lima belas

503 91 8
                                    

Happy Reading.

Seperti biasa jangan lupakan vote dan ko.....ment.

Makasi.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lewat tengah malam akhirnya Namjoon dan rombongan tiba di dorm, setelah tadi mengantarkan sang maknae ke bandara Icheon. Karena sudah pada lelah, mereka pun langsung masuk ke dalam kamar untuk segera mengistirahatkan tubuh masing-masing.

Tak butuh waktu lama bagi tiap orang untuk segera terlelap dan pergi ke alam mimpi. Maka pada saat itulah Yoongi membuka matanya perlahan. Memperhatikan sekitar dengan hati-hati sebelum akhirnya bangkit. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit, terutama pada bagian lututnya yang terkilir. Perlahan ia bangkit dan berderap keluar dengan tertatih. Dengan hati-hati Yoongi mendudukan pantatnya di lantai. Kemudian melipat celana panjangnya hingga bagian lututnya yang terluka kini terlihat jelas. Lututnya tampak membengkak, di balik kain perban coklat yang dipasangkan petugas medis tadi. "Akh." ia meringis tertahan lalu mencoba bangkit untuk membuat air hangat agar bisa mengompres kakinya.

Setelah beberapa menit ia kembali dengan sebaskom air hangat. Sebuah handuk kecil pun sudah diletakannya di atas meja. Sesaat kemudian ia melepas celana panjangnya dan menggantinya dengan celana pendek yang tadi sempat ia ambil di dalam lemari pakaiannya.

Kembali Yoongi duduk di atas lantai lalu perlahan membuka kain perban yang melilit salah satu lututnya. "Akh." erangnya. Lutut yang terluka itu tampak membiru. Yoongi menghela nafas sambil terus memperhatikan warna kebiruan di kakinya. Hingga beberapa saat kemudian tangannya terulur untuk mengambil handuk kecil yang ia letakkan di atas meja. Namun seketika ia terdiam ketika sebuah suara menyapa inderanya. Dan handuk itu menempel di lututnya yang bengkak, mengalirkan rasa hangat dari air hangat yang Yoongi buat beberapa saat lalu. Yoongi menoleh, kemudian mendapati raut kekhawatiran di hadapannya.

"Bukankah ini harusnya dibawa ke rumah sakit, hyung."

"Ji...min..." lirih Yoongi sambil memperhatikan gerak tangan Jimin yang kini mengompres kakinya dengan sangat hati-hati.

"Sakit hyung?" tanya Jimin saat melihat Yoongi meringis menahan sakit ketika Jimin mulai mengompres lututnya. "Ke rumah sakit ya, hyung." ajak Jimin.

"Tidak usah, tidak apa-apa besok juga sembuh, kau tidur sana." Yoongi hendak mengambil alih handuk kecil itu, tapi Jimin melarangnya. Ia terus melakukan kegiatannya untuk mengompres kaki Yoongi dengan sangat telaten.

"Hyung kita kerumah sakit sekarang, ya. Kalau tidak akan kubangunkan yang lainnya biar rahasiamu terbongkar."

"Jangan Jimin." cegah Yoongi. "Ya sudah aku ke rumah sakit sekarang." Yoongi pun bangkit dan mengambil dompetnya. Dalam perjalanan ia sempat memeriksa isi dompetnya sembari berfikir bagaimana jika ternyata nanti ia kekurangan uang? Secara seperti yang ia dan semua orang tahu, biaya sekali berobat di Korea tidaklah sedikit.

Sementara itu, di sebelahnya Jimin sempat melirik apa yang tengah dilakukan Yoongi. Akhirnya ia mengerti kenapa Yoongi bersikeras untuk tidak ke rumah sakit dan menyembunyikan lukanya. Rupanya pria yang kini duduk bersebelahan dengannya di dalam taxi sedang krisis  keuangan.

"Hyung, kau kenapa sampai luka-luka seperti ini? Jatuh bawa motor ya? Apa kau kerja sambilan?"

Merasa tertangkap basah, Yoongi pun hanya bisa mengangguk. "Aku jadi pengantar pizza." jawabnya, membuat Jimin membelalakkan matanya.

"Serius hyung?"

Yoongi pun kembali mengangguk, kemudian mereka turun di depan rumah sakit, setelah taxi yang mereka tumpangi sampai ditujuan.

Bulletproof (We Are Not Seven With You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang