Seorang pria menguap dengan lebar sambil merentangkan kedua tangannya ke udara. Menarik nafas dalam-dalam lalu merenggangkan semua otot-ototnya. Ini hari ke dua ia tidur di ruang tengah sendirian.
Sebelum beranjak bangun ia sempat mematut diri di atas ubin lantai sembari mengingat peristiwa yang membuatnya harus tidur di sana.
"Bisakah kalian tidur dengan tetap membiarkan lampu itu menyala." Hoseok menatap dua orang dalam kamar tidur itu. Ia memilih tidur di ranjang tingkat ke dua, tapi kemudian pindah lagi ke bawah di samping Namjoon karena ia takut saat lampu tiba-tiba mati.
"Tapi kami tak bisa tidur jika keadaan terang benderang." jawab Namjoon.
"Apa kau takut? Di sini ada kita bertiga jadi apa yang kau takutkan. Sudah tidur saja jangan banyak bicara, aku ngantuk." ketus Yoongi sambil menaikkan selimutnya dan tidur memunggungi mereka yang ada di ranjang biasa di sebelah ranjang tingkatnya.
Namjoon pun beranjak bangun dan mematikan lampu. Dengan berusaha mengumpulkan keberaniannya Hoseok pun menaikkan selimut dan memejamkan kedua matanya. "Tidak apa-apa Hoseok, di belakangmu ada Namjoon. Dan di depanmu ada Yoongi hyung." ucapnya dalam hati sambil menatap punggung Yoongi yang bersebrangan dengannya.
Hingga beberapa menit kemudian ia mulai melupakan rasa takutnya dan perlahan nyawanya akan melayang terbang ke alam mimpi. Namun kemudian dia tersentak saat sebuah suara keras mengusiknya. Ia menoleh ke belakang, ternyata Namjoon mendengkur dengan sangat keras. Jadilah malam itu ia tak bisa tidur semalaman. Rasanya ia ingin keluar saja dan tidur di tempat lain, tapi rasa takut menghantuinya.
Ia menatap Yoongi yang bergeming dengan dengkurannya yang halus. Rupanya pria Daegu itu sudah terlelap. Semakin malam Hoseok semakin gelisah. Sekali waktu ia menyebut ibunya dengan lirih untuk mengurai rasa sepinya.
Dimalam hari rumahnya di Gwangju terlalu tenang. Tak ada yang mendegkur juga tak ada yang mematikan lampu. Katakanlah ia keterlaluan karena bersikap seperti anak kecil, tapi mau bagaimana lagi, itu sudah jadi kebiasaannya. Dia mungkin akan belajar menyesuaikan diri, tapi rasanya tidak secepat ini. Dia butuh waktu.
Hingga pagi menjelang Hoseok berakhir tak dapat memejamkan matanya sama sekali. Itu membebaninya membuatnya lemas sepanjang hari. Rasanya ia jadi ingin kembali ke JYP jika seperti itu, karena di sana ia mendapat fasilitas yang sedikit lebih baik. Akan tetapi, karena ia sudah keluar maka jalan untuk kembali baginya sudah tak ada lagi. Maka mau tak mau, terima tak terima ia harus bertahan.
Hari pertama Hoseok bertahan dengan diam karena ia merasa sebagai orang baru di sana, jadi tak mungkin baginya untuk mengatur orang yang sudah menjadi penghuni dorm itu lebih dulu. Dan sekali lagi Hoseok mengalah, mencoba berdamai dengan keadaan.
Tiga hari tak bisa tidur dengan nyenyak membuat Hoseok benar-benar tak bertenaga. Hingga akhirnya saat tengah berlatih dance seorang diri di parctice room ia tumbang dan tak sadarkan diri membuat panik para staff.
Yoongi baru saja keluar dari ruang studio hendak mengambil secangkir kopi di coffee corner, saat ia melihat para staff berlarian melewatinya. Ia pun terdiam sebentar, sembari menimbang apakah ia perlu mencari tahu apa yang terjadi atau tidak hingga kemudian ia tersadar dari lamunannya saat seseorang menepuk pundaknya "Hoseok pingsan, apa kau mau melihatnya?"
"Apa? Anak itu? Memang apa yang terjadi hyung?" tanpa berfikir panjang lagi, Yoongi mengikuti langkah Sejin menuju ruang kesehatan. Setelah sampai di sana, dilihatnya Hoseok sudah sadar dan terduduk di tepi ranjang. Wajahnya pucat pasi. Tampak lelah dan begitu kusut.
Yoongi dan Sejin mendekatinya "Ada apa? Bagaimana kau bisa pingsan?" tanya Sejin sambil memperhatikan keadaan Hoseok.
"Bukan apa-apa hyung, kata dokter hanya kelelahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulletproof (We Are Not Seven With You)
FanfictionFrom Zero to Hero. Hanya sebuah kisah tentang BTS. Cerita ini akan membawa kalian bernostalgia bersama BTS di masa lalu dari sebelum debut hingga pada perpecahan yang hampir terjadi di antara mereka. Sebuah kisah yang akan membawa pembaca untuk men...