dua puluh satu

563 87 14
                                    

Happy reading.

Makasi udah mampir, vote and koment.
.
.
.
.
.
.
.

Koridor gedung Big Hit yang awalnya sepi itu kini terdengar begitu ramai. Beberapa orang pria tampak membuat kehebohan dengan berlari bersama-sama dan saling mendahului bak adegan lomba lari pada acara ISAC yang diadakan tiap tahun oleh pemerintah Korea Selatan. Tapi tentu saja itu bukanlah lomba lari sungguhan. Mereka hanyalah sekumpulan anak yang baru melepas masa remaja untuk sebuah pendewasaan diri demi sebuah mimpi. Ya. Mereka adalah para member Bulletproof Scout Boy yang sedang berlarian menuju dance praktis room demi menyelamatkan satu teman mereka dari kegilaan. Park Jimin. Orang itu adalah si marga Park dari Busan yang hampir dikeluarkan dari group namun berhasil bertahan karena dukungan teman-temannya.

"Dimana dia?" Namjoon bertanya pada Taehyung yang berdiri diam dengan raut wajah menyedihkan.

"Di dalam, hyung. Kau bisa dengar musiknya masih terus terdengar itu tandanya dia masih terus menari." jawab Taehyung.

"Ayo teman-teman. Kita hajar si gila itu." ucap Seokjin geram.

Setelah itu mereka pun merangsek masuk bersama-sama. Hoseok langsung mematikan alat pemutar musik yang ada di sudut ruangan. Sementara yang lainnya sudah menatap geram ke arah Park Jimin yang tampak terkejut sambil memperhatikan lima temannya lewat pantulan cermin di hadapannya.

"Jimin, kau tahu ini sudah jam berapa?" Namjoon yang paling sabar di antara mereka adalah yang pertama membuka suara sambil berjalan mendekati anak itu.

"Namjoon hyung, ak..."

"Aku tahu. Aku tahu apa yang kau rasakan. Kau tertekan, marah, benci, kecewa pada diri sendiri, benar 'kan? Kau tahu kenapa? Karena aku juga merasakannya. Kau, aku dan kita semua juga merasakannya. Tapi...apakah dengan melakukan ini kau merasa akan bisa membuktikan sesuatu? Apa yang akan kau buktikan? Bahwa kau terluka? Kau kecewa, frustasi? Atau kau hebat? Apa kau pikir membuat sahabatmu menangis adalah sebuah kebanggan?" Jimin yang nampak begitu kelelahan pun melirik ke arah Taehyung yang sudah berlinang air mata.

"Jangan lakukan ini lagi. Selain latihan kita juga harus saling menjaga. Jangan biarkan aku gagal menjadi seorang kakak." Yoongi memeluk Jimin dan kemudian menyerahkan sebotol air padanya.

"Kau dan Jungkook adalah pria Busan yang keras kepala dan susah diatur. Apakah semua pria Busan sama seperti kalian berdua?" Hoseok pun melempar handuk kecil pada si marga Park. "Bersihkan keringatmu. Kau bau sekali."

"Terimakasih, hyung." Jimin tersenyum tipis.

Tak berapa lama Taehyung pun mendekat. "Kau yang melaporkanku pada mereka?" Jimin menatapnya dan melihat Taehyung mengangguk. "Kau tak suka melihat aku seperti ini tapi kau sendiri juga melakukan hal yang sama."

"Jimin itu karena aku..."

"Karena apa? Sudah kemarilah peluk aku." ucap Jimin memutus ucapan Taehyung hingga akhirnya kini mereka berpelukan dengan hangat.

"Namjoon, kurasa sebaiknya kita harus bicarakan ini bersama-sama. Kita tidak mau ada yang sampai terluka apalagi cedera karena berlatih terlalu keras, benar 'kan?" ucap Seokjin.

"Kau benar, Seokjin hyung. Jadi kurasa besok pagi kita akan adakan rapat kecil di drom sebelum mulai beraktifitas."

"Baiklah kalau begitu ayu pulang, aku sudah ngantuk." Yoongi menguap lebar sambil merentangkan kedua tangannya lalu berjalan mendahului yang lainnya.

"Eh ngomong-ngomong Jungkook mana?" Hoseok memandang ke arah member yang lain. Namun jawaban yang ia dapat hanya gelengan kepala.

"Sudah, ayo pulang. Jungkook masih tidur seperti mayat!" teriak Yoongi dari ambang pintu sebelum tubuhnya menghilang.

Bulletproof (We Are Not Seven With You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang