Dengan berlinangan air mata Jimin pun langsung berlari ke dalam kamarnya. "hiks..Hiks..kenapa Jungkook membenciku, memangnya apa salahku?" Bahu Jimin bergetar, air matanya turun membasahi selimut namun sesekali ia akan menyekanya.
Taehyung yang baru selesai mandi pun berjalan menuju dapur, tadinya ia ingin mengambil air putih di dalam kulkas tapi karena ia mendengar suara tangisan dan pintu kamar Jimin yang di biarkan terbuka, ia pun memutuskan untuk menghampiri Pria mungil itu di kamarnya.
Tanpa mengucapkan permisi Taehyung pun langsung masuk ke dalam kamar Jimin dan menghampiri Pria mungil itu yang tengah menangis di atas tempat tidurnya. Punggung Jimin di sentuh dengan pelan dan itu membuat Jimin kaget dan buru-buru menghapus air matanya.
Jimin membalikkan badannya, mata bengkaknya itu membuatnya jadi semakin lucu di mata Taehyung. Hampir saja Taehyung kelepasan dan menggigit pipi itu karena saking gemasnya.
"T-Taehyung?'' Taehyung duduk di dekat Jimin dan menghapus sisa air mata yang jatuh di pipi Pria mungil itu. sebenarnya apa yang membuat Jimin bersedih, apa mungkin dia rindu pada keluarganya?
"kenapa Kau menangis, hmm?" pipi Jimin di elus pelan, membuat tangisnya berangsur-angsur berhenti.
"A-aku, aku hanya merindukan keluargaku saja."
Jungkook yang kebetulan lewat di depan kamar Jimin pun langsung menghentikan langkahnya, ia terpaksa menyembunyikan dirinya di balik pintu dan memantau apa yang sedang Jimin dan Taehyung lakukan di dalam kamar itu.
'Cih...dasar penggoda' batin Jungkook berbicara.
Tangannya yang semula hanya diam di tempatnya langsung terkepal. Jungkook tidak mengerti apa yang membuat dirinya jadi emosi. Kenapa ia begitu marah saat melihat Jimin berdekatan dengan Kakaknya itu padahalkan Jimin bukan siapa-siapanya, jadi kenapa ia harus marah?
Jungkook yang tidak nyaman berada di tempat itu pun memilih untuk memundurkan langkahnya hingga tidak sengaja menyambar sebuah vas bunga yang di letakkan di meja di samping pintu kamar Jimin.
Suara benda yang terjatuh itu membuat Jimin dan juga Taehyung yang sedang berbincang langsung berbalik. Karena tidak ingin penasaran, mereka pun keluar dari kamar dan memeriksanya. Tapi yang anehnya tidak ada orang di luar dan hanya sebuah vas bunga yang jatuh ke lantai. Apa mungkin yang tadi itu hanya kucing? tapi seingat Taehyung mereka sama sekali tidak pernah memelihara kucing di rumah mereka.
Jungkook bersembunyi di balik pilar, ia tidak ingin keberadaannya itu di ketahui oleh Jimin dan juga Taehyung.
😟😟~
"terima Kasih karena Kau telah menghiburku." Jimin tersenyum manis hingga mata sipitnya itu ikut tenggelam. Taehyung yang gemas pun langsung mencubit pipi Jimin. Imut sekali Pria mungil ini, pikirnya.
"santai saja, tapi bisakah Kau terus tersenyum seperti itu?"
Jimin mengerutkan dahinya. "memangnya kenapa?" Taehyung mendekat ke arah Jimin hingga membuat tubuh mungilnya itu terhimpit ke tembok. Jimin gugup sekali saat melihat Pria itu ikut memajukan wajahnya ke arahnya.
Taehyung menyingkirkan anakan rambut yang menempel di wajah Jimin, membuat wajah Jimin memerah. Tadinya Jimin pikir Taehyung akan menciumnya. Aisshh...ia jadi malu sekali karena tadi sempat memejamkan matanya.
'Astaga, pede sekali Kau ini. Mana mungkin Pria setampan Taehyung mau menciummu, cepat! sadarlah.' rutuk Jimin di dalam hati.
Di tengah kegugupan Jimin, Pria itu malah berbisik ke telinganya. Membuat wajah Jimin yang memang sudah merona kian bertambah merona saja.
"kau sangat cantik saat sedang tersenyum dan malu-malu seperti itu." Jimin buru-buru memalingkan wajahnya ke samping. Ia benar-benar malu mendengar ucapan Pria itu.
Jungkook? makin emosi saja saat melihat Kakaknya itu malah asyik menggoda Pria mungil itu di sana. Memangnya apa yang membuat Kakaknya tertarik dengan Pria itu padahal penampilannya kan biasa-biasa saja. Jadi apa yang Kakaknya itu sukai dari Pria itu.
"baiklah, kalau begitu Aku kembali ke kamarku dulu. Buatkan Aku masakan yang enak, ok cantik?"
Jimin memukul Pelan lengan Taehyung hingga membuat Pria itu langsung tertawa dan berlari menghindari pukulannya.
Setelah Taehyung pergi, Jimin segera pergi ke dapur untuk membuat makan malam namun baru saja Jimin akan mengambil bahan memasak itu di dalam kulkas, suara serak dari arah belakangnya langsung menghentikan niatnya itu. Jimin tahu siapa pemilik suara ini karena tadi ia baru saja mendengarnya.
Jimin berbalik, bisa ia lihat jika tangan Jungkook sudah terkepal di sana.
Ada apa lagi? kenapa Jungkook menatapnya seperti itu, apa Jimin membuat kesalahan Lagi?
"ternyata selain berusaha menarik perhatian Ibuku, Kau juga berniat menggoda Kakakku yah!"
Mata Jimin Membulat. Kenapa Pria itu tega sekali menuduhnya. Jimin kan hanya berniat untuk akrab dengan majikannya saja, apa itu salah?
"a-apa maksudmu mengatakan hal itu?" Jungkook tidak menjawab pertanyaan Jimin dan malah mencium bibir Pria itu secara paksa. Jimin memberontak, ia pikir Jungkook melakukan itu karena berniat merendahkan dirinya.
"l-lepaskan Aku...Akhhh."
Jungkook menggigit bibir bawah Jimin sebelum akhirnya melepaskannya. Ujung bibir Jimin bahkan sampai berdarah tapi Jungkook tidak mau ambil pusing tentang hal itu.
"bukankah ini yang Kau inginkan? asal Kau tahu saja, Aku bahkan bisa membeli harga dirimu itu jika aku mau." Cengkraman tangan Jungkook di pipi Jimin membuat wajah Pria itu jadi berubah warna menjadi kemerahan. Jungkook tidak peduli jika Pria itu kesakitan karenanya.
Mendengar perkataan itu lolos dari bibir Jungkook, sedikit banyaknya membuat Jimin jadi sakit hati. ia langsung menampar Jungkook begitu Pria itu melepaskan cengkraman tangannya di pipinya.
"Apa kau pikir semua hal di dunia ini bisa Kau beli dengan uang, hah?"
Jungkook tersenyum meremehkan.
"memang seperti itu kan kenyataannya?""oh yah? lalu katakan, apakah Kau bisa membeli kebahagiaan?"
"kebahagiaan?" dahi Jungkook mengerut dalam.
"ya, katakan apakah Kau bisa membelinya?"
Jungkook terdiam di tempatnya, ia bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan Jimin. Ia memang bisa membeli semua hal yang ia inginkan menggunakan uang orang tuanya tapi untuk kebahagiaan? Jungkook rasa sampai saat ini ia masih belum mendapatkannya seutuhnya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Sitter (Dalam Tahap Revisi)
FanfictionJimin,Si pria mungil dan baik hati.Di umurnya yang sudah menginjak ke 22 tahun.Jimin belum juga memiliki pekerjaan. hingga pada suatu hari ia memperoleh informasi dari temannya mengenai lowongan pekerjaan,awalnya jimin bingung seperti apa jenis pek...