Part 20

6 2 0
                                    

Maira menyibak selimut tebal yang menutupi tubuhnya saat merasa ada yang mengusik tidurnya. Ia terkesiap saat melihat Rendra tertidur di sampingnya dan menatapnya dengan senyuman.

"Ngapain lo di kamar gue?" Bentak Maira.

"Bangunin calon istri." Jawab Rendra santai.

"Siapa kasih lo masuk?"

"Mama yang suruh."

"Trus kenapa nggak bangunin gue?"

"Kamu nyenyak banget boboknya sayang. Aku nggak tega banguninnya."

"Alasan aja lo. Awas macem-macem sama gue."

"Macem-macem sama calon istri kan nggak apa Mai."

"Gue belum nrima lo." Maira langsung berlalu ke kamar mandi. Ia langsung berpakaian lengkap setelah selesai mandi.

"Ke kantor bareng ya."

"Ngapain? Abimanyu properi sama Aditya group jauh. Lo harus muter."

"Nggak apa. Kan demi calon istri."

"Ishh gue belum terima lo Narendra."

"Terima dong."

"Ayo turun gue laper." Maira langsung keluar kamar setelah menyelesaikan ritual dandan naturalnya.

Rendra mendengus sebal karena merasa di acuhkan. Ia mengejar Maira dan memeluknya dari belakang. Ia mengeratkan pelukannya saat Maira memberontak.

"Terima dulu." Rengek Rendra. "Aku nggak ak..."

"Rendra." Damian memotong ucapan Rendra.

"Pa.." kesal Maira.

"Kalian turun sini. Ayo sarapan udah siang." Panggil Novia yang melihat mereke bertiga masih berdiri di atas tangga.

Tak ada yang menyahut. Mereka langsung bergegas turun sebelum kena semprot dari sang mama.

"Kalian ini kalau ketemu ribut nggak ketemu nyariin. Heran mama." Kesal Novia.

"Ngapain dia dikasih masuk kamar Mai?" Protes Maira..

"Belajar ngomong yang sopan. Kalian sebentar lagi tunangan." Kali ini Damian yang bersuara.

"Mai masih pengen fokus sama kerjaan pa. Tahun depan aja bahas masalah tunangan sama nikahnya." Jawab Mai cepat.

"Dua minggu lagi. Itu waktu yang tepat. Nikah kapan terserah kalian." Novia menengahi. Ia tahu Maira akan terus membantah papanya.

"Kalau Mai belum mau nggak apa ma. Rendra bisa kok nunggu." Rendra memegang erat tangan Maira.

"Gue nggak butuh dibela. Lagian ngapain harus dicepetin sih? Mai juga belum bilang iya kan."

"Kalau nunggu kamu, semua juga nggak bakal terealisasi dalam waktu dekat. Perhitungan kamu terlalu banyak." Damian sinis.

"Pantes mama suka kesel sama papa. Ngini ngeyelnya papa. Egois lagi." Maira terkekeh sinis.

Damian melotot dengan jawaban Maira, sementara Novia dan Rendra tersenyum geli.

"Kamu mau ngelawan papa?" Damian tak terima.

"Papa yang mulai. Ingat pa, jarak 100 meter papa udah nggak bisa menginjakan kaki di kantor Maira." Tegas Maira sebelum melahap habis roti isinya.

"Kamu benar-benar anak Damian Aditya." Seru Damian sembari mengulurkan tangan untuk berhi-five dengan Maira.

Rendra terdiam melihat pemandangan di hadapannya. Ia kira Maira dan orangtuanya akan beradu argumen, tapi ternyata mereka justru menyelesaikan permasalahan dengan cara mereka sendiri.

Wrong SideWhere stories live. Discover now