Happy Reading.
.
.
.
.
.
.
."Hyung, Namjoon hyung..chager ponselku dimana?"
"Eh. Sebentar biar ku cari."
Jungkook menatap Namjoon yang masuk ke dalam kamar tidur dengan tergesa. Berharap charger itu tak hilang seperti celana dalam hitamnya.
"Kenapa? Ada yang hilang lagi?" sekilas ia melirik Hoseok yang baru saja datang dan mendudukan pantatnya di lantai. Dengan gerakan pelan Jungkook menganggukkan kepalanya.
"Namjoon hyung belum mengembalikan charger ku, hyung." ucapnya lemah.
"Ais. Namjoon lagi, anak itu selalu saja buat masalah. Sepertinya kau harus jauh-jauh dari dia, karena apapun yang disentuhnya kalau tidak rusak ya hilang."
"Jangan suka mengatai-ngatai orang lain Hoseok." sejenak Jungkook dan Hoseok menoleh ke arah pintu utama. Tampak Seokjin dan Jimin baru saja datang. Sementara Jimin langsung masuk ke dalam kamar tidur, Seokjin tampak berjalan menuju dapur, mengambil segelas air lalu menegaknya hingga tandas.
"Bukan mengata-ngatai Jin hyung. Tapi bicara kenyataan. Kasus kulkas kemarin yang pintunya tiba-tiba rusak juga karena perbuatannya, benarkan Jungkook." Jungkook mengangguk.
"Iya, aku juga tau hal itu, tapi jangan terlalu menyalahkannya seperti itu."
Ceklek.
Pintu kamar tidur terbuka, menampilkan Namjoon dengan wajah acak-acakan. "Jungkook sabar sebentar, aku akan ke studio, sepertinya chargermu ada di sana." tanpa menunggu jawaban Jungkook, Namjoon langsung bergegas keluar.
"Kau lihat?" Hoseok merasa kalau ucapannya benar, ia menatap Seokjin menunjukkan ekspresi kemenangan. Sementara di tempatnya Seokjin hanya menghela nafas.
"Pintu toilet juga rusak Jin hyung, apa mungkin Namjoon yang merusaknya?" Jimin yang baru keluar dari kamar pun turut bergabung.
"Aku tak tahu, karena aku tak melihat saat dia merusaknya." jawab Seokjin.
"Yang jelas kalau ingin selamat kita harus sedikit jaga jarak dengan Namjoon. Selain melukai dirinya sendiri karena kecerobohannya bisa saja dia juga akan melukai orang-orang yang ada di dekatnya."
"Kurasa memang begitu. Kita harus sedikit lebih berhati-hati jika bersamanya." Jimin pun urun berpendapat. Tiga bulan bergabung bersama mereka sudah cukup baginya untuk mempelajari situasi.
"Jimin hyung, Taehyung hyung ada di mana?" tanya sang maknae karena sedari tadi ia belum melihatnya, sedangkan kalau Yoongi, dia sudah bilang bahwa pria berkulit pucat itu akan di studio seharian.
"Taehyung masih di tempat latihan, dia bilang masih harus melatih vokalnya." jawab Jimin, lalu menghela nafas sebelum melanjutkan kata-katanya "Melihatnya seperti itu, aku jadi merasa bersalah karena sangat cepat mengeluh saat berlatih. Kurasa aku pun akan kembali ke sana sebentar lagi, aku mau melatih gerakan dance yang diajarkan Deuk hyung."
"Aku ikut, tunggu aku." ucap Hoseok sebelum kemudian bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Kau kenapa Jungkookie?" Jimin menatap Jungkook yang menundukan wajahnya. Sementara Seokjin datang membawa empat mangkuk mie rebus dan meletakkannya di atas meja.
"Aku merasa sangat tidak berguna Jimin hyung, perusahaan bahkan harus mengirimku ke Amerika karena aku paling sangat tidak bisa menari. Aku__"
"Hei jangan rendah diri seperti itu. Kami semua tahu kemampuanmu, kau hanya perlu mengasahnya sedikit lagi." Jimin merangkul pundak Jungkook lalu menepuknya ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulletproof (We Are Not Seven With You)
FanfictionFrom Zero to Hero. Hanya sebuah kisah tentang BTS. Cerita ini akan membawa kalian bernostalgia bersama BTS di masa lalu dari sebelum debut hingga pada perpecahan yang hampir terjadi di antara mereka. Sebuah kisah yang akan membawa pembaca untuk men...