(55) Flash Back

1.1K 55 9
                                        

🍳🍳

Orang jahat dan baik itu relatif, tinggal bagaimana orang lain melihat kita melakukan sesuatu dan memperbaiki sesuatu. Jangan jadi baik hanya untuk orang lain. Jadi baik juga buat dirimu sendiri. Karena yang sebenarnya paling butuh kebaikan adalah diri sendiri.

Author

🍳🍳

"Awalnya, tante sama diwangsa itu dijodohin karena bisnis. Dan padahal pas itu tante punya pacar. Tante gak bisa nolak dijodohin. Kata ayah tante ini buat menunjang keluarga tante. Pas itu ibu tante lagi sakit kanker, butuh uang. Jadi tante terpaksa nurut buat dijodohin. Kami nikah. Tapi, tante juga tahu Diwangsa gak suka sama tante. Kami tetap jalanin kehidupan seperti maunya ayah tante. Ibu tante yang sakit kanker gak bisa ketolong. Dan ibu meninggal, sebelum meninggal ibu minta cucu. Waktu itu tante belum mutusin pacar tante walaupun udah nikah. Jadi, tante putus dulu biar dia nggak sakit hati kalau nanti tante punya anak sama Diwangsa. Untungnya pacar tante ngerti. Dan tante akhirnya punya anak, Intan. Sayangnya, Intan lahir setelah ibu meninggal. Ibu nggak bisa liat gimana anak tante." Tante Kinar terlihat menghembuskan nafas berat.

"Nggak lama setelah ibu meninggal, ayah ikut nyusul ibu. Ayah depresi karena pekerjaannya yang banyak. Perusahaan ayah Diwangsa emang besar dan itu buat Ayah depresi. Tante larut dalam kesedihan waktu itu. Sampai Diwangsa sering banget marah-marah ke tante karena tante itu cengeng." Tante Kinar nampak tertawa kecil. Namun, air mata mengalir dari sudut matanya.

Karin tak bisa berbuat apapun. Ia hanya mendengarkan.

"Sebelum menikah Diwangsa emang gitu, dia sering banget marah-marah. Kaya Kevin. Nggak heran lah sifat Kevin itu nurun dari siapa." Lanjutnya. Kali ini Karin tersenyum kecil.

"Sampai suatu saat, tante lagi capek banget habis pulang dari kantor. Karena tante gantiin ayah tante. Kontraknya belum habis, jadi tante yang ganti. Pas capek-capeknya, tante masih aja cengeng, karena mesti keinget ayah sama ibu. Diwangsa marah besar malem itu. Tante tau dia juga capek karena habis kerja, tapi dia marah-marah dilimpahin ke tante. Jadilah kesalahan malam itu. Tante marah besar karena Diwangsa lancang sama tante. Walaupun kami udah nikah, tante gak disentuh sama Diwangsa. Diwangsa mabuk saat itu. Dia ngelakuin kesalahan pas keadaan tante capek-capeknya. Tante gak bisa apa-apa. Akhirnya, Kevin lahir."

Ia menghela nafas lagi.

"Awalnya tante emang gak suka punya anak Kevin karena tante nggak pingin Kevin. Tante marah besar sama Diwangsa. Diwangsa emang nyesel setelah itu, dia minta maaf ke tante. Tapi, pikiran tante emang gampang kacau. Jadi, tante lari dari rumah. Ninggalin Intan sama Kevin ke Diwangsa. Tante bodoh kan? Iya, tante tahu. Tante jadi egois. Tante tau harusnya tante gak gitu. Selama tante melarikan diri, tante ke rumah mantan pacar tante dulu itu. Ternyata mantan pacar tante udah nikah." Tante Kinar kembali tertawa sumbang. Karin mengalihkan pandangannya ketika merasa tawa itu malah melukai hatinya.

"Dan mereka punya anak. Namanya Alan. Tapi, istrinya meninggal saat melahirkan Alan. Pas itu tante gak bisa mikir apa-apa lagi. Tante gak tau mau kemana hingga akhirnya tante mutusin buat tinggal di rumah mantan pacar tante. Tante yang ngurus Alan dari kecil. Tante jarang pulang ke rumah. Paling-paling cuma ngecek keadaan anak-anak. Tante merasa saat melihat Kevin, tante inget semua perlakukan kasar Diwangsa. Beberapa tahun kemudian, tante udah gak kuat. Tante cerai sama Diwangsa dan Diwangsa setuju. Tante tahu Diwangsa udah nyesel sama tante. Diwangsa merawat Intan dan Kevin dengan baik. Tante belum sadar apa arti anak-anak bagi tante saat itu. Jadi, tante gak peduli sama mereka. Tante milih cerai dan akhirnya nikah sama mantan pacar tante." Tante Kinar mengusap air matanya.

KARIN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang