"Ehh ada bocah gatau diri hahaha gimana girl kesepian ya hahaha, "
Deggg!
Seketika hatinya hancur, dunia serasa runtuh. Harapannya pupus semangatnya hilang. Dadanya bergemuruh matanya memanas hatinya serasa teriris.
Telinganya mencoba untuk menulikan pendengarannya. Berharap hanya mimpi semata, berharap suara tadi tidak nyata. Berharap suara tadi hanyalah iblis yang menghantuinya.
Mencoba menghiraukannya, menatap lurus sembari menyunggingkan senyum. Seketika ia terlihat wanita yang sangat tangguh dan tegar. Kakinya kembali melangkah karena tadi hanya ucapan ghaib yang menggodanya.
"Heh! Belagu banget lo jadi adek. Upssss! Gua kan gapunya adek kaya dia HAHAHAHA, " Suara itu kembali terdengar dia hafal suara itu. Tapi, Clarissa berharap bukan dia.
"Wahhh sekarang makin berani aja ya lo. Dasar ga punya otak!" Clarissa membalikkan badannya. Menatap dengan tidak percaya.
"Kenapa? Kaget ya? Kaget liat gua? Kaget liat VARONIL GRANDE ALNAAS, " Clarissa sadar, ini nyata! Ini bukan mimpi semata, tadi bukan suara iblis. Tadi adalah suara abangnya sendiri.
Rissa masih terheran tak percaya. Namun, wajahnya menampilkan senyuman polos yang dapat menipu siapa saja.
"Eh bang Varo ya? Tadi Rissa kira iblis abisnya panas buanget, " Dengan wajah polosnya Clarissa membalas perkataan demi perkataan Varo tadi.
"Lo tuh mak..., "
"Udah ya bang. Rissa mau berangkat dulu takut terlambat, " Rissa memotong ucapan Varo. Bukan karena dia tak kuat hanya saja dia takut berlama lama disitu dia akan terbakar.
Sudah matahari mulai naik udara mulai panas ditambah lagi ucapan pedas. Panas sekali bukan? Ingin rasanya Rissa lari ke kutub utara.
Tapi Rissa tak bisa, bukan karena dia tak mampu kesana. Coba bayangkan saja lari dari Indonesia ke kutub utara? Mau jadi apa itu kaki?
***
Clarissa berdiri di halte menunggu kedatangan bus. Sudah hampir 10 menit Rissa menunggu namun, bus tak kunjung muncul batang hidungnya. Ralat, bus ga punya hidung.
"Duh, 10 menit lagi masuk. Masa harus telat lagi sih cape bener aku kalo di hukum mulu, " Rissa mengeluh sembari menatap jam tangannya.
Tiba-tiba sebuah mobil mercedes-benz S550 berhenti di depan Rissa. Kaca mobilnya sedikit terbuka.
"Clarissa?" Ucap seseorang dari dalam mobil.
"Ha?" Yang dipanggil hanya menjawab dengan mulut terbuka.
"Naik, " Sedangkan Rissa hanya berdiri seperti orang dongo.
"Buruan naik, gua anak SMA GARUDA." Dalam hati Rissa menggerutu apakah dia harus naik? Tapi dari pada terlambat? Tapikan Rissa tak mengenalnya. Tapikan wajahnya ga asing. Duh, kebanyakan tapi deh.
"Ck, cepetan!" Rissa buru buru masuk mobil. Menutupnya duduk di kursi samping pengemudi. Namun, mobil tak berjalan tetap berhenti.
"Loh kok ga jalan?" Bukannya menjawab cowok tadi hanya diam saja menatap kearah Rissa.
Lalu, detik kemudian lelaki tadi mendekat semakin mendekat. Rissa memundurkan badannya takut jika lelaki di hadapannya akan bermacam macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE ✔
RandomPada umumnya keluarga adalah rumah kita, namun mengapa berbalik? Mengapa keluarga menjadi neraka bagiku? Tempat dimana seharusnya aku mendapat kehangatan, namun mengapa yang ku dapat siksaan bertubi tubi? Dimana letak keadilan? -Clarissa Tristeza Al...