Maira terkekeh setelah mengirim pesan itu. Ia yakin sekarang papanya sedang mengumpat habis-habisan karena merasa di ancam oleh bayi kemarin sore macam anaknya.
Ia memang dididik untuk tak gentar melawan siapapun. Jadi sekarang ia tak perlu takut berhadapan dengan Damian Aditya yang notabene nya adalah ayah kandungnya.
Masih terkekeh sambil menceritakan kejadian barusan pada Rendra, hp Maira kembali berdering. Tapi kali ini panggilan bukan pesan seperti sebelumnya.
Maira sumringah saat mendapati nama yang menelponnya.
Ia segera menjauh dari Rendra dan mengangkatnya. Setelah setengah jam menelpon Maira kembali dengan wajah di tekuk.
"Kenapa?" Tanya Rendra lembut.
"Besok papa pulang." Jawab Maira lesu.
"Bagus dong."
"Bagus dari sisi mananya? Besok pulang bahas pernikahan kita.
"Nah itu bagusnya."
"Iya buat lo."
"Ya udah aku mau ketemu sama Tiara bentar. Kamu mau ikut?"
Maira menggelengkan kepalanya cepat saat mendengar nama gadis yang sudah mengancamnya itu disebut.
Dan tetiba dia ingat dengan permasalahan keuangan perusahaannya. Ia segera menelpon pak Handoko membuat janji ketemu.
Ia langsung menyambar blazernya yang ada di kursi saat lelaki seusia ayahnya itu menyetujui pertemuan setengah jam lagi.
Maira menyetir mobil dengan kecepatan rata-rata karena kebetulan tempat mereka bertemu tak jauh dari rumahnya.
Maira sampai di Black caffe 5 menit sebelum jam janjinya dengan Handoko. Namun ia sedikit terkejut karena mendapati mobil Rendra disana dan segera mengumpat kesal karena itu artinya ia akan bertemu dengan Tiara.
Maira berjalan gontai masuk ke dalam kafe. Ia melihat Handoko sudah duduk disana bersama Brian, anaknya. Ia menghela napas sebelum melemparkan senyum ke arah dua lelaki yang menunggunya.
"Siang om." Sapa Maira sambil meraih tangan lelaki seusia papanya itu. "Hi Brian." Lanjutnya pada Brian yang juga mengulurkan tangan padanya.
"Lama nggak ketemu ya Mai. Om sampai pangling. Kamu makin cantik." Kata Handoko.
"Om bisa aja." Maira tersenyum kikuk. "Maaf ya om, Mai mendadak minta ketemu."
"Nggak apa. Brian udah cerita masalahnya juga."
Maira hanya beroh ria mendengar jawaban itu.
Brian akhirnya menyodorkan map berisi laporan penerimaan dan pengeluaran dana untuk proyek pembangunan hotel atas kerjasamanya dengan Bastian. Di dalam map itu sudah ada laporan asli yang sesuai antara pengeluaran dan penerimaan serta laporan yang menunjukkan adanya kecurangan.
"Siapa yang ngerjain laporan ini Yan?" Tanya Maira pada akhirnya.
"Tiara. Sekretaris pribadi saya bu." Jawab Brian.
"Panggil Maira aja. Nggak usah terlalu formal." Kata Maira. Ia menghela napas pelan. "Okay. Aku yang akan selesaikan masalah ini dengan gadis itu. Kamu fokus aja sama pembangunannya jangan sampai mangkrak." Lanjut Maira.
"Okay. Tapi apa tidak beresiko jika pembangunan tetap kita lanjutkan?" Tanya Brian tak yakin.
"Sebenarnya beresiko. Ayah tahu itu. Tapi sepertinya ada yang memang sengaja mancing Maira turun tangan langsung." Jelas Handoko menjawab keraguan anaknya.
"Aku harus ketemu sama Tiara. Bisa bantu?" Tanya Maira pada Bryan.
"Apa harus kamu langsung?." Tanya Handoko.
"Ya sepertinya memang harus begitu, om. Aku mau dia jelasin semuanya detail." Jawab Maira mantap.
Mereka terdiam setelah pembicaraan serius barusan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Maira masih berpikir tentang kemungkinan adanya orang yang memanfaatkan Tiara dalam masalah ini atau memang murni gadis itu yang melakukannya.
Maira segera menengok saat suara yang di kenalinya menginterupsi dan menarik kesadarannya.
"Mai... kok disini? Bukannya istirahat dulu." Yupsss Narendra Abimanyu bersama Tiara.
"Iya lagi ketemu om Handoko." Jawab Maira sambil menatap Tiara yang terlihat sedikit gugup?
Rendra menyapa Handoko dan putranya dengan sopan. Ia sempat beberapa kali bertemu lelaki seusia ayahnya itu saat menemani Damian ke lokasi proyek. Ya.. Damian memang sering mengajak Rendra karena ingin calon mantunya itu mengerti kondisi di lapangan.
"Tiara. Bu Maira ingin penjelasan kamu terkait laporan ini." Brian lebih dulu membuka suara.
Tiara mengangguk kaku.
"Tiara? Laporan?" Latah Rendra saat mendengar suara Brian.
"Aku kerja di developer pak Handoko yang kerjasama dengan Aditya prop." Sahut Tiara.
Rendra hanya manggut-manggut dan meraih kursi di sebelah Maira. Ia menatap lekat wajah gadisnya yang napak serius.
Tiara mulai membuka suara untuk menjelaskan semua permasalahan yang terjadi. Rendra yang mendengar itu tampak beberapa kali merubah ekspresi mulai dari bingung, kesal dan kecewa.
Berbeda dengan Maira yang hanya menatap gadis di hadapannya dengan wajah datar.
"So?" Satu kata itu akhirnya terucap dari mulut cantik Maira.
"Ada yang bermain dalam pembelian bahan bangunan." Sahut Bryan dengan cepat.
Tiara meneguk salivanya dengan susah payah. "Saya tidak tahu menahu soal ini bu. Saya hanya menerima laporan pembelian dan pengeluaran uang saja."
"Lalu kenapa bisa selisih begini Tiara? Apa kamu yakin tidak salah memasukkan angka?" Tanya Rendra.
"Saya hanya memasukkan sesuai daftar yang ada pak Rendra." Jawab Tiara.
"Kamu harus jeli sayang. Jangan sampai ini hanya permainan untuk menghancurkan kerjasamamu dengan pak Handoko ataupun Bastian." Rendra menatap serius ke Maira yang hanya diam.
"Kirim semua rincian belanja dan buktinya ke saya besok. Sebelum makan siang." Kata Maira tegas.
"Baik bu." Jawab Tiara.
Maira dan Rendra akhirnya pamit setelah tidak ada yang harus dibicarakan lagi. Mereka pulang dengan kendaraan masing-masing. Namun Rendra tetap mengikuti Maira.
Hari-hari belakangan banyak kejutan untuk Maira. Mulai dari hak Maira di kantor yang terkikis karena akan menjadi istri Rendra sampai adanya dana yang di selewengkan.
Benar-benar hadiah menyambut pernikahan yang luar biasa menakjubkan bagi Maira. Ia tak bisa diam saja karena kejadian ini menyangkut nama baik dirinya dan perusahaan. Tapi sampai saat ini ia masih bingung siapa orang yang sengaja mengecoh kinerjanya.
Begitu sampai di halaman rumahnya, Maira langsung turun dari mobil dan masuk rumah tanpa memerdulikan Rendra yang mengikutinya. Maira yang melihat rentetan wine milik papanya akhirnya tergiur untuk mencoba. Meskipun selama hidupnya ia tak pernah menyentuh minuman itu.
Dan disinilah akhirnya di berakhir, di balkon kamar dengan 2 botol wine kosong. Rendra sudah beberapa kali melarang tapi gadis itu tak menggubris dan bahkan malah menyuruh Rendra untuk ikut minum.
Mau tak mau Rendra mengikuti kemauan calon isterinya itu. Mereka banyak menghabiskan wine koleksi Damian yang saat ini sedang sibuk di luar kota.
Dengan sempoyongan Rendra memapah Maira ke kamar dan membaringkannya di atas kasur Queen size milik gadis itu. Maira terus menggerutu meski sudah teler. Ia bahkan mengumpati siapa saja yang menurutnya terlibat dalam penggelapan dana l, meskipun kenyataanya belum ada yang tahu.
Rendra yang setengah sadar menatap penuh minat pada gadis yang sekarang tidur memunggunginya itu. Dan tanpa sadar tangannya pun tak bisa di kontrol.
Dan akhirnya hanya mereka yang tahu apa yang terjadi selanjutnya.

YOU ARE READING
Wrong Side
RomancePersahabatan Almaira Stephani dengan Narendra Abimanyu harus berantakan karena kesalahpahaman. Tak sampai disitu, bahkan mereka harus mendadak menjadi "kita" karena kelakuan Narendra. Gimana ceritanya???