Jimin terbangun dari tidurnya saat jam di dinding menunjukkan angka tiga. Tubuh Jimin berkeringat banyak. Ia baru saja mengalami mimpi buruk dan itu membuatnya jadi kesulitan untuk tidur kembali.
Jimin meraih gelas di atas meja samping tempat tidurnya. Ternyata gelas itu sudah kosong. Padahal saat ini tenggorokannya sedang benar-benar kering. Mengeluarkan keringat banyak membuat Jimin jadi kehausan. Ia pun akhirnya memutuskan pergi ke dapur untuk mengisi gelas kosongnya hingga penuh.
Jimin membuka pintu kulkas. Mengambil air dingin dan kemudian menuangkan air itu ke dalam gelas kosongnya. Tanpa basa basi Jimin langsung menghabiskan air itu dalam sekali teguk. Saat ingin mengisi gelas kosongnya kembali tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki dari arah belakangnya. Jimin membalikkan badannya. Kira-kira siapa orang yang saat ini sedang berada di belakangnya. Apakah orang itu terbangun dari tidurnya juga? ah, entahlah saat ini Jimin sedang malas untuk sekedar menebak-nebak. Tidak berniat juga untuk mencari tahu tentang alasannya, lagipula itu bukan urusannya.
Tubuh Jimin tiba-tiba kaku saat melihat sosok pria yang kini berada di hadapannya. Orang itu adalah Jungkook. Pria itu meregangkan otot-otot di tubuhnya. Rambut acak-acakan semakin membuatnya jadi terlihat seksi. Sorot mata tajam pria itu membuat Jimin jadi ketakutan. Tubuhnya gemetaran, ia bahkan sampai meremat gelas yang ada dalam genggaman tangannya saat melihat pria itu mendekat padanya.
Jungkook berdiri di depannya. Sekitar 30 sentimeter dari jarak tempat Jimin berdiri saat ini. Karena saking ketakutannya Jimin sampai memejamkan kedua matanya apalagi saat melihat wajah pria itu makin mendekat kearahnya.
"bisakah kau menyingkir dari kulkas, apa kau pikir kulkas itu milik nenek moyangmu, huh?"
Jimin terlonjak di tempatnya. Membuka kedua matanya dan kemudian menyingkir dari depan kulkas. Jungkook membuka kulkas dan mengambil satu botol berisi soda.
Jimin sempat terpesona saat melihat betapa seksinya pria itu saat meminum sodanya. Jimin sering memperhatikan bagaimana cara orang-orang saat meminum air putih. Tapi dari sekian banyaknya orang itu tak ada yang seksi seperti halnya Jungkook saat sedang meminum sodanya. Jimin jadi heran mengapa pria itu bisa terlihat sangat seksi bahkan di saat ia sedang minum air putih.
Jungkook yang merasa di perhatikan oleh Jimin akhirnya melirik ke arah pria mungil itu. "kenapa kau menatapku seperti itu. Apa kau punya masalah denganku?"
Jimin merasa malu karena kedapatan menatap pria itu. Bahkan karena saking salah tingkahnya ia hampir menjatuhkan gelas yang ada di tangannya.
"a-aku hhanya..."
Jimin menundukkan kepalanya. Merasa gugup karena Jungkook terus -menerus menatap dirinya dengan tatapan intens.
"kenapa kau malah menunduk. Tatap mataky saat kau berbicara denganku."
Jimin memilih untuk mengabaikan ucapan Jungkook dan terus menundukkan wajahnya ke bawah. Ia benar-benar takut dengan pria itu.
"apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu sopan santun, huh?"
Jimin menggelengkan kepalanya karena pernyataan yang baru saja di lontarkan oleh Jungkook tidak benar adanya. Ibunya adalah orang yang sangat sopan, berhati lembut dan juga penyayang. Sejak kecil ia sudah mengajari Jimin bagaimana cara bersikap baik di depan orang lain. Jadi bagaimana mungkin pria itu bisa membuat kesimpulan secepat itu padahal Jungkook tidak mengenal ibunya sama sekali.
"Ibuku adalah orang yang baik. Dia tidak seperti apa yang baru saja kau katakan."
Jungkook mencengkram dagu Jimin. Membuat wajah pria mungil itu sejajar dengan wajahnya. Jimin membulatkan matanya saat pria itu tiba-tiba menarik pinggangnya agar lebih mendekat kearahnya.
"sudah kubilang, tatap mataku saat kau berbicara denganku."
Jungkook mengelus pinggang Jimin dengan gerakan yang seduktif. Membuat tubuh Jimin jadi meremang. Apakah sebesar itu pengaruh Jungkook terhadap dirinya?
Wajah Jimin merah padam. Bingung harus melakukan apa saat wajah pria itu semakin mendekat kearahnya.
"J-jungkook, apa y-yang kau lakukan?"
"bukankah kau menyukai hal -hal semacam ini. Iya kan, hmm?" ucapnya sambil meremas pinggang Jimin.
Jimin menggelengkan kepalanya. Bagaimana pria itu bisa melakukan pelecehan seperti ini padanya. Apa mungkin Jungkook melakukan semua ini karena pria itu begitu membencinya. Tapi apa alasannya?
"l-lepaskan aku, Jungkook. Aku ingin kembali ke kamarku."
Jungkook melepaskan tangannya dari pinggang Jimin. Kesempatan itu langsung di gunakan Jimin untuk mendorong tubuh Jungkook ke belakang. Jimin hendak berlari namun langkahnya tiba-tiba terhenti aaat jungkook menarik tangannya dengan kuat. Membuat tubuh bagian depan mereka saling bertabrakkan satu sama lain.
Jungkook menatap pria itu dengan tajam. Sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk mengelus bibir Jimin.
"cepat pergi dari rumah ini atau kau akan menyesal."
Jimin mengepalkan tangannya. Membalas tatapan Jungkook dengan sorot matanya yang sarat akan keterlukaan. Sedangkan Jungkook hanya bisa mematung di tempatnya, rasanya hatinya tak tenang saat melihat pria itu menatapnya dengan tatapan seperti itu. Apakah mungkin ucapannya sudah lewat batas tapi jika ia tidak melakukan hal ini, maka pria itu akan semakin membuatnya terbayang-bayang akan sosok mantan kekasihnya yang begitu ia benci.
Jimin sebisa mungkin menahan air matanya yang akan jatuh ke pipi. Merasa bingung sebenarnya apa alasan pria itu melakukan semua ini padanya. Kenapa Jungkook begitu membencinya, apakah ada yang salah dari dirinya?
"Katakan kenapa kau begitu membenciku, memangnya apa salahku padamu?" Setelah mengatakan hal itu, air matanya pun terjatuh. Jungkook yang melihat pria itu meneteskan air mata langsung mengepalkan tangannya. Ada apa dengan dirinya? Kenapa dadanya rasanya sesak sekali saat melihat air mata itu terjatuh ke pipi Jimin. Sebenarnya apa yang terjadi dengan hatinya saat ini. Jungkook merasa bingung.
Jimin segera berlari meninggalkan Jungkook yang hanya bisa mematung di tempatnya. Tangan Jungkook terangkat, ia kemudian menyentuh dada sebelah kirinya. Bertanya-tanya dalam hati kenapa degup jantungnya jadi tidak beraturan seperti ini. Tidak mungkin kan ia menyukai pria itu?
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Sitter (Dalam Tahap Revisi)
FanfictionJimin,Si pria mungil dan baik hati.Di umurnya yang sudah menginjak ke 22 tahun.Jimin belum juga memiliki pekerjaan. hingga pada suatu hari ia memperoleh informasi dari temannya mengenai lowongan pekerjaan,awalnya jimin bingung seperti apa jenis pek...