Our Destiny [Completed]

32

Main Cast
- Byun Baekhyun
- Park Chanyeol

Boy x Boy
Boys love
M-Preg

Our Destiny

Chanyeol membuka pintu rumah yang masih terang benderang. Ia melihat sang istri mendudukkan raganya di atas sofa sembari melipat kedua tangan di depan dada. Tatapannya kosong, namun melukiskan sejuta luka pada paras cantik nan menawannya.

Ia tidak peduli itu. Menurutnya, semua pasti hanyalah kepura-puraan belaka. Saat mengetahui jika sang istri tidaklah jauh berbeda dengannya. Jadi, tidaklah pantas jika Irene memasang ekspresi seakan-akan disini ialah merupakan pelaku kejahatan yang keji menyakiti perasaan istrinya sendiri.

Setelah pintunya tertutup, Chanyeol berjalan santai ke arah anak tangga sebelum sebuah suara mengintrupsi langkahnya menuju kamar. Menghentikannya sesaat mendengar Irene yang berbicara padanya.

"Lihat sekarang! Istrinya menunggu kepulangan sang suami yang tidak memberi kabar sama sekali. Dan sekarang, justru dia seenaknya mengabaikan orang yang sudah risau dan khawatir setengah mati menunggu keberadaan sosoknya. Wah, kau luar biasa Park!" tuturnya nyalang.

Chanyeol membalikkan tubuh tegapnya menghadap ke arah dimana istrinya berdiri. Tangan itu tidak lagi bersidekap dada, tapi jatuh tepat pada kedua sisi tubuh dengan jari-jemari membentuk sebuah kepalan. Melihat itu, Chanyeol senyum miring tipis. Merasa lucu karena reaksi istrinya yang berlebihan sekali -menurutnya.

"Lantas kau mau apa? Memarahiku? Mencaci-maki ku? Memukulku? Atau.. bercerai denganku" ucapnya ringan dan terdengar main-mai, bermaksud menggoda namun menyelipkan sebuah fakta.

Irene diam mematung. Tubuhnya terlihat sedikit bergetar dengan ekspresi muka yang menegang saat Chanyeol begitu entengnya berkata 'bercerai'. Apa memang ini akhir dari kisah mereka? Apa memang sampai disini saja rajutan kasih mereka? Tidak! Irene masih belum terima bahkan ikhlas jika sampai itu terjadi.

Tapi, melihat dari bagaimana keadaan keduanya yang sudah sangat memburuk, tidak menutup kemungkinan jika 'perceraian' menjadi pilihan mutlak dan telak yang akan diambil. Memilih berpisah dan menghentikan segala omong kosong ini yang menciptakan duka lara.

"Surat perceraian kita sedang di proses dan secepatnya akan dikirimkan. Tanda tangani itu dan semua berakhir seperti seharusnya. Tenang saja, kau akan mendapatkan harta kekayaan ku, sesuai dengan hakmu!" pungkas Chanyeol telak lantas pergi berlalu menuju ke lantai dua. Tidak ingin mendengar apa-apa lagi dari mulut sanh istri.

Baru saja hendak membuka pintu kamar, ponselnya berbunyi. Chanyeol merogoh saku jasnya, meraih benda persegi canggih itu agar mengetahui siapa yang menghubunginya. Dilihat ada nama Baekhyun terpampang disana, Chanyeol langsung mengangkat panggilan itu.

"C-chanyeol..t-tolong aku..hiks.."

Mendengar suara tangis diseberang yang merupakan milik Baekhyun, Chanyeol segera berlari menuruni tangga kemudian membuka pintu rumahnya. Tanpa tau jika Irene -sang istri- memanggil-manggil namanya sembari menyusul langkah tergesa sang suami. Chanyeol tidak memperdulikan apapun. Yang jelas dalam pikirannya hanya ada nama Baekhyun seorang bertengger disana.

Baekhyun-nya, papa (atau dalam kasus ini selaku ibu) dari anaknya tengah membutuhkan pertolongannya. Mobilnya ia lajukan secepatnya menyusuri komplek perumahan. Padahal jarak antara rumah dan kediaman Baekhyun hanya beberapa blok saja, tapi Chanyeol tidak peduli. Berjarak dekat ataupun tidak, Chanyeol tidak mungkin menggunakan kakinya berlari pada tengah malam seperti ini dan menghabiskan seluruh tenaganya.