•part 23•

4.7K 309 7
                                    

Hidup, mati, dan jodoh berada di tangan Tuhan. Tapi, setidaknya kita sudah berusaha, perihal diijinkan atau tidaknya itu berada di tangan Tuhan.
______________________________________________

"Tapi! Danilo harus jauhin Rissa dan jadi cowo aku, " lanjutnya membuat semua ternganga.

"Lo jangan gila!" ucap Danilo dengan nada dingin.

"Gua?! Lo tuh yang gila! Suka kok sama cewek penyakitan!" jawab Callista dengan nada tak bersahabat.

Plakkk

Satu tamparan dari tangan Tika mendarat di pipi mulus Callista.

"Apa-apaan si?! Kenapa tante nampar aku?!" tanya Callista dengan nada sedikit tinggi.

"Bodoh! Kamu gak ngotak apa gimana?! Kembaran kamu lagi di titik terakhir dan kamu?! Mikirin cowo?!" balas Tika tak kalah tinggi.

"Jadi? Gua harus bilang wow gitu?" ujar Lista dengan wajah songongnya.

"Oh iya, yang aku ajak pacaran itu Danilo! Bukan om Revan! Jadi, tante gak usah sok-sok an marah!" lanjutnya.

Tika ingin membalas namun, dengan cepat Revan menahannya. Mengingat bahwa mereka sedang di rumah sakit.

"Jadi, gimana? Mau apa enggak?" tanya Callista pada Danilo dengan sebelah alis yang terangkat.

Danilo emosi bukan main, "Bastard! Itu saudara lo sendiri bukan orang lain!"

"Whatever! Lagian siapa yang butuh?! Gua atau si cewek penyakitan itu?" balas Callista tanpa rasa iba sedikitpun.

Danilo geram dengan tingkah Callista, "Jaga bicara lo!"

"Halah! Gak usah banyak cingcong, sekarang jawab lo mau gak?!" tanya Callista masih dengan nada tinggi.

"Inget! Nyawa Rissa taruhannya, " Lanjutnya dengan senyum licik. Danilo bingung bukan main, dia tak ingin memiliki masalah dengan wanita satu ini.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gua?! Ada hak apa lo sama gua?!" ucap Danilo berusaha membela diri.

Bibir Callista terangkat sebelah, "Lo lupa? Gua calon lo."

"Calon?! Emang lo siapa gua? Kita kenal? Enggak kan?!" Nada bicara Danilo semakin meninggi, dan akan terus seperti itu hingga akhir ronde.

"Lo-lo gak usah banyak bacot! Intinya lo jadi cowo gua dan gua bakal ngedonorin sedikit tulang sumsum gua buat Rissa, " jawab Callista dengan nada sedikit rendah.

Danilo tersenyum sinis, "Cih! Emang apa hubungannya gua sama Rissa?" tanyanya.

"Lo cinta sama Rissa kan? Rissa cinta pertama lo kan?" balas Callista.

"Apa-apaan sih lo! Gak usah ngaco!" Danilo terkejut, entah darimana Callista tau mengenai hal itu. Danilo berusaha bersikap santai dan tidak terlihat gugup.

"Halah! Ngaku aja! Lo suka kan sama Rissa?!" balas Callista.

"Emang apa urusannya sama lo?! Mau gua suka kek mau kaga kek itu kan terserah gua, kenapa jadi lo yang ribet?!"

"Udah! Kenapa kalian harus ribut?!" ujar Tika berusaha menengahi.

"Kamu juga Lista! Kenapa jadiin Danilo tumbal?! Danilo ini cuma temennya Rissa! Bukan suaminya, " lanjutnya.

Baik Lista maupun Danilo diam, tidak menjawab ucapan Tika. Danilo sebenarnya sangat malas jika harus berdebat.

Apalagi kondisi nya sekarang sedang gawat darurat, nyawa Rissa berada di ujung tanduk. Akhirnya Danilo berpamitan, ia ingin menuju taman rumah sakit. Menghirup udah sejuk dan memikirkan semuanya matang-matang.

Matanya menatap sekeliling, mencari kursi kosong untuk dia tempati. Kakinya melangkah menuju kursi di dekat air mancur.

Udaranya lumayan sejuk, meskipun sedikit tercium bau obat. Danilo menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, matanya tertutup, membiarkan angin kecil meniup dirinya.

Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah dia harus menjadi kekasih Callista dan menjauhi cinta masa kecilnya? Jika begitu dia tak rela, tapi hanya itu jalan satu-satunya.

Tapi bagaimana dengan perasaanya? Hatinya kembali bertanya, apakah ia sanggup menjalani sebuah drama ini?

"Sekarang bukan saatnya untuk berfikir panjang, nyawa Rissa berada di ujung tanduk, " ucapnya.

"Tapi, semua berada ditangan Tuhan. Hidup, mati, dan jodoh berada di tangannya. Apa sebaiknya aku gak setuju dengan keputusan Lista?" lanjutnya kembali dibuat bingung oleh pikirannya sendiri.

Danilo membuang nafas kasar, lalu kembali menutup mata. Merenungkan dia akan memilih yang mana.

Sedangkan kondisi di depan ruang rawat Rissa senyap. Semua tak ada yang angkat bicara, semua merenung. Kecuali Callista dia asik berselfie ria.

Beberapa menit yang lalu dokter memasuki ruangan Rissa, sampai sekarang sang dokter belum kembali. Semua masih saja diam, hingga kehadiran Danilo membuat mereka menoleh.

Danilo berdiri dengan wajah datar. Matanya menatap nyalang ke arah Callista, tatapan yang dia berikan sangat tajam. Seolah-olah ingin menerkam mangsanya.

Danilo masih berdiri, enggan untuk duduk. Meskipun Callista sudah mempersilahkannya. Mulutnya juga belum mengucapkan kata apapun.

Keputusan di tangan Danilo, semua ingin mendengar keputusan darinya.

"Saya ingin mengatakan sesuatu, " ujar Danilo dengan nada serius. Semua yang berada disitu mengangguk, mempersilahkan Danilo menyampaikan keputusannya.

"Saya ingin Rissa selamat, saya ingin Rissa kembali sehat seperti sedia kala. Jadi, saya akan menjadi kekasih Callista dan menjauhi Clarissa. Dan Callista harus mendonorkan tulang sumsumnya untuk Rissa, " Callista terlihat sangat bahagia mendengar perkataan Danilo barusan.

Berbeda dengan Tika, "Danilo, kenapa kamu melakukan ini nak?" tanya Tika.

"Tante, tante sudah pernah mendengar bukan? Kalimat, jika mencintai seseorang kita harus rela berkorban demi kebahagiaannya. Dan itulah yang saya lakukan sekarang, " jawab Danilo lancar tanpa ragu-ragu.

Semua berdiri, kemudian pintu ruang rawat terbuka menampilkan wajah sang dokter. Dokter seperti ingin menyampaikan sesuatu namun, tiba-tiba saja teriakan sang suster menyelanya.

"Ada apa sus?" tanya sang dokter.

"Keadaan nona Clarissa tiba-tiba saja melemah dok!" Sang dokter lantas kembali berlari masuk untuk mengecek kondisi Clarissa.

Kaki Danilo melemas, dia seperti tidak memiliki tenaga untuk berdiri tegap. Begitu juga dengan kedua orang tua Rissa. Anindya dan Tika saling berpelukan, mencurahkan tangisannya.

Beberapa menit kemudian dokter kembali keluar. Dia mengatakan bahwa, kondisi Clarissa semakin melemah dan operasi tidak bisa di lakukan sekarang. Jadi, mereka harus menunggu kondisi Rissa sedikit stabil baru akan menjalankan operasi.

•••

TBC

Sebelumnya gua mau minta maaf borr, gua lagi sibuk banget hehe. Cerita ini bakal jarang update, tapi sebisanya gw update kok. Dan otak gw sekarang lagi buntung bor, gininih otak yang tiap hari kemakan tapi ga dikasi asupan apa-apa, wkwk. Sekali lagi maap ya.

Jangan lupa vote and coment:)

ALONE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang