Hari ini adalah hari Minggu, biasanya jika akhir pekan seperti ini maka Jimin punya banyak waktu untuk memeriksa lembaran surat kabar. Biasanya akan ada begitu banyak lowongan pekerjaan di dalamnya, jadi setelah Jimin selesai memperbaiki tempat tidurnya ia pun segera membuat sarapan paginya.
Setelah selesai memasak, Jimin pun segera mandi. Mungkin ada sekitar 20 menit lamanya Jimin membersihkan tubuhnya hingga akhirnya ia pun keluar dari kamar mandi menggunakan jubah mandi miliknya.
Jimin membuka lemari pakaiannya, mengambil asal baju dan juga celana dari dalamnya untuk kemudian ia kenakan. Setelah itu ia menyisir rambutnya hingga kelihatan rapi dan tak lupa memakai produk skincare pada wajahnya, semua itu Jimin lakukan karena ia begitu mencintai dirinya dan juga kesehatannya. Jadi apapun yang Jimin pakai dan gunakan itu adalah produk-produk yang berkualitas, ia tak ingin salah pilih atau yang lebih parahnya lagi asal pilih karena bagi Jimin kesehatan kulitnya adalah salah satu penunjang masa depannya kelak.
Setelah selesai sarapan, Jimin pun duduk di bawah lantai dengan posisi kakinya ia lipat ke arah dalam. Beberapa surat kabar sudah ada di atas mejanya. Jimin meminum air putih sebelum tangan mungilnya itu ia gerakkan untuk membuka lembaran demi lembaran dari surat kabar itu. Mata sipitnya mulai bergerak ke atas dan ke bawah guna mencari lowongan pekerjaan sementara satu tangannya lagi ia pakai untuk melingkari nomor telfon dalam surat kabar itu yang sekiranya bisa ia coba hubungi.
Kacamata yang sejak tadi melorot di batang hidungnya pun di abaikan. Justru kedua tangannya makin lincah mengetik satu persatu dari angka-angka itu untuk kemudian ia hubungi menggunakan ponselnya. Sebenarnya ada begitu banyak lowongan pekerjaan tapi karena Jimin hanya lulusan SMU saja makanya ia cukup tahu diri untuk tidak mencoba melanggar batas kemampuan dirinya itu sendiri.
" yang ini tidak"
Jimin memberi tanda X pada kolom pekerjaan yang di mana di dalamnya tercantum persyaratan 'minimal S1', ia sama sekali tidak memenuhi kriteria untuk bisa di tempatkan bekerja di sebuah kantor atau bahkan perusahaan besar.
" yang ini? Sepertinya boleh juga. Ah...hanya ada 7." Ucapnya dengan wajah yang lesuh Padahal dalam surat kabar itu ada lebih dari 100 iklan lowongan pekerjaan tapi Jimin hanya mampu memenuhi tujuh persyaratan dari jumlah keseluruhan lowongan pekerjaan yang ada di dalam surat kabar itu.
"Tidak apa-apa, Jimin. Kau pasti bisa melakukannya" ucapnya sambil menekan tombol call untuk memulai panggilannya.
Baru di dering pertama tapi panggilan Jimin sudah ada yang menerimanya, jadi Jimin buru-buru berdehem dan menormalkan laju nafasnya agar suaranya di telfon tidak terlalu kelihatan gugup.
" halo, Selamat Pagi. Apa benar ini dengan Tuan Park Seo Joon dari toko ' The Stars'?" ada jeda beberapa detik sebelum pria di ujung telfon sana menjawab pertanyaannya itu.
" ya...benar dengan saya sendiri, ada yang bisa saya bantu?" Jimin menghela nafas panjang dan langsung membalas pertanyaan dari sang lawan bicara.
"J-jadi begini, tadi saya sempat membaca iklan anda di surat kabar. Jadi saya ingin bertanya apa benar di tempat anda masih memerlukan karyawan baru?" Jimin sempat menelan ludahnya sendiri saat mendengar suara tertawa dari seberang sana, apa benar pria itu sedang menertawakannya sekarang? tapi apa yang salah dengan kata yang baru saja ia katakan? Jimin merasa terheran-heran.
"mohon maaf tapi sepertinya surat kabar yang baru saja kau baca itu adalah surat kabar bulan lalu. Kami memang sering memasukkan iklan dari toko kami ke dalam surat kabar entah itu mengenai promosi produk, toko dan juga lowongan pekerjaan tapi untuk terakhir kami melakukannya sebulan yang lalu, jadi sekarang lowongannya sudah kami tutup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Sitter (Dalam Tahap Revisi)
FanfictionJimin,Si pria mungil dan baik hati.Di umurnya yang sudah menginjak ke 22 tahun.Jimin belum juga memiliki pekerjaan. hingga pada suatu hari ia memperoleh informasi dari temannya mengenai lowongan pekerjaan,awalnya jimin bingung seperti apa jenis pek...