dua

745 114 7
                                    

"Apa yang kau buat?" Namjoon sedang menulis beberapa larik syair lagu ketika Yoongi datang sambil membawa secangkir kopi di tangannya. Sambil menyesap kopinya Yoongi tanpa izin mengambil salah satu kertas yang berserakan di lantai kemudian membacanya dengan seksama.

"Kau seorang lyrikis?" tanyanya kemudian, dan mendudukan pantatnya melantai di samping Namjoon.

"Masih belajar, Hyung. Aslinya aku hanya seorang rapper underground."

"Benarkah? Sepertinya kita punya banyak kemiripan." Yoongi kembali menyesap kopinya sebelum melanjutkan. Tampak jakunnya turun mendorong cairan hitam itu masuk ke dalam perutnya melalui tenggorokan.

"Apa kau seorang rapper underground sepertiku?" tanya Namjoon bersemangat.

"Ya, aku dikenal dengan nama Glow dan kau sendiri?"

"Aku Runch Randa, mungkin kau belum pernah mendengarnya."

"Yah, rapper underground memang tak banyak dikenal orang. Tapi kurasa mulai sekarang kita akan semakin mudah untuk bekerjasama, karena disamping sebagai rapper aku juga penulis lagu sepertimu tapi aku bukan tipe orang yang suka membuang sampah sembarangan." ucapnya di akhir kalimat lalu pergi dengan kopinya. Mengabaikan Namjoon yang tergugu diam menatapi kepergiannya lalu beralih melihat kertas-kertas yang ia buang yang hampir memenuhi seluruh ruang tamu yang kecil itu.

Dari arah dapur Yoongi tersenyum tipis sambil memperhatikan Namjoon yang perlahan bangkit untuk mengambil sapu. Akan tetapi gerakannya terhenti sesaat dan ia memegangi lututnya. Sepertinya lutut itu terbentur meja, karena sebelum ia meringis kesakitan, suara benturan terdengar cukup keras hingga ketelinga Yoongi.

"Dasar ceroboh." desis Yoongi dari tempatnya, tapi manik matanya masih tetap memperhatikan gerak langkah Namjoon yang kini sudah mulai menyapu, membersihkan ruangan itu dari kekacauan yang ia ciptakan sendiri.

"Minum kopinya." suara Yoongi menghentikan kegiatan Namjoon memasukkan sampah pada kantong plastik berwarna hitam di salah satu sudut ruangan.

"Eh?" Namjoon menoleh menatap ke arah Yoongi yang meletakkan secangkir kopi di atas meja. Ia pun membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu atau mungkin juga ingin sekedar berterimakasih. Tapi Namjoon mengurungkan niatnya begitu saja ketika dilihatnya Yoongi sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar tidur. Maka sebelum kopinya dingin Namjoon pun secepat mungkin memasukkan sampah-sampah kertas itu.

Tak butuh waktu lama baginya kini untuk duduk kembali. Melantai di dekat meja satu-satunya yang ada di ruangan itu. Sambil menyesap kopi bikinan Yoongi. Ia tersenyum, jika selama ini ia lah yang selalu menjadi kakak di rumahnya, kini ia memiliki seorang kakak yang menjadikannya sebagai maknae. Terkesan dingin tapi hangat dan perhatian, Namjoon sangat menyukainya.

Masih betah Namjoon menikmati kopi hangatnya, ketika pintu utama dormnya terbuka menampilkan sosok Sejin sang manager.

"Hai Joon," ucap pria itu sembari melangkah mendekat lalu duduk di depan Namjoon berbatasan dengan meja yang ukurannya tak terlalu besar. "Mana Yoongi?"

"Ada, Hyung. Dia baru saja masuk, kurasa sekarang sedang rebahan di kasur. Mau kupanggilkan?"

"Iya tolonglah." jawab Sejin, lalu tanpa izin menarik kopi Namjoon ke arahnya dan menyesapnya. "Kopimu enak, Joon. Tak seperti kemarin-kemarin, belajar bikin dimana?"

"Itu buatan Yoongi hyung." jawab Namjoon kemudian hilang di balik pintu.

"Pantas saja," gumam Sejin. "Baguslah kalian bisa cepat mengakrabkan diri, aku pikir manusia es itu akan susah ditaklukkan." lanjutnya bergumam, lalu kembali menyesap kopinya.

Bulletproof (We Are Not Seven With You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang