lengan kemejanya. Jodohku yang tertunda, seseorang yang harusnya aku temui, Bryan Bramantyo.

"den sarapannya sudah siap?"

Dia tersenyum, dia begitu lembut dan terlihat sangat baik hati.

"saya sarapan di sekolah ya bu. Saya ada pelajaran tambahan soalnya"

"baiklah den"

Suaranya begitu lembut, aku terus memandanginya sambil tersipu malu. Dia berjalan melewatiku. Seperti ada angin segar yang membawa rambutku terbang, My Destiny.
Aku terus mengikutinya hingga masuk ke dalam mobil. Wah, masih SMA saja fasilitasnya sudah mewah. Dia duduk di depan di samping supir.

"Den, di belakang saja"

"gapapa pak, nemenin bapak"

Dia terlihat begitu baik, ramah, lembut. Kenapa aku baru temukan dia sekarang?, andai saja dia juga ku temui dulu Jaeson pasti sudah lewat saja.

Dia turun dari mobilnya dengan membawa tas sekolahnya. Dia menebarkan senyum kepada setiap orang dan menyalami setiap guru yang ia temui, begitu sopan dan idaman.

"Bryan, nanti di pelajaran duduk di sebelahku ya?", tanya seorang anak perempuan yang ujug - ujug datang kegenitan.

"lihat nanti ya", jawabnya.

Dia kembali berjalan lalu memasuki kelasnya, nampaknya dia pandai menarik perhatian, seiring dengan langkahnya ada saja yang terpukau atau tertarik. Begitu dia masuk, aku hanya menyamping di pintu dan memperhatikannya dari jauh.

"udah gitu doang? Kerjaan kita cuma ngeliatin itu cowok?", tanya Pojir.

"diem ah. Gue lagi di mabuk kepayang nih"

"yeelah. Misi apaan nih kayak gini?"

Aku berbalik badan dan memasang wajah sangar.

"sabar kenapa sih!"

Aku menjentikkan jari lalu sampailah kami lagi di rumah mewah itu. Kami pun menelusuri rumah tersebut.

"terus kita cari apa disini?"

DIMENSI (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang