9

1.4K 166 23
                                    

9


"Sasuke dan aku, mana yang lebih tampan?" Kakashi bertanya pada Sakura, gadis itu sedang menemani pria tampan di depannya makan malam.

Sakura memilih untuk meminum sedikit wine dan tidak memakan apapun lagi, dia sudah kenyang.

"Ayahku." Sahut Sakura yang hampir membuat Kakashi tersedak.

"Yare-yare, sudahlah. Kau sepertinya sudah agak mabuk, lebih baik kau segera tidur." Ucap Kakashi dengan suara khasnya.

Sakura terkekeh. "Aku tidak mabuk, jawabannya memang ayahku. Dia bisa memilih mana yang paling tampan untuk putrinya, jika dia dan ibuku masih ada di sini pasti mereka akan memilih pria yang paling baik."

Kakashi menghentikan aktivitas makannya dan menatap mata sendu Sakura. Pria itu sudah lebih dari dua puluh tahun di tinggal sang ayah, ia sudah terbiasa dengan kesendirian.

"Sulit ya jika kau masih sering merindukan mereka?"

Mendengar hal itu membuat Sakura tersenyum kecut. "Benar sekali, kau dan Naruto pasti tau rasanya lebih dari siapapun. Begitu juga dengan Sai, Yamato-taichou, Iruka-sensei, Konohamaru.. kalian semua lebih tegar dariku."

"Hm.. bisa di bilang begitu bisa juga tidak." Kakashi menanggapinya, Sakura menaikkan sebelah alisnya, pertanda gadis itu menanti kalimat selanjutnya.

"Terkadang, para pria menangis lebih pilu dari yang kau bayangkan. Apalagi kami di tinggalkan sejak kecil." Lanjut Kakashi. "Gaara pun sama, dia pasti pernah merasakannya."

"Kau benar, aku setuju untuk itu." Sahut Sakura cepat, ia tidak tertarik dengan topik ini setelah Kakashi menyebutkan nama Gaara.

Wajahnya jelas terlihat lebih terluka dari sebelumnya dan Kakashi dapat menebaknya dengan mudah. Memang sejak siang ia sudah curiga pada Sakura.

"Gaara melakukan sesuatu yang buruk padamu hari ini?" Tanya Kakashi pelan.

Sakura mendongak seketika dengan pupil mata yang melebar, gadis itu terkejut.

"Terlihat jelas Sakura meskipun kau menyembunyikannya dariku, Yagura juga bertingkah seperti ia tau sesuatu. Apa yang terjadi padamu hari ini?" Kakashi bertanya lagi, seperti mengulangnya.

"Instingku sangat kuat." Lanjutnya.

Sakura menyimpan gelas wine yang sedari tadi ia mainkan, kemudian gadis itu menarik lututnya hingga ia memeluknya, duduk dengan posisi sepertu itu di atas kursi.

Ia sama sekali tidak mabuk, hanya saja sedikit gejala stres baru saja meletup di kepalanya dan harus ia lepaskan.

Kakashi telah memberinya jalan untuk tidak menyimpan kepedihan itu dalam hati, pria itu nampak sangat peduli.

"Gaara menghinaku, kurasa Yagura menyaksikannya namun dia tidak bilang apa-apa untuk menghargaiku. Kami bertabrakan ketika aku menangis karena Gaara." Sakura berkata jujur namun ia sama sekali tidak menatap Kakashi.

"Dia menyebutku Cassanova versi wanita karena aku berkencan denganmu dan aku langsung menamparnya. Itu terjadi ketika kau mandi tadi siang."

"Ia pantas mendapatkan itu." Kakashi berseru pelan. "Tapi aku akan lebih senang kalau kau memberinya pukulan seperti yang selalu kau berikan untuk Naruto."

Sakura tertawa setelah mendengar hal itu, di masa depan ia harus banyak meminta maaf atas pukulan yang telah di lakukan nya. Mungkin Sakura tidak akan melakukan itu lagi nanti, kasihan juga Naruto.

Summer Love (KakaSaku) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang