enam

600 103 11
                                    

Sekali lagi aku tekankan, ini hanya fiktif belaka. Karangan penulis, yang terinspirasi dari kisah BTS. Semua hal yang terjadi tidaklah sepenuhnya sama. Ada banyak adegan tambahan yang sengaja dibuat untuk membuat cerita ini jadi lebih menarik untuk dibaca.

Ingat jangan lupakan vote, and koment.

Happy reading..
.
.
.
.
.
.

Satu pijakan kakinya kembali turun menyusul kaki kanannya yang telah lebih dulu menjejak trotoar. Setelah sang supir memastikan semua penumpangnya turun dengan selamat, bus kota pun bergerak perlahan dan pergi meninggalkannya.

Sebelum melangkahkan tungkainya sang pria tampan dengan setelan celana panjang hitam dan memakai baju kemeja putih dengan jaket tebalnya itu sempat melirik ke bawah, mungkin karena merasa ada sesuatu yang tak beres dengan kakinya. Maka kemudian ia berjongkok membenarkan tali sepatunya yang tampaknya sedikit terlepas. Hanya butuh waktu beberapa detik baginya memperbaiki dan membenarkannya kembali. Barulah kemudian ia kembali berdiri, membenarkan posisi tas ransel di punggungnya dan bersiap berderap memasuki gerbang yang terbuka lebar di hadapannya.

"Hei, tunggu." dia menoleh.

"Kau bicara padaku?" tanyanya sambil tersenyum ramah.

"Iya kau, memangnya siapa lagi, di sini tak ada orang lain selain dirimu."

Pria itu mengedarkan pandangan ke sekitar, kemudian tersenyum canggung "I...iya kau benar juga, paman. Maaf...." ia membungkuk melakukan bow sikapnya sangat sopan membuat pria paruh baya yang memanggilnya tersenyum.

"Oh ya, kenalkan aku Lee Song In dari Big Hit intertainment. Kalau boleh tahu siapa namamu anak muda?"

Kembali ia melakukan bow membungkuk 30' sembari memperkenalkan diri "Aku Seokjin, paman, Kim Seokjin."

"Nama yang bagus, sangat sesuai dengan wajah tampanmu. Apa kau seorang idol?"

Seokjin tersenyum lalu menggeleng dengan rona merah di telinganya, ia tampak sedikit malu. "Ah, bukan paman, saya hanya seorang mahasiswa di sana." ia menunjuk gedung kampus di depannya, kampus Konkuk University "Mungkin banyak idol kuliah di sana. Tapi sayangnya saya bukan."

"Kalau begitu biar kami yang menjadikanmu seorang idol." sambut pria paruh baya yang mengaku bernama Lee Song In itu.

"Eh?!" Seokjin terperangah dan mulai menatap Song In dengan tatapan curiga.

"Aku ini salah satu pegawai di Big Hit intertainment, tugasku mencari bakat-bakat tersembunyi yang ada di masyarakat. Yang nantinya akan kami debutkan jadi idol, lewat Big Hit agency. Kau pasti pernah mendengar namanya." Song In berusaha memberinya penjelasan. Akan tetapi Seokjin hanya menggeleng.

"Tidak." jawabnya kemudian.

"Wah, sayang sekali anak muda. Kau tahu 8eight kan? tau 2AM kan? Itu debutan Big Hit dan cukup terkenal di masyarakat."

"Tidak." jawab Seokjin sekali lagi, membuat manager Lee mendesah pelan.

"Baiklah paman kalau begitu saya pamit dulu." pria tampan itu kembali membungkuk. "Hah..Aku ketemu penipu lagi, seperti bulan lalu." gumamnya dalam hati, sambil mendesah pelan. Ia pun melangkah, akan tetapi langkahnya kembali tersendat karena Lee Song In kembali menarik tangannya.

"Tunggu...tunggu!! Jangan pergi dulu, tolong izinkan aku mengaudisimu sekali saja. Kau bisa bernyanyi, kan?"

Seokjin menggeleng.

"Menari?"

Kembali ia menggeleng.

"Rapp? Main musik? Ayo tunjukkan padaku." pinta Lee Song In bersemangat. Tapi bukannya menunjukkan bakatnya Seokjin malah mengerutkan dahinya dan menatap aneh pada orang yang dianggapnya penipu di hadapannya.

Bulletproof (We Are Not Seven With You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang