Pagi mulai datang kembali setelah tergantikan oleh malam. Udara dingin pun mulai tergantikan dengan hangatnya cahaya pagi. Sinar mentari mulai menampakan diri.
Sinarnya menjelajahi setiap muka bumi, semburat sinarnya mulai memasuki kamar gadis cantik yang tertidur dengan pulasnya. Cahaya pagi menembus kaca yang tertutup gorden.
Perlahan lahan mentari mulai naik, gadis itu sedikit terganggu dengan sinarnya mentari. Gadis itupun bangun membuka mata indahnya.
"Duh,, ini siapa si yang buka gorden? Ganggu orang tidur aja!" Gerutu gadis itu. Bukannya bangun dia malah ingin tidur lagi. Namun matanya sempat melirik arah jarum jam.
"Jam 06.35? Hmmm,, WHAT?! JAM 06.35 ALAMAT! AKU BELOM SHOLAT SUBUH? BELOM MANDI!" Seketika teriakan membahananya keluar, untung saja kamarnya kedap suara jika tidak? Matilah dia.
"Astaghfirullah mana sekarang hari senin, yaampun Rissa ceroboh banget sih" Rissa menggerutu di atas tempat tidur, bukannya langsung mandi malah menggerutu tiada henti.
"Bentar,, YAAMPUN KENAPA AKU GA MANDI DARI TADI?!" Rissa lari terbirit-birit menuju kamar mandi.
15 menit kemudian dia keluar sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Dia langsung berlari memakai sepatunya dan menyambar tasnya. Ia memakai arloji sembari meliriknya, angka jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.55 itu artinya Rissa hanya memiliki waktu 15 menit agar tidak terlambat.
Rissa bergegas memakai sepatu, sialnya dia malah memakai sepatu putih. Padahal ini hari senin yang artinya dia harus memakai sepatu hitam. Sepatu putih hanya di pakai hari sabtu.
Tak terlalu memikirkan sepatu dia langsung menuruni tangga diliriknya rumah sudah sepi. Rissa langsung saja berlari menuju halte di dekat rumahnya. Halte bus tidak terlalu jauh dari rumah Rissa.
Keberuntungan sepertinya memihak pada Rissa. Bus sudah terparkir di halte, namun semua tempat duduk penuh alamat Rissa harus berdiri berdesak desakan.
"Duh,, ini udah jam 07.05 bentar lagi gerbang di tutup keburu engga nih" Rissa kebingungan takut jika ia di hukum karna dia sama sekali belum makan apa apa dari pagi.
Tiba-tiba bus yang Rissa tumpangi berjalan menjadi pelan dan akhirnya busnya berhenti, sepertinya bus yang Rissa tumpangi mogok. "SEMUANYA MOHON MAAF, BUS NYA MOGOK KALIAN BISA TURUN DAN OPER KE BUS LAIN SEKALI LAGI KAMI MINTA MAAF, " Teriak kondektur bus minta maaf.
'Aduh,, gimana nih sampe sekolah masih 10 menit lagi' Dalam hati Rissa kebingungan akhirnya mau tak mau dia harus berlari lari menuju sekolahnya.
Rissa terus saja berlari lari tanpa memikirkan kondisi tubuhnya bagaimana. Dia berlari cukup kencang, agar dapat segera sampai di sekolah.
"Yah,, gerbangnya udah di tutup lagi, alamat! Mana sekarang yang jaga waketos yang sok ganteng itu lagi!" Gerutuan keluar dari mulut Rissa, mau tak mau Rissa tetap melangkahkan kaki memasuki gerbang.
"Pak Abas, tolong bukain dong" Ucap Rissa memanggil satpam.
"Duh,, Mbak Rissa ini gimana toh sekarang seng jaga iku Mas Danilo" Ucap Pak Abas khas dengan logat jawanya.
"Ya.. Maka dari itu Pakk bukain buat Rissa biar ga dihukum sama si Dani yang songong kaya dugong bau jigong, " Sebal Rissa.
"Ulangi!" Tiba tiba dari arah dalam terdengar suara dingin yang membuat Rissa mati kutu. Dan, mengucapkan sumpah serapah atas kecerobohan mulutnya.
"Eh,, Dani maaf ya tadi aku emang sengaja ngomong gitu, " Ya laki laki tadi adalah Danilo Hasby Zakaria.
Pukkk,
Rissa menepuk mulutnya sendiri, "Ehh sorry mulutku emang suka typo" Sedangkan lawan bicara nya hanya diam tanpa berkata apapun itu.
"Berdiri!" Ucap Dani dengan suara dingin khasnya.
"Hah? Ini aku udah berdiri harus berdiri gimana lagi?" Entahlah otak Rissa kenapa harus jadi selambat ini. Sedangkan Dani hanya menunjuk kearah kanan yang begitu panas berisi jejeran anak anak yang terlambat.
Rissa bergegas berjalan menuju jejeran anak yang terlambat. "Aduh,, untung Dani gatau kalo aku salah pake sepatu" Gerutu Rissa, tanpa Rissa sadari Danilo berjalan di belakangnya.
Rissa berlari menuju barisan dan berbaris berjejer bersama beberapa murid yang terlambat. Rissa berdiri paling ujung, tempat dimana matahari sangat amat menyengat membakar kulit Rissa.
35 menit berlalu upacara baru saja selesai, deretan murid yang terlambat langsung saja di suruh untuk berdiri di tengah lapangan. Untuk mendata murid yang terlambat dan menanyai alasan terlambat.
"Duh,, kenapa harus si songong sih, pasti dia nanyanya ga jelas nih," Rissa menggerutu kesal dan menghembuskan napas kasar.
Murid demi murid sudah terbebas dari pertanyaan sang waketos. Kini giliran Rissa yang akan di tanya.
"Clarissa Tristeza Alhaya kelas XII IPA 1" Ucap teman sang waketos atau bisa di panggil Brimo.
"Hadir dong!" Ucap Rissa.
"Rissa Rissa lo tuh telat mulu ya, " Heran Brimo.
"Aku kan orang sibuk Brim," Balas Rissa dengan cengiran khasnya. Sedangkan Brimo hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
"Lagi?!" Tanya Dani singkat sesingkat singkatnya orang ngomong singkat.
"Hah? Apanya yang lagi Dan?" Rissa kebingungan tak mengerti maksud Danilo.
"Aduh Rissa, maap ya si Danilo emang kalo ngomong suka setengah-setengah persis kaya otaknya tinggal setengah juga," Brimo menjawab pertanyaan Rissa.
"Brimo kalo ngomong suka bener deh, btw kalian kapan berhenti jadi osis? Bosen liat kalian mulu," Rissa berbicara tanpa berpikir bahwa Danilo masih ada di sebelah mereka.
"Yah,, palingan bentar lagi kan UN udah lumayan deket," Balas Brimo. "Lo juga kapan berhenti buat ga telat bosen gua liat wajah lo terus, " Lanjutnya
"Yaelah Brim nam..., " Rissa belum selesai berbicara namun Danilo sudah bersuara.
"Ehmmm!" Deheman Danilo membuyarkan semuanya. Brimo dan Rissa terdiam kikuk takut jika Danilo marah.
"Alasan?" Tanya Danilo.
"Aku itu sibuk banget jadi ya tidurnya kurang, " Jawab Rissa.
"Sekolah jadiin prioritas, " Tegas Danilo.
"Iya aku tau aku pelajar, tapi apakah hidup hanya tentang sekolah saja? Tidak kan tuan Danilo TERHORMAT, " Rissa sedikit menekankan kata terhormat.
"Waktu itu di jadwal!"
"Iya, aku tau tapi aku sama kamu itu beda Danilo, " Rissa tetap mempertahankan kata kata sopannya.
"Sama sama makan nasi!"
"Ya kalo ga makan nasi mau makan apa? Batu gitu?"
"Udahlah Dan, ini panas banget capek panas panasan, " Ucap Brimo sembari mengipas kipas dirinya menggunakan buku yang dia pakai untuk mendata.
"Lari 15 putaran!" Rissa terkejut mendengar ucapan Danilo.
"Lah? Aku cuma telat 5 menit Dan," Tanya Rissa bingung. Sedangkan Danilo hanya diam namun gerakan matanya melirik pada sepatu Rissa.
Rissa menunduk dan melihat pandangan Danilo kearah mana. "Eh iya Dan, maap tadi buru buru hehe, " Cengiran Rissa pun keluar.
"Udah sana Ris, buruan keburu panas" Ucap Brimo.
"Iya-iya Brim, bawel amat jadi cowok" Setelah mengatakan itu Rissa berlarian mengelilingi lapangan.
______________________________________________
HAI!
MAKASIH UDAH BACA!
BTW ADA YANG KURANG GA?
MAAF JUGA KALO ADA TYPO-NYA.JANGAN LUPA VOMENT YA, ily huhu
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE ✔
RandomPada umumnya keluarga adalah rumah kita, namun mengapa berbalik? Mengapa keluarga menjadi neraka bagiku? Tempat dimana seharusnya aku mendapat kehangatan, namun mengapa yang ku dapat siksaan bertubi tubi? Dimana letak keadilan? -Clarissa Tristeza Al...