Part 14

18 2 2
                                    

"Pagi ma, pa." Sapa Maira saat sudah sampai di meja makan.

"Pagi sayang. Siapa yang antar kamu pulang semalam?" Tanya Damian.

"Eza pa. Rendra udah mati kutu nggak akan berani dia nongol dalam waktu dekat." Maira terkekeh.

"Jangan macam-macam sama mantu papa." Kata Damian disela kekehannya.

"Ishh itu sih papa yang ngarep." Cibir Maira.

"Emang kamu nggak mau sama Rendra?" Kata Damian.

"Iya lagian ayahnya udah meminang kamu semalam. Mama yakin hari ini Rendra akan muncul di hadapan kamu." Imbuh Novia.

"Serius ma?" Maira terkejut. "Wah Maira harus siapin seribu jurus nih biar Rendra nggak bisa nemuin."

"Papa akan kasih dia akses VIP biar bisa ketemu kamu." Pungkas Damian.

"Mai akan perketat penjagaan jadi VVIP." Ketus Maira.

"Coba aja." Ejek Damian.

"Ya dan Mai pastikan papa pun nggak akan bisa menginjakan kaki di kantor dalam radius 100 meter." Kata Mai mantap sambil mengoleskan selai strawberry ke roti yang di ambilnya.

Damian melotot tajam ke arah anak gadisnya. "Sombong banget sih lo. Anak siapa coba?"

"Anak lo lah Damian Aditya. Masa lo udah nanam saham di mama Novia lupa?" Cicit Maira.

Plakkk..... tamparan kecil mendarat di pantat kanan Maira. Dan itu ulah mamanya.

"Sakit mah." Rintih Maira.

"Kurang-kurangin kalian ya." Novia menengahi.

Maira dan Damian terkekeh pelan mendapati Novia sudah melotot tajam ke arah mereka secara bergantian.

"Kamu baik-baik aja Mai?" Tanya Novia pelan.

"Mama tenang aja. Almaira Stephani Aditya nggak selemah itu. Lagian nggak ada untungnya juga Mai lama-lama kecewa. Ya nggak pa?" Jawab Mai.

"Ini baru anak Damian Aditya. Ganas."

Plak... kali ini Damian yang mendapat tamparan. Tapi bedanya yang ini keras.

"Maira kayak gitu nurun dari kamu." Kesal Novia.

Damian dan Maira kali ini tak bisa menahan tawanya.

"Ma, anak kita itu bukan gadis biasa. Papa sangat tahu itu." Ucap Damian setelah menghentikan tawanya. "Papa tahu kamu balik kesana lagi untuk mengucapkan selamat. Kamu berhati besar Mai."

"Maira kan anak papa dan mama."

Mereka semua tersenyum dalam diam. Selanjutnya hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar.

Maira langsung pamit ke kantor untuk menghadiri rapat dengan klien baru. Ia mendapatkan tawaran kerjasama itu saat sedang kecewa dengan sahabatnya.

Setelah berkutat dengan keramaian selama 30 menit, Maira sampai juga di kantor. Ia langsung di sambut Seila yang tampak cemas.

"Kenapa non?" Sapa Maira pada sekretaris papanya itu.

"Kirain mba nggak ke kantor. Kita ada merting penting hari ini." Sahut Seila sambil mengiringi langkah Maira ke ruangannya.

"Ngawur kamu. Aku pasti ke kantor. Kan udah janji."

"Kirain mba masih pingin sendiri gitu."

"Nggak perlu buang waktu buat hal nggak jelas kayak gitu kan."

"Mba Maira hebat. Saya salut sama mba."

Wrong SideWhere stories live. Discover now