lima

597 105 7
                                    

"YA! AKU MEMANG SOK SIBUK SENDIRIAN! MEMANGNYA APA MASALAHMU?! JIKA KAU BAHKAN BELUM BISA MENJADI DEWASA MAKA DIAMLAH DAN NIKMATI TIDUR MALAMMU DENGAN NYENYAK!!!"

Brak!

Namjoon mengebrak meja dapur dengan keras, membuat cangkir kopinya bergetar dan menciptakan tumpahan kemana-mana. Ia terlalu emosi. Dua hari tidur di tempat yang dingin mengacaukan emosinya. Membuatnya sangat cepat naik pitam.

Apalagi tadi pagi, saat baru bangun ia tak kembali ke studio, melainkan hanya diam di taman kota karena ia tak punya uang sepeser pun bahkan untuk menumpang bus kota yang akan membawanya ke kantor agencynya. Maka ketika Hoseok menyentil telinganya dengan kata-kata yang sinis, Namjoon pun tak bisa menguasai dirinya.

Guna menghindari pertengkaran yang lebih keras lagi, Namjoon melangkah meninggalkan dapur, mengambil kembali tasnya dan berderap untuk pergi lagi meninggalkan dormnya.

"Jika kau merasa cukup dewasa bukankah harusnya kau tak lari dan menghindar dari masalah!" Namjoon menghentikan langkahnya, juga gerakan tangannya yang hendak memutar gagang pintu utama.

"Aku hanya ingin tau seberapa besar aku membebanimu, hingga kau tak pulang selama dua hari terakhir ini."

"Aku pulang!! Dan aku tidur di lantai ini agar kau tak terganggu dengan dengkuranku dan kau bisa tidur dengan nyenyak, kau tak perlu pingsan lagi, puas?!!!"

"Jadi kau bermasalah dengan kebiasaan tidurku?!!" berang Hoseok.

"Ya!! Dan kau bermasalah dengan dengkuranku!!"

"Bisakah kalian berhenti berteriak?!"

Suara Yoongi serentak membuat mereka menoleh ke arah pintu kamar tidur. Tampak pria pucat itu keluar dengan menggaruk rambutnya yang sudah kusut seperti rambut singa. "Jika kalian punya masalah sebaiknya kalian duduk bersama dan bicarakan baik-baik." ucapnya sambil berderap menuju kamar mandi mengabaikan dua orang 94 line itu yang masih berdiri saling tatap.

"Saat aku keluar dari kamar mandi aku ingin kalian sudah duduk di sana." tunjuknya pada lantai ruang tengah itu.

"Dan kau," ia mendelik menatap Hoseok "Sebaiknya pakai bajumu dulu, baru buat keributan." ucap Yoongi dingin lalu hilang di balik pintu kamar mandi di belakang Hoseok.

Dengan tanpa perlawanan Hoseok pun masuk ke dalam kamar tidur untuk memakai pakaiannya. Begitu juga dengan Namjoon yang perlahan kembali duduk melantai dan meletakkan tas hitamnya di samping tempat duduknya. Ia menaruh kedua tangannya di atas meja. Dan menunduk dengan kedua jemarinya saling meremat, menunjukan pergolakan batinnya sendiri.

Tak selang berapa lama kemudian Hoseok keluar dari kamar dan duduk agak jauh dengan Namjoon. Walaupun sebenarnya tak bisa dikatakan berjauhan karena tempat itu memang sangatlah sempit.

Mereka sama-sama diam, tak saling bicara satu sama lain. Juga tak saling melirik, apalagi saling memandang.

Tak.

Tak.

Bunyi dua cangkir kopi yang diletakkan di atas meja terdengar mengusik kesunyian ruangan itu.

Serempak Namjoon dan Hoseok menoleh. Yoongi berdiri di antar mereka sambil menyesap kopinya sendiri, sebelum mendudukan dirinya di lantai yang sama. "Jadi, apa kita akan mulai membahas ini tanpa sarapan atau secangkir kopi?"

"Maaf." Namjoon langsung berucap cepat. "Aku hanya tak ingin membuat satu di antara kalian terluka. Jika aku terus tidur di kamar itu maka Hoseok akan kembali terluka karena tak bisa tidur, terganggu oleh dengkuranku."

Hosoek menatap Namjoon yang masih menundukkan wajahnya. "Ini salahku." ia bersuara "Harusnya aku bisa beajar menyesuaikan diri dengan kalian. Cara tidurku mungkin sebuah kebiasaan yang masih bisa aku rubah, tapi jika seseorang mendengkur, itu mungkin karena kau memiliki masalah pernafasan jadi itu tak mungkin bisa dirubah. Maafkan aku Namjoon."

Bulletproof (We Are Not Seven With You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang