🍳🍳
Semarah atau sekesel apapun aku sama kamu, kamu tetep berharga buat aku.
Karina Valenssia
🍳🍳
"Karin," panggil Kevin sembari tersenyum. Mereka yang masih berada di kafe langsung menoleh ke sumber suara.
"Kak Kevin kenapa?" Karin langsung berlari menghampiri Kevin yang nampak sedikit kacau. Wajahnya biru-biru seakan baru saja dipukuli. Sudut bibirnya berdarah. Hal itu membuat Karin khawatir.
"Wah, parah nih Vin." Tanduk menggelengkan kepala tak menyangka.
"Kasian banget sih, idup lo." Dylan ikut menggeleng geleng prihatin.
"Diem lo jin-jin jahanam." Kata Kevin sinis.
"Kak Kevin kenapa?" Tanya Karin lagi. "Kak Kevin berantem?"
Sungut ingin kembali protes dan marah pada Kevin saat Karin malah khawatir padanya. Tapi, melihat wajah Kevin yang sedikit kacau, membuatnya diam.
"Ke pasar malem, yuk." Ajak Kevin sembari tersenyum.
"Kak Kevin mukanya gini ngajakin ke pasar malem? Nggak lah! Kak Kevin diobati dulu, ntar infeksi."
"Nanti aja bisa. Kamu mau kan ke pasar malem?"
"Vin, jangan gitu juga. Itu luka obatin dulu," sahut Tin Tin dengan wajah datar.
"Ntar diobatin Karin di sana. Mau kan?" Tanya Kevin lagi pada Karin. Namun, Karin masih diam menatap luka biru itu dengan sedih. Memangnya apa yang terjadi? Kenapa Kevin bisa babak belur seperti itu?
Karin menoleh menatap beberapa temannya yang masih duduk di meja, melihat mereka. Mereka hanya diam menatap Kevin dengan prihatin. Mereka tak bisa membantu banyak. Akhirnya, Karin menarik nafas lalu mengangguk kecil.
"Yuk." Ajak Kevin. "Woi, gaes! Makasih udah jagain cewek gue. Dan Sung, makasih udah mau ngerti gue. Gue duluan!" Seru Kevin sembari merangkul Karin di bahunya.
"Yoi. Jangan ke tempat sepi ya?" Balas Dylan sembari teriak.
"Ati-ati Rin, ntar dimakan loh!"
"Kalau Kevin ngajakin itu colok aja matanya!" Seru Tanduk yang langsung ketawa.
🍳🍳🍳
Karin menutup botol alkohol dan meletakan beberapa kapas di tempatnya kembali. Baru saja mereka sampai di pasar malam dan Karin langsung marah-marah. Dia gak suka Kevin babak belur karena berantem. Padahal ia belum tahu apa penyebabnya.
"Kak Kevin kenapa sih? Kak Kevin gak mau cerita ke Karin?" Tanyanya sedih. Mereka sedang duduk di jajaran bangku taman yang memang di sediakan di sana. Ada meja panjang di depan mereka dengan dua kursi di depannya yang kosong.
"Ini cuma lebam, besok juga udah ilang."
"Iya gitu aja terus. Ngeremehin luka!" Karin memalingkan wajah kesal lalu menatap sekitarnya.
Kevin tahu Karin marah karena dia meninggalkannya tadi. Ia juga khawatir pada Kevin. Tapi, sungguh Kevin nggak bisa ngasih tau. Ia paling pantang ingkar janji.
"Marah?"
"Kenapa? Lagian Karin marah atau enggak itu gak penting buat Kak Kevin." Sekarang Karin ikut-ikutan sinis.

KAMU SEDANG MEMBACA
KARIN✔
Ficção Adolescente[TEENFICTION] 15+ 🅔🅝🅓 { 𝙆𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙪𝙝 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝-𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝. 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙤𝙗𝙡𝙤𝙠, 𝙮𝙖𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙜𝙤𝙗𝙡𝙤𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙟𝙖} Dari pertanyaan rutin yang Karin, si bocah lontarkan...