👩
🍳🍳
Kau bisa mengusirku kali ini
Namun, besok kau akan menariku agar bersama muKarina Valenssia
🍳🍳
KEVIN berbalik dan menatap Karin nyalang. Namun, bukanya takut, gadis itu malah terpesona akan indahnya kedua bola mata yang ada di depannya itu. Indah. Itulah yang ingin ia ungkapkan. Namun, mulutnya seakan dilem hingga terkatup rapat.
"Pergi, atau gue usir?"titah Kevin dengan nada rendah yang bisa membuat manusia manapun akan merinding.
"Tapi, Karin masih mau sama kak Kevin,"jawab Karin.
"Fine. Gue usir."putusnya. Kevin turun dari tangga yang sudah setengah ia lewati dengan berlari. Karin hanya bisa menatapnya dengan tatapan kagum. Ia tetap berdiam di tempatnya. Diwangsa pun bingung apa yang akan dilakukan putranya itu. Ia sampai berhenti makan untuk melihat apa yang terjadi.
"Kamu mau ngapain, Vin?"tanya Diwangsa was-was.
"Kevin?"panggil Intan dengan suara yang cukup keras.
Sampai di depan gadis yang tersenyum menatapnya, Kevin langsung menarik tangan gadis itu dengan kasar. Karin tersentak lalu meringis merasakan pergelangan tangannya sakit.
"Aw! Kak Kevin, tangan Karin sakit!"seru Karin sambil meringgis. Namun, Kevin tak peduli. Ia menyeret Karin keluar rumahnya.
"Kevin! Apa-apaan kamu?!"teriak Diwangsa sambil mengejar kedua orang yang sudah sampai di depan pintu. Intan juga bergegas berdiri dan ikut menghampiri mereka.
"Pergi,"usir Kevin sambil menyentakan tangan Karin dengan kasar. Karin meringis sambil mengusap pergelangan tangannya. Rasanya sakit sekali. Bahkan kulitnya sampai merah-merah. Tega sekali Kevin berbuat itu padanya. Karin menatap Kevin sambil cemberut. Walaupun begitu, Kevin tetaplah ganteng. Matanya juga tetap indah walaupun mendelik seperti sekarang.
"Karin nggak mau pergi."jawab Karin kekeh. Kevin memutar bola matanya. Ia pun berbalik dan masuk ke dalam rumah. Karin mengerjapkan mata beberapa kali, kemudian ia pun ikut masuk ke dalam rumah.
Namun, belum sampai melangkah masuk, kepalanya sudah ditonyor dengan sedikit keras hingga ia kembali mundur. Kevin menghadapnya kesal.
"Pergi,"ucap Kevin lagi. Segera, ia menutup pintu rumahnya dengan kasar. Bahkan sampai menimbulkan suara yang cukup keras untuk membuat Karin terlonjak kaget. Karin hanya bisa mengelus dadanya.
"Untung ganteng,"ucap Karin lirih. Tak lama kemudian pintu kembali dibuka. Tampaklah Diwangsa dengan wajah khawatir.
"Karin nggak papa?"tanyanya. Karin tersenyum lebar.
"Nggak papa ayah. Ayah mau ke kantor ya?"
"Er.. iya,"
"Yaudah, ke kantor saja ayah. Nanti telat loh," Karin kembali mencium tangan Diwangsa.
"Kamu, nggak papa Ayah tinggal?"tanya Diwangsa. Karin mengangguk yakin.

KAMU SEDANG MEMBACA
KARIN✔
Novela Juvenil[TEENFICTION] 15+ 🅔🅝🅓 { 𝙆𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙪𝙝 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝-𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝. 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙤𝙗𝙡𝙤𝙠, 𝙮𝙖𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙜𝙤𝙗𝙡𝙤𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙟𝙖} Dari pertanyaan rutin yang Karin, si bocah lontarkan...