Semalaman Rendra menunggui Maira di kamarnya. Ia tertidur sembari memeluk Maira. Bahkan ia setengah naked untuk mengurangi panas badan Maira yang kunjung turun meski sudah minum obat.
Maira mengeliat saat merasakan silau sinat matahari lewat celah gorden. Ia terkesiap saat menyadari bahwa dirinya tidak tidur di kamarnya sendiri. Saat hendak bangun ia merasakan ada tangan yang melilit perutnya erat. Seketika ia membalik badannya dan matanya membulat sempurna setelah melihat Rendra yang setengah naked memeluknya.
Sambil terus mengumpat ia memandangi dirinya sendiri yang juga setengah naked. Ia berusaha melepaskan tangan Rendra dengan pelan agar si bastard itu tidak terbangun. Namun usahanya sia-sia karena Rendra justru semakin mengeratkan pelukannya saat menyadari pergerakan kecil Maira.
"Nanti aja bangun. Hari ini kita libur dulu." Kata Rendra dengan suara serak khas orang bangun tidur tanpa membuka mata.
"Kita belum nikah bastard, kenapa lo bawa gue kesini? Naked lagi." Kesal Maira sambil berusah mendorong Rendra agar menjauh.
Rendra mengeratkan pelukannya lagi. "Kamu udah sembuh rupanya."
"Gue nggak sakit."
Rendra membuka sebelah matanya menatap Maira yang terus memberontak. "Kamu demam sayang. Makanya aku bawa kamu pulang."
"Trus ngapain lo tidur disini sambil meluk gue?"
"Demam kamu nggak turun bahkan semakin panas pas tengah malem. Kata kak Indra cuma ini cara yang bisa dilakuin buat nurunin panas badanmu."
"Kan bisa pake kompres."
"Aku ngantuk. Ya udah lah kan udah lewat juga."
Rendra langsung menarik Maira untuk menghadap ke arahnya setelah mengatakan itu. Ia menatap lekat wajah Maira yang sudah memerah menahan marah.
Rendra mendekatkan wajahnya saat Maira diam tak lagi meronta untk di lepaskan. Namun sedetik kemudian tangan Maira menangkup wajah Rendra dan mendorongnya menjauh.
"Mesum lo kumat kan." Kesal Maira.
Rendra meraih tangan Maira dan menggenggamnya mencari sesuatu. Ia menaikan sebelah alisnya. "Cincin yang dikasih bunda mana?"
"Di dompet."
"Kenapa nggak dipake??"
"Lupa."
Rendra dengan kesal bangun dan mengambil tas Maira kemudian mengeluarkan dompet untuk mencari cincin itu. Ia lalu berbalik ke atas kasur dan memasangkan cincin itu ke jari manis Maira kembali. "Jangan pernah di lepas."
Ia kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri sementara Maira mematung di tempat karena baru kali ini Rendra benar-benar terlihat kesal padanya.
Ketukan di pintu menyadarkan Maira dari pikirannya. Bunda masuk dengan membawa sarapan dan segelas susu hangat untuknya.
"Udah baikan sayang?" Ucap bunda dengan senyum hangat.
"Udah bun. Mai jadi ngrepotin bunda deh." Kata Mai tak enak.
"Nggak ngrepotin kok Mai. Bunda justru senang Rendra bawa kamu pulang kesini." Bunda mendekat dan duduk di ranjang. Ia memperhatikan Maira yang tak memakai baju. "Semalam demam mu tak turun dan Indra menyarankan untuk melakukan skinship." Jelas bunda saat menyadari Maira yang tak nyaman.
"Tapi kenapa harus Rendra bun?" Tanya Maira polos.
"Trus kamu maunya siapa? Dia kan tunangan kamu jadi tidak apa-apa Mai." Bunda tersenyum simpul.

YOU ARE READING
Wrong Side
RomancePersahabatan Almaira Stephani dengan Narendra Abimanyu harus berantakan karena kesalahpahaman. Tak sampai disitu, bahkan mereka harus mendadak menjadi "kita" karena kelakuan Narendra. Gimana ceritanya???