(18) Rasa

2K 74 2
                                        

🍳🍳

Terimakasih telah membuatku merasakannya lagi. Alunan indah yang mengiringiku.

Kevin Albano Fahriz

🍳🍳

"DIAM lo itu artinya lo tau atau lo pura-pura nggak tau?"tanya Kevin sinis.

"Maafin, Karin."ucap Karin lirih sambil menunduk. Namun, ia tak menyesali apa yang ia lakukan semalam. Jika ia tak segera menghentikannya bisa-bisa Kevin yang ada di tempatnya saat ini.

"Karin cuma mau Kak Kevin berhenti."

"Karin gak suka Kak Kevin berantem gitu,"

Kevin menghela nafas.

"Jangan pernah ngehadang di depan gue. Bisa-bisa lo yang bonyok."

Karin mendongak dan tersenyum. Apa kata-kata Kevin barusan berarti Kevin khawatir padanya?

"Kak Kevin sayang Karin."

"Enggak. Kata siapa?"tanya Kevin tak suka. Karin tersenyum manis.

"Kata Karin."

"Terserah deh. Ayo pulang."ajak Kevin. Karin semakin melengkungkan bibirnya senang.

🍳🍳

Karin tak henti-hentinya memasang wajah bahagianya. Hingga ia sampai di depan rumah Sungut. Kevin berdehem untuk mengkode Karin agar turun. Namun, yang dikode malah senyum-senyum tak jelas.

"Turun!"seru Kevin akhirnya. Karin yang tersentak kaget langsung meringis.

"Iya, iya. Galak amat."ucap Karin sambil membuka pintu mobil. Kemudian, ia pun keluar. Namun, ia tak melepaskan tangannya yang memegang pintu mobil Kevin. Mobil Tanduk berhenti tepat di belakang mobil Kevin. Sungut pun turun beserta Ana yang melambaikan tangannya. Bukan pada Karin namun pada Sungut.

"Sampai jumpa, Karin!"seru Ana dan Mita. Karin pun melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Dah, Karin!"seru Tanduk dari dalam mobil. Karin hanya sekedar mengangguk dan tersenyum kecil. Mobil Tanduk pun melenggang pergi.

"Gue mau pergi, rin."ucap Kevin. Bagaimana ia bisa menjalankan mobilnya jika Karin terus memegangi pintu mobilnya seperti itu?

Karin tetap bergeming sampai Sungut menghampirinya.

"Kak Kevin ke rumah dulu, yuk!"ajak Karin sambil menatap Kevin penuh harap.

"Gak. Gue banyak urusan."

"Yaudah. Lain kali, ya?"

"Ogah."

"Kok gitu?"

"Ya gitu."

Karin pun langsung menutup pintu mobilnya dengan sedikit keras. Ia kesal Kevin selalu seperti itu padanya.

Kevin bahkan terlonjak kaget. Namun, bukannya marah ia malah tertawa kecil. Karin marah padanya karena kata-kata yang selalu ia ucapkan. Rasanya menyenangkan membuat Karin kesal. Tapi, beberapa detik kemudian ia menyadari sesuatu. Ia tertawa karena seorang perempuan!! Segera, ia berhenti tertawa sebelum Karin menyadarinya.

KARIN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang