Part 7

20 2 0
                                    

Maira sudah berada di Surabaya hari ini. Ia menghadiri 2 meeting dengan klien untuk melanjutkan kerjasama perusahaannya dengan perusahaan sahabat papanya.

"Ternyata Damian punya anak secantik kamu ya Almaira.. Saya tidak pernah tahu." Kata Firman, sahabat Damian.

"Yah papa Damian hanya punya satu keturunan dan itu saya om. Saya dulu memang tidak pernah mau ke kantor." Jawab Maira sambil tersenyum ramah.

"Kamu luar biasa Maira. Walaupun perempuan tapi fight kamu tidak bisa di anggap remeh." Kata Firman lagi.

"Saya harus fight untuk orangtua saya om. Hanya mereka yang saya punya untuk saat ini. Tapi mungkin nanti akan ada kakak sepupu saya yang menangani kantor Surabaya ini." Jelas Maira.

"Kenapa tidak kamu saja menikah. Saya dengar anak Bagaskara sudah dekat dengan mu Mai."

Mendengar nama itu, Mai jadi merindukannya. Sejak kemarin ia belum menghubungi atau dihubungi oleh Leon.

"Kami hanya berteman om. Papa saja yang terlalu membesarkan berita kedekatan kami."

"Tapi papamu sepertinya memang sangat berharap Mai."

Maira hanya menanggapinya dengan senyuman. Ia tak tahu jika papanya bahkan sudah menceritakan hal ini pada sahabatnya yang satu ini soal perjodohannya dengan Leon.

Selesai bertemu dengan Firman, Mai masih menghadiri meeting dengan direksi di perusahaannya membahas tentang perkembangan perusahaan. Ia cukup tercengang dengan perkembangan perusahaan yang fantastic meskipun usianya terbilang baru.

Selesai meeting, ia bergegas kembali ke Jakarta karena sudah di telpon oleh sekretaris papanya kalau ada beberapa berkas yang butuh tandatangannya.

*****

Maira sedang sibuk membaca beberapa berkas yang sudah di antarkan oleh sekretaris papanya begitu ia sampai di kantor.

By the way, Maira sudah ada di kantor Jakarta saat ini.

Ia sudah mulai bisa berjalan tanpa kursi ataupun tongkat. Ia perlahan menggunakan kakinya untuk berjalan di kantor sekedar mengambil dan mengembalikan berkas.

Ia cukup senang dengan perkembangan dirinya yang di katakan dokter sangat bagus. Ia sangat tidak sabar untuk bisa berlarian lagi seperti dulu.

"Mba Mai, biar saya aja yang antar jemput berkas." Kata Seila.

"Nggak papa non. Biar aku latihan jalan juga." Jawab Mai dengan senyum ramah.

"Tapi kan mba itu masih butuh banyak terapi. Jangan di paksain nanti Pak Damian bisa ngamuk." Jawab Seila polos.

Maira terkekeh pelan. "Urusan papa itu gampang. Nggak horor banget."

"Mas Rendra sama mas Leon daritadi nelpon."

"Bilang aja saya lagi sibuk ya non. Lagi males ketemu mereka. Banyakan drama."

"Siapa yang banyakan drama?" Suara yang sangat di kenali dan di hindari Maira itu terdengar dari arah lift. Ya Rendra, dia datang bersama Naira.

Maira berbalik dan memutar bol matanya malas. "Euihhhh mentang-mentang mau kawin gandengan terus." Sinisnya setelah mencium pipi Naira.

"Iri banget sih lo." Rendra menyentil dahi Maira dan mendapat hadiah tatapn tajam dari Maira dan Naira.

Wrong SideWhere stories live. Discover now