Part 15

10 3 0
                                    

Seminggu sudah Maira tidak bertemu dan berkabar dengan Renata, Leon dan Rendra bahkan Eza. Mereka benar-benar menghilang dari pandangan dan hidup Maira.

Maira masih merasa sesak jika harus mengingat kejadian itu. Tapi sedikit. Ia sudah mulai bisa menerima hal itu walaupun masih membekas jelas ada kekecewaan.

Orangtua Maira yang sedang berada di Bandung terus saja menghubunginya sekedar menanyakan kabar dan bagaimana perasaannya saat ini. Ia yakin mereka sangat khawatir saat inj. Tapi karena pekerjaan mereka harus terpisah.

Seperti biasa, Maira masih disibukkan dengan kegiatan di kantor dan skripsi. Ia mengerjakan skripsi saat di kantor tak banyak pekerjaan.

Hari ini dia ada janji bertemu dengan dosen pembimbing jam 10. Dan tak ingin melewatkannya, jadi dia sengaja menyerahkan pekerjaan kantor kepada Seila. Jika ada yang mendesak barulah ia akan ke kantor.

Jam 9 Maira sudah berangkat ke kampus di antar pak Ahmad. Usai menempuh perjalanan selama 30 menit, akhirnya ia sampai kampus. Dan disana tak sengaja ia melihat siluet gadis yang sangat dikenalnya, Renata. Karena merek seangkatan jadi kemungkinan bertemu itu ada. Tapi Maira segera menghindar dan memilih menunggu dospem (dosen pembimbing) di depan ruangannya.

"Maira." Suara berat yang beberapa waktu ini baru di kenalnya membuat Maira menoleh.

"Bastian." Maira berbinar. "Ngapain disini?"

"Oh aku ditugaskan menjadi dosen pembimbing hari ini. Kebetulan kantor kami kerjasama dengan kampus ini. Dulu papaku yang disini." Jelas lelaki yang akrab disapa Tian itu.

"So, hari ini kamu dospemku?"

Bastian tampak membaca catatannya tentang nama Mahasiswa yang akan di bimbingnya hari ini. "Almaira Stephani Aditya, right?"

"Yup. That's my name."

Maira dan Bastian terkekeh bersama. Mereka akhirnya memuli bimbingan tepat jam 10 karena Maira memang datang lebih awal begitu juga dengan Bastian. Bimbingan memang tak berlangsung lama karena Bastian hanya meminta Maira untuk lebih memperbanyak isinya saja setelah membaca isi bab pembahasan. Ia juga memberikan buku referensi untuk Maira.

Selesai membahas skripsi mereka berbincang ringan soal pekerjaan. Bastian tidak menyangka jika Maira belum menyelesaikan S1 nya saat harus menggantikan papanya di perusahaan ini sedangkan papa dan mamanya yang menghandle perusahaan di luar kota. Luar biasa. Kata itu yang terus Bastian sematkan untuk Maira dan fight gadis mungil itu.

Tok tok tok

Ketukan di pintu ruangan Bastian menginterupsi pembicaraan. Seseorang yang sangat di hindari Maira tetiba masuk untuk melakukan bimbingan. Bastian sempat heran melihat keterkejutan Maira, tapi luar biasanya gadis itu dengan cepat menetralkan ekspresinya dan berlaku seolah tak terjadi apa-apa.

"Selamat pagi pak. Saya Renata Putri, mahasiswa jurusan bisnis." Sapa Renata belum melihat jelas siapa yang duduk memunggunginya.

Setelah di persilakan duduk oleh Bastian barulah ia menengok dan terkejut. "Maira." Lirihnya.

Maira memaksakan seulas senyum ketika tatapan mereka bertemu. Maira kembali merasa sesak dan bahagia secara bersamaan saat melihat Renata yang terlihat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.

Wrong SideWhere stories live. Discover now