Ninda masuk ke area pelataran rumahnya yang sudah di antar Banun."Ya sudah sayang.. kamu istirahat.. ya. Aku pulang dulu.. kalau ada apa-apa hubungi aku.."
"Iyah sayang.." kata Ninda sambil di sunggingkan senyumnya.
Banun pergi meninggalkan Ninda. Ninda masuk ke dalam rumah sambil mengurut tangannya yang masih terasa ngilu. "Ah sial.. masih sakit semoga besok gak memar.."
Ninda duduk di ruang tengah sedang asik dengan menonton tv. "Kenapa acara sinetron sangat membosankan.. aku benci dengan adengan yang sedikit-dikit seperti ini.. mau di tabrak mobil aja lama banget." Gerutu Ninda sambil mengganti saluran tvnya.
Tanpa ia sadari Rio sudah ada di belakangnya. "Ngomel mulu.." sambil di usap kepala Ninda dengan sayang.
"Acara sinetron gak ada yang bagus kak.. sebel aku.."
"Yah... namanya juga sinetron" kata Rio ikut duduk di sebelah Ninda. "Eh.. tunggu dulu... kenapa wajahmu.. dan kenapa tanganmu bisa luka seperti ini"tanya Rio sambil memegang tangan Ninda.
Ninda menarik paksa tangannya dari Rio "itu... tadi Ninda abis berkelahi kak.."
"Apa..." Rio terkejut. "Hahaha.. sejak kapan kamu berani berkelahi.." ledek Rio pada Ninda.
"Ya sejak tadi lah.. buktinya ini.." Ninda tak terima akan olokan Rio.
"Yaya... kakak tau... tapi kenapa kamu berkelahi...?"
"Itu... itu.... karena, ah udah ah.. males Ninda ngomongnya.."
"Yaudah... kalau kamu gak mau ngomong.. biar kakak yang bicara sama Banun.. pasti dia tau sebab kamu berkelahi."
"Tapi kak...." Ninda tampak gelisah karena Rio memaksa atas pertanyaannya. "Oke.. Ninda ngomong.. Ninda berkelahi karena ada cewek yang ingin Ninda sama Banun Pisah. Puas.."
Rio terdiam sejenak atas perkataan adik kesayangannya itu. "Buahahaha.. seorang Ninda berkelahi karena cowok.. Hahaha.. ini kyak bukan Ninda yang kakak kenal.. jahahah" Rio tertawa lepas menyadari adiknya sudah pandai berkelahi.
"Ih... apa'an kakak ini.. malah di ketawain aku. Au akh gelap." Ninda marah dengan olokan Rio. Lalu bangkit dari duduknya.
"Ih... marah sama kakak.." kata Rio masih tertawa.
"Bodo.." Ninda pergieninggalkan Rio yang masih setia dengan tawanya.
"Mau ke mana dek... sini ngobrol sama kakak.."
Ninda tak menggubris perkataan Rio dan terus berjalan menyusuri anak tangganya."Dek... woy... " kata Rio menggoda Ninda.
Ninda masuk ke kamar lalu membanting pintu kamarnya dengan kuat hingga terdengar oleh Rio yang masih duduk di depan tv nya.
Di kamar Ninda berbaring di kasurnya masih dengan gerutuan kesalnya dengan Rio.
"Kak Rio... akh.. sebel aku"Ninda menarik selimutnya menutupi tubuhnya sampai lehernya. Mencoba untuk memejamkan matanya agar segera terlelap menuju alam mimpinya. Dan tak lama kemudian Ninda tertidur pulas menuju alam mimpinya.
Rio membuka pintu kamar Ninda yang tak di kunci. Lalu masuk ke dalam kamar Ninda. Menatapnya dengan sendu. Mengusap lembut pucuk kepala Ninda. Ninda menggeliat mengganti posisi tidurnya dengan memunggungi Rio. Rio tersenyum dengan tingkah tidurbadik kesayangannya itu dan membetulkan selimut yang di kenakan Ninda.
Setelah itu Rio bangkit dari duduknya yang berada di sisi ranjang Ninda lalu keluar dan menutup kembali pintunya.Rio menghela nafasnya menyamankan tubuhnya yang lelah dengan kegiatannya. Menatap pintu kamar Ninda dan berlalu menuju kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Paginya Ninda bersiap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa ia mengajak Rio untuk sarapan dengan Menggedor-gedor pintu kamar Rio. "Kakak... AYO SARAPAN..." teriak Ninda.
Terdengar suara samar Rio dari dalam kamarnya."Ya... bentar.. kamu dulan nanti kakak Nyusul".
Lalu Ninda berjalan menuju ruang makan untuk sarapan. Yang sudah di siapkan oleh asisten rumah tangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend
Romancebanun dan irfan beserta teman-teman banun berlari menuju kerumunan orang-orang yang mengerubungi ninda dan gea, dan mencoba melerai ke duanya. Dengan sigap banun mengangkat ninda dari atas tubuh gea. "Dasar pelacur.. awas aja kau masih mencoba mengg...