4. Angry

7.8K 656 9
                                    





Ini adalah hari pertama Jimin bekerja di rumah Jungkook. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun  menyiapkan sarapan pagi untuk Jungkook, Eunwoo dan juga Taehyung.


Jimin terlihat begitu menikmati pekerjaannya, walaupun ada begitu banyak hal yang harus ia lakukan tapi Jimin tetap semangat. Karena ini adalah pekerjaan pertamanya, makanya ia harus melakukannya dengan baik dan tentu saja memuaskan.

"Jimin, kemarilah Nak. Ada hal yang ingin Ibu katakan padamu."
Seokjin meletakkan kopernya di depan pintu. Pagi ini ia akan menyusul suaminya, Jeon Namjoon untuk pergi ke Amerika.

Suaminya memang lebih jarang pulang ke rumah mereka bila di bandingkan dengan Seokjin. Dalam setahun saja Namjoon biasanya akan pulang setiap 2 -3 bulan sekali. Jadi wajar saja tidak ada orang yang akan menegur Anak-anak mereka itu karena memang Ayah dan Ibu mereka adalah orang yang sangat sibuk.

Jimin berdiri di samping Seokjin, tidak lama setelah itu Seokjin menyerahkan sebuah buku kecil yang berisikan daftar hal yang harus Jimin lakukan di rumah ini. Seperti memasak, mencuci piring, mencuci pakaian dan tentu saja membersihkan rumah.

"Jimin, Ibu boleh minta tolong tidak?" Jimin menganggukkan kepalanya dan itu benar-benar sangat menggemaskan. Apalagi jika ia melakukan itu maka pipinya juga akan ikut bergoyang. Seokjin mengenggam tangan Jimin, menatap wajah Jimin dengan tatapan yang lembut. "Ini nomor ponsel Ibu. Hanya berjaga-jaga saja jika sewaktu-waktu Putra-putra Ibu itu membuat masalah atau bahkan menyusahkanmu maka cepat telfon Ibu, ok? Jimin mengangguk patuh. Matanya berbinar lucu.

"baiklah, kalau begitu Ibu berangkat dulu, yah? jangan lupa telfon Ibu kalau mereka memperlakukanmu dengan tidak baik."

"iya, Bu." Setelah mengatakan hal itu Seokjin pun pergi meninggalkan Jimin sendirian di depan pintu.





》》》







" Jungkook, cepat makan sarapanmu. Nanti kau akan terlambat." Taehyung sibuk mengomel-ngomel di tempatnya, membuat Jungkook yang mendengarnya jadi muak, Eunwoo? makan dengan sangat baik? sambil tersenyum manis pula. Bagaimana tidak senyum kalau di depannya ada Jimin yang sedang mengoleskan selai di atas rotinya.

"Jimin, kalau boleh tahu berapa umurmu?" Jimin langsung menatap Eunwoo dengan wajah yang merah padam.

"U-umurku? baru 22 tahun, Tuan."
Eunwoo tertawa, mengapa Jimin kaku sekali padanya.

"tidak perlu memanggilku seperti itu. Cukup panggil dengan namaku saja, lagipula umur Kita tidak jauh berbeda kok

."

Jimin mengangguk. Ia lalu melirik ke arah samping Taehyung, di sana  ada Jungkook yang sepertinya sejak tadi sudah memerhatikan setiap gerak geriknya. Jimin menelan ludah dengan susah payah , ia begitu gugup melihat cara Pria itu yang menatapnya dengan intens. Apa mungkin wajahnya ini mirip gembel atau jangan-jangan rambutnya berantakan? Ah, rasanya tidak mungkin. Jimin kan baru habis mandi.

Karena sejak tadi Jungkook tidak menyentuh rotinya, Eunwoo pun menegurnya. "Cepat, habiskan makananmu."

Jungkook melirik Eunwoo sebentar, lalu beralih menatap Pria mungil itu. Jimin yang tertangkap basah sedang memperhatikan Jungkook pun semakin bertambah gugup saja.

"Aku tidak selera makan, Aku akan sarapan Pagi di kampus saja. Kalau begitu Aku berangkat dulu."

Jungkook beranjak dari tempat duduknya dan dengan sengaja ia menyenggol tubuh Jimin. Jimin mengelus-ngelus bahunya, kenapa hanya Pria itu saja yang bersikap dingin padanya sementara kedua Kakaknya memperlakukan Jimin dengan sangat baik.






🐰

🐥




Jam di dinding sudah menunjukkan pukul lima sore dan itu tandanya Jimin harus segera membersihkan rumah, termasuk kamar Eunwoo, Taehyung dan juga Jungkook.

Kamar Jungkook adalah kamar yang paling terakhir Jimin bersihkan. Sebenarnya Jimin takut masuk ke dalam kamar Jungkook tapi apa boleh buat ini sudah menjadi tugas Jimin sekarang oleh karena itu ia harus menjalankannya.

Jimin masuk ke dalam kamar Jungkook dan langsung di suguhi foto-foto Wanita cantik. Jika di lihat dari sudut pengambilan gambarnya sepertinya Jungkook  memotret Wanita itu dari jarak yang cukup jauh atau bahkan dengan sembunyi-sembunyi, mungkin?


"Cantik sekali" Jimin akui Wanita yang ada di dalam foto itu memang sangat cantik dan mungkin karena alasan itulah Jungkook jadi menyukainya.

Jimin menyentuh satu persatu bingkai foto itu lalu tersenyum. Selera Jungkook memang bagus.

"Jung Minji?" Itulah nama yang tertulis di bagian sudut foto itu. Jimin kembali melihat wajah Wanita itu dengan seksama.

"Kenapa wajahnya mirip denganku?" Gumam Jimin, tidak menyadari jika pemilik kamar itu sudah berdiri di belakangnya.

Jungkook mengeraskan rahangnya, giginya bergemeletuk di dalam mulut.

'Apa-apaan Pria ini, kenapa ia masuk ke kamarku dengan sembarangan.' Ucap Jungkook dalam hati.

"Apa yang Kau lakukan di dalam kamarku? Apakah Aku pernah  mengizinkanmu masuk? tidak bukan! Jadi kenapa Kau lancang sekali, hah?" Jimin menundukkan kepalanya, air matanya mulai menetes membasahi pipi gembilnya.

"I-ibu memintaku..."

"

Siapa yang kau sebut Ibu di sini?"
memangnya Kau pikir siapa dirimu sampai seenaknya memanggil Ibuku dengan sembarangan seperti itu. Kau harus tahu diri, Kau itu hanya Orang asing di sini."

Badan Jimin langsung gemetaran, air matanya tak kunjung berhenti.
" maafkan Aku, tapi Ibu sendiri yang memintaku untuk..."

"ah...Aku tahu, Kau pasti berniat menyamakan posisimu dengan Kami, bukan?"

Jimin menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa Jungkook berpikiran buruk tentangnya. Jimin tahu kok kalau kehidupannya itu tidak layak untuk di samakan dengan kehidupan mewah yang Jungkook jalani. Tapi bisakah Jungkook lebih menghargainya sedikit?

Jimin yang sudah tidak kuat lagi menghadapi sikap Jungkook pun memilih berlari keluar ruangan.



setelah Jimin keluar dari kamarnya, Jungkook pun langsung membanting satu gelas berisikan air putih yang tadinya ingin ia minum.

Jungkook tidak tahu kenapa ia bisa jadi seemosi ini saat melihat wajah Pria mungil itu. Jungkook meremas rambutnya, bertanya-tanya mengapa setiap ia melihat wajah Jimin ia jadi teringat dengan wajah mantan kekasihnya, Jung Minji.

"kenapa wajah mereka harus mirip, arghh...!"













Tbc.

Daddy Sitter (Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang