"Itaaaaaa, Ita kenapa si ga suka sama Icha, " Clarissa berteriak di pinggir danau.
"Itu kalena Icha udah ambil abang dari Ita!" Tiba-tiba Callista datang dan berteriak ke arah belakang.
"Ita? Icha ga pelnah ambil abang ta, dia abang kita." Ucap Clarissa namun, Callista tidak mendengarkannya dan langsung saja berlari.
Dari arah berlawanan Clarissa melihat seseorang memakai topeng berwarna hitam yang menutupi kepalanya. Orang tersebut berjalan menuju Callista, Clarissa bergegas berlari menuju Callista.
"ITAAAAAAAA MINGGIRRRRRRRRR, " Teriak Clarissa. Clarissa berlari mendorong Callista sehingga kepala Callista terbentur pohon dan cukup keras.
Orang bertopeng hitam tadi langsung saja berlari setelah melihat incarannya jatuh tanpa ia sentuh. Clarissa panik melihat orang tadi kabur dan Callista yang dahinya mengeluarkan darah bercucuran.
Clarissa berlari menuju Callista dia memegang dahi Callista namun, terlihat seperti orang memukul.
"RISSA! KAMU APAKAN CALLISTA HAH?! JAHAT KAMU ABANG BENCI SAMA KAMU ABANG BENCI!" Teriak Varo yang melihat Callista terluka.
"MAMA PAPA! TOLONGIN CALLISTA MAA, " Varo kembali berteriak memanggil orang tuanya.
"Kenapa ba.. ASTAGA CALLISTA KAMU KENAPA NAK, " Mama nya langsung saja berlari menuju Callista yang tak sadarkan diri.
"Callista kenapa bang? Sekarang kita bawa Callista ke rumah sakit, " Tegas papa nya segera membopong Callista.
"Abang benci sama kamu, abang nyesel punya adik jahat kaya kamu, abang nyesel pernah sayang sama kamu, ab....., "
"ARGHHHHHHHHH, " Clarissa terbangun dari mimpinya dengan keringat dingin bercucuran di wajahnya. Wajahnya pucat mengingat kenangan dahulu kala.
Kenangan yang selalu terputar putar dikepalanya seperti kaset rusak. Air matanya keluar kala mengingat masa lalunya yang terlalu kelam.
Kenangan yang dulunya indah dan kenangan yang harus hangus karena keegoisan seorang anak kecil. Clarissa menerawang jauh masa lalu nya.
Topengnya cukup kuat untuk mengelabuhi saudara kembarnya. Sehingga saudara kembarnya semakin gencar untuk mengambil segala-galanya yang sayang terhadapnya.
"Kenapa sih semua jadi kaya gini. Aku salah apa sama Callista. Salah apa aku sama mama, papa, dan bang Varo, " Sesak rasanya mengucapkan kata 'bang Varo' sosok abang yang teramat ia sayangi.
"Kenapa aku selalu di fitnah hiksss... Aku capek harus kaya gini terus. Tidurpun ga tenang bahkan aku terkadang ga bisa tidur hikss.. Kenapa hidup semenyakitkan ini?" Air matanya keluar membasahi pipi. Ditatapnya jendela kamar yang terbuka, gorden yang berterbangan tertiup angin.
Kakinya mengarahkan dirinya untuk menuju balkon. Perlahan kakinya berjalan di ubin yang dingin tanpa alas kaki. Menikmati hembusan angin malam, angin malam serasa membisikkan sesuatu agar dirinya kuat.
Clarissa mendudukkan dirinya di kursi yang ada di balkon kamarnya. Kini di balkon itu tak lagi bersebelahan dengan abangnya dan kembarannya. Mereka pindah menjauhi kamar Clarissa.
Matanya mendongak menatap bintang yang menghiasi malam ini. Ralat, sekarang bukan malam lagi sekarang sudah menjelang pagi. Waktu yang pas untuk para muslim melaksanakan sholat malamnya.
"Nenek, nenek indah banget deh sekarang nenek udah ada diantara bintang bintang. Memancarkan cahaya menemani bulan, tapi nenek sekarang ga nemenin Rissa lagi, " Tangannya di pakai untuk menopang wajahnya. Matanya melihat langit langit bibirnya terangkat untuk membentuk sebuah lengkungan.
"Nenek tau engga, semenjak nenek pergi Rissa sendiri ga ada lagi yang percaya sama Rissa dulu kan nenek yang selalu percaya sama Rissa. Meskipun yang lain selalu bilangin tentang Rissa yang enggak enggak nenek selalu percaya sama Rissa.
Nenek selalu sayang sama Rissa hiksss.... hiksss... Nenek satu satunya orang yang bisa bangkitin Rissa. Tapi, sekarang ga ada nenek siapa yang mau bangkitin Rissa lagi nek.
Rissa ga punya temen, Rissa sendiri om sama tante juga udah pergi nek. Rissa gatau dimana om sama tante, Rissa butuh kalian nek hiksss... hiksss..., "
Rissa mengadu pada bintang berharap sang nenek berada di antara bintang. Berharap sang nenek mendengar, kedua tangannya mencakup wajahnya mengusap airmata yang terjatuh.
Berlari masuk dan menutup pintu yang menghubungkan dengan balkon serta jendela. Ditatapnya jam dinding yang bertengger pada tembok kamarnya.
"Hmmm, pukul 02.23 sholat tahajjud aja lah daripada tidur males banget, " Ucap Clarissa dan berlari menuju kamar mandi mengambil air wudhu.
Setelah itu dia keluar dan memakai mukenahnya mulai melaksanakan 2 rakaatnya. Detik per detik berlalu berubah menjadi beberapa menit.
Diangkatnya kedua tangannya. Mulai mengadu pada sang maha Kuasa menceritakan semua keluh kesahnya. Bulir air mata mulai menetes membasahi pipinya.
Dalam sunyi hatinya berkata dengan air mata yang menjadi bukti atas segala yang ia rasa. Hatinya terus mengadu matanya terus mengeluarkan air.
Hanya inilah yang bisa ia lakukan agar hatinya merasa lega. Ia masih ingat perkataan neneknya bahwa, "Seberat apapun masalahmu laksanakanlah ibadahmu, ceritakan semua masalahmu pada sang Maha Kuasa. Sebuah do'a dari bumi yang diawali sebuah ketulusan akan terdengar hingga langit langit, ".
°°°
Kini matahari pagi sudah menapakkan diri. Rissa menatap kearah cahaya sang surya, bersyukur sekali dia masih selalu bisa menikmati cahaya matahari tanpa harus menunggu berbulan bulan.
Sudut bibirnya terangkat kala sinar mentari menyentuh kulitnya. Begitu bersemangat dia hari ini bersekolah.
Diraih tas ranselnya dan bergegas turun dari tangga. Di tengah-tengah tangga Rissa berjalan pelan melirik kesana kemari apakah ada orang.
Tak terdengar apapun dari ruang makan. Dari ruang keluarga pun tak ada suara. Dalam hati Rissa berucap bahwa suasana sudah aman terkendali tanpa kendala.
Rissa berjalan santai menuju pintu samping karena jika dia melewati pintu depan pasti akan bertemu sang abang yang biasanya berangkat terakhir.
Terlihat asisten rumah tangganya sedang membereskan peralatan dapur. Sembari menawarkan Rissa untuk makan terlebih dahulu.
"Non Rissa sarapan sini, " Ujar pembantu Rissa.
"Ga perlu bi Rissa berangkat dulu ya, assalamu'alaikum. " Kakinya kembali melangkah menuju pintu samping.
"Ehh ada bocah gatau diri hahaha gimana girl kesepian ya hahaha, "
***
Hai gais!
Kira kira siapa ya yang ngomong gitu sama Rissa? Rasanya pengen banget nusuk yang ngomong hehe.
Jangan lupa vote and comentnya ya gais:)
Makasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE ✔
RandomPada umumnya keluarga adalah rumah kita, namun mengapa berbalik? Mengapa keluarga menjadi neraka bagiku? Tempat dimana seharusnya aku mendapat kehangatan, namun mengapa yang ku dapat siksaan bertubi tubi? Dimana letak keadilan? -Clarissa Tristeza Al...