🍳🍳
Raja dan Ratu udah gak jaman, Romeo dan Juliet juga kuno. Tapi, Zeus dan Hera cocok buat kita, kan?
Karina Valenssia
🍳🍳
"Kamu nggak papa?" Tanyanya lagi.
"Ngapain di sini? Pergi. Gue nggak ada urusan sama lo."
"Justru mama ke sini mau nengokkin kamu. Katanya ada kecelakaan di sekolah. Kamu nggak papa kan?" Kinar mendekat nampak khawatir.
Kevin menghela nafas, ia melirik pada teman-temannya yang sudah berdiri dari tempat duduk. Kemudian, Kevin menoleh pada Karin. Cewek itu tak tahu apa yang Kevin inginkan, hingga ia memilih untuk mengangguk saja.
Kevin melepaskan genggaman tangan Karin, ia pun berjalan pergi ke taman rumah sakit. Kinar yang nampaknya mengerti apa yang Kevin inginkan pun langsung mengikuti anaknya.
Sampai di taman Kevin berbalik menatap sosok yang dulu ia anggap sebagai ibu itu dengan bengis. Mengapa wanita itu selalu mengusiknya saat ia mulai merasakan ketenangan?
"Lo mau gue bahagia?" Tanya Kevin tiba-tiba. Kinar berhenti mengikuti Kevin.
"Kevin, ibu mana yang mau anaknya menderita,"
Kevin tersenyum, "ada satu. Dia yang rela korbanin anaknya untuk bisnis. Tapi gue yakin lo gak tau orangnya," kalimat sarkas kembali terlontarkan untuk Kinar. Kinar diam, ia mengerti bagaimana perasaan Kevin ketika mengetahui niatnya itu.
"Oke, Kevin menang. Kevin, mama sekarang gak akan-"
"Eh? Mama?" Sinis Kevin. "Maaf, Bu Kinar, mama saya udah pergi jauh." Lanjut Kevin penuh penekanan. Rasanya guntur berdengung di telinga Kinar. Ia pun merasakan sesuatu yang merambat di tangannya menuju tepat ke dadanya, nyeri.
"Apapun kamu mau manggil mama. Mama mau bilang sesuatu,"
"Bukannya urusan kita udah kelar? Lo cerai, lo minggat dari rumah, lo gak ngurus gue lagi. Ya udah, lo gak usah balik lagi, kan? Lo gak penting." Kevin sepertinya terbiasa mengucapkan kalimat sarkasme, pada siapapun. Bahkan, ibunya. Jantung Kinar benar-benar terasa seperti diremas-remas mendengar kalimat itu.
Kinar menghela nafas, "kamu nggak tau, Kevin. Berat buat mama ninggalin kamu, awalnya mama emang niat buat jodohin kamu untuk bisnis mama. Tapi mama tau itu salah, mama gak-"
"Iya, iya tau. Lo sekarang menyesal, gitu?" Tanya Kevin geli. Benar-benar ia serasa menonton drama sedih sedu di TV. Seperti serial azab, Sungut yang biasa menonton, ia bercerita pada Kevin jadi ia tau. Ah, menggelikan.
Merasa dipojokkan Kinar mendesah lelah, "Kevin ini bukan seperti yang kamu pikirin, mama emang nyesel dan-"
"Apa? Kalau nyesel batalin pertunangan Kak Intan." Tegas Kevin. Ia sudah tahu mengapa Intan masih tidur nyenyak di hari libur, dengan kamar yang berantakan.
Waktu itu, sebelum Kevin memutuskan untuk menemui Karin di sore hari dam mereka bertemu di taman saat Karin membeli es krim, ingat? Kevin mencari tahu dahulu apa yang terjadi pada kakaknya. Intan pulang cukup siang dengan mata sembab di hari yang sama. Ia mencoba berbagai cara membuat kakanya berbicara dan akhirnya berhasil. Intan mengatakan segala sesuatu tentang perjodohan yang telah direncanakan Kinar dan Diwangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARIN✔
Roman pour Adolescents[TEENFICTION] 15+ 🅔🅝🅓 { 𝙆𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙪𝙝 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝-𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝. 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙤𝙗𝙡𝙤𝙠, 𝙮𝙖𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙜𝙤𝙗𝙡𝙤𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙟𝙖} Dari pertanyaan rutin yang Karin, si bocah lontarkan...