Kotak makan

94.5K 12.3K 490
                                        

Happy 400k readers 🥳❤️
Masih nggak nyangka ide cerita yang muncul tengah malam ini bisa disukai 😭🙏🏻

Happy 400k readers 🥳❤️Masih nggak nyangka ide cerita yang muncul tengah malam ini bisa disukai 😭🙏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow ig: @stefictions

❤️ Thankyou ❤️
.

.

.

"Kamu suka bercanda, rasaku tidak."

🚴🏻‍♂️🚴🏻‍♂️🚴🏻‍♂️

Kening Jack berkerut dalam memandangi layar laptop. Beberapa kali matanya mengerjap pelan merasa perih karena terlalu fokus hingga lupa berkedip. Pria itu bahkan mengabaikan tumpukan dokumen yang menjadi tanggung jawabnya dan membiarkan George mengomel sejak tadi.

"Gue sekarang yakin kalau bucin itu lebih bikin bodoh dari pada micin!" George mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja dengan tidak sabar, "Bisa nggak lo bedain antara pekerjaan dan masalah pribadi? Lo itu pempimpin perusahaan, tanggung jawab lo besar. Apa kata bokap lo kalau sampai lihat anaknya nggak becus?"

"Bokap lo udah membangun perusahaan dari nol dan sekarang jadi perusahaan tekstil terbesar di Indonesia. Bayangin dari zaman doi mungutin kain perca sekarang jadi penyedia kain buat butik-butik terkenal," George menggeleng prihatin, "Dan sekarang perusahaan ini jatuh ke tangan lo--"

"George."

"Apa?!"

Jack menyandarkan punggungnya ke bantalan kursi dengan kedua mata masih menatap lekat layar, "Cewek mood-nya selalu berubah-ubah ya setiap hari?"

"Hmm.." George mengerutkan kening berpikir, "Nggak juga, kebanyakan setiap jam bahkan menit."

"Secepat itu?" Jack terbelalak tak percaya.

George mengangguk, "Cewek itu makhluk paling aneh, paling susah dimengerti. Intinya lo bakalan cepet botak kalau berusaha baca kemauan mereka. Saran gue, biar umur lo panjang mending bodo amat."

"Gitu?" Jack menyentuh dagunya dengan jari, "Tapi percuma umur panjang kalau akhirnya putus kayak hubungan lo."

Ucapan Jack langsung mendapat umpatan tertahan George. Jika tidak ingat pria dihadapannya itu adalah atasannya, mungkin sepatu pantofelnya sudah melayang dan mendarat tepat di wajah pria itu.

"Sebenernya gue ada salah apasih?" Jack bergumam sendiri, "Apa dia marah karena ucapan gue empat hari yang lalu?"

Sejak tadi pagi Jack dibuat uring-uringan oleh karyawannya yang bernama Adelheid Lanira Devi. Sudah tiga hari ini Jack belum sempat bertemu gadis itu dikarenakan jadwalnya yang padat. Baru tadi pagi Jack tidak sengaja berpapasan dengan Adel di parkiran. Hatinya sudah bungah kesenangan, tetapi yang ia dapat justru tatapan tajam Adel yang terlihat tidak senang melihat kehadirannya. Terlebih gadis itu membuang muka seolah tidak mengenalnya.

Sesuai Titik, Ya?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang