Part 3

26 3 0
                                    

Seminggu berlalu, Maira sama sekali tidak bisa ditemui oleh siapapun. Rendra dan Ardha sama-sama sudah putus asa untuk menemui gadis itu.

Maira tetap berangkat kuliah seperti biasa tapi jadwalnya telah diganti sehingga tidak ada yang tahu kapan dia akan ada di kampus dan kapan tidak.

Ardha akhirnya menyerah. Tapi tidak dengan Rendra. Ia sengaja menunggu di kamar Maira setelah mendapat ijin dari mama dan papanya.

"Baru pulang Mai? Jam berapa kamu kuliah dan selesai?" Sapa papa Maira.

"Jam 2 selesai pa. Tadi langsung ke gramed makanya jam segini baru pulang."

"Ya udah sana istirahat. Papa sama mama mau ke rumah tante Ajeng dulu. Ada masalah yang harus di bahas."

"Masalah bisnis?"

"Ya kurang lebih begitu."

Maira hanya mengangguk dan langsung berlalu menuju kamarnya. Ia tak merasa ada hal aneh di rumah maupun di kamarnya.

Tak ada Bi Ijah, Maira berusaha berpindah dari kursi roda ke kasur sendiri. Perlahan ia mendekatkan kursi rodanya dan berusaha berdiri.

Tapi belum ia meraih kasur tiba-tiba tubuhnya sudah terangkat dan pindah ke atas kasur. "Rendra." Teriak Maira.

"Susah banget sih di cari. Sengaja banget ngehindarin gue." Kata Rendra setelah membaringkan Maira.

Menaikkan sebelah alisnya bingung. "Kemarin aku-kamu sekarang balik lagi lo-gue. Situ sehat?" Kesal Maira.

"Gue capek nyariin lo kesana kemari enggak ketemu. Terpaksa dari pagi gue disini."

"Enggak ada yang nyuruh lo buat nyari ataupun nunggu gue."

"Lo kenapa deh aneh banget? Gue salah iya gue akui dan gue minta maaf. Kemarin ego gue gede banget. Tapi jangan ngilang gitu aja. Gue enggak tenang."

"Fokus aja deh sama acara nikahan lo. Ngapain ngurusin cewek cacat kayak gue."

"Gue enggak suka lo ngomong kayak gitu."

"Mulut gue. Jadi serah gue mau ngomong apa. Enggak suka jangan peduliin gue."

"Mai lo kenapa sih? Lo sengaja mau bikin gue jatuh setelah calon istri gue pergi? Lo enggak peduli sama gue?"

"Pergi?"

"Dia milih kerjaan. Jadi nikahnya di undur."

"Elah di undur doang."

"Gue sedih Mai. Belum tahu sampai kapan bakal di undur."

"Emang kemana sih bini lo?"

"Singapore Mai."

"Jauh amat. Susul aja."

"Ngapain?"

"Kali aja lo ngebet banget mau kawin kan."

Pletaakk

"Sakit Ndra."

"Sembarangan aja lo kalo ngomong. Kalau gue ngebet kawin enggak gue kasih Naira kesana Mai. Kalau enggak gitu, gue masih punya lo Mai. Jadi enggak perlu bingung."

Wrong SideWhere stories live. Discover now