"Gua pulang dulu ya," ujar Azka berpamitan pada Clarissa setelah mengantarnya ke ruang rawat. Clarissa menjawab dengan anggukan singkat.
"Soal ucapan gua di taman tadi gak usah di anggep serius. Gua cuma bercanda," lanjutnya sebelum melenggang pergi.
"Azka Azka, makin kesini makin aneh sikapmu," gumam Rissa.
1 minggu kemudian.
"Yes! Akhirnya Rissa boleh pulang!" teriak Rissa kegirangan.
"Ciee, seneng banget keliatannya," ujar Varo sembari membantu mamanya membereskan barang-barang Rissa.
"Aku udah kangen banget sama rumah bang. Setelah sekian lama akhirnya bisa pulang," balas Rissa.
"Eh iya bang, Callista udah boleh pulang?"
"Kata dokter 2 hari lagi," sahut mamanya.
Clarissa menjawab dengan anggukan. Lalu tersenyum, setidaknya keluarganya sekarang peduli padanya. Tidak ada kata rumah bagai neraka, sekarang hanya kehangatan yang melanda.
Varo membantu Rissa turun dari ranjang. Barang-barang Clarissa di bawa oleh mamanya, sedangkan papahnya sudah menunggu di dalam mobil.
Mama Clarissa tidak ikut pulang, dia harus menemani Callista hingga di perbolehkan pulang. Selama di perjalanan penuh dengan gurauan dan keceriaan.
"Tidak ada yang bisa menebak sebuah perjalanan hidup. Pasrah saja, nanti akan ada kejutan yang sangat indah di ujung sana."
°°°
"Bangg, abang di rumah aja ya? Temenin Rissa, sampai Callista pulang. Ya bang ya?" ujar Rissa dengan nada memohon.
"Iya, apa sih yang enggak buat kamu?" balas Varo sembari mencubit kedua pipi Clarissa.
Hari-hari berlalu, Varo sangat menyayangi adiknya. Dia berusaha memperbaiki kesalahannya di masa lalu. Melihat Clarissa bisa tertawa lepas membuat Varo sedikit lega.
"Eh iya bang, anterin Clarissa jenguk Danilo dong," pinta Rissa.
"Anterin ya bang? Pleasee," lanjutnya.
"Hmmm nggokey," jawab Varo.
"Yes!" Secara spontan Rissa langsung saja memeluk Varo dengan erat.
Clarissa terlihat bersemangat sekali untuk menuju rumah Danilo. Meskipun badannya terasa lemas ia tak masalah.
Sepanjang perjalanan Rissa tiada henti tersenyum. Mulutnya bersenandung kecil. Sesampainya dirumah Danilo, Clarissa langsung saja di sambut Satria.
"Eh ada Rissayang, mau ketemu sama gua kan? Udah Riss, gua emang cakep kok. Zeyen malik mah lewatt," ujar Satria.
"BANGSATria yang terhormat, aku kesini bukan buat ketemu sama BANGSATria," jawab Rissa dengan tersenyum manis.
"Dih! Tetep aja ya lo ngeyel! Nama gua tuh Satria! Kalo manggil itu semua nadanya sama, jangan BANGSATnya di kerasin belakangnya di pelanin. Gua karungin juga lo lama-lama," balas Satria dengan nada ketus.
"Iya tuan, cuma mau bilang tamu adalah raja. Masa raja di jemur di teras?" ujar Clarissa dengan nada sedikit menyindir.
"Pinter nyinyir ya lo sekarang. Udah sono buruan masuk," jawab Satria sembari membuka lebar pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE ✔
De TodoPada umumnya keluarga adalah rumah kita, namun mengapa berbalik? Mengapa keluarga menjadi neraka bagiku? Tempat dimana seharusnya aku mendapat kehangatan, namun mengapa yang ku dapat siksaan bertubi tubi? Dimana letak keadilan? -Clarissa Tristeza Al...