⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
"Aku ingin mundur dari Jimin."
Hoseok dan Seokjin membola. Ia menatap Jungkook yang ada disebrang sofanya.
Ya, ketiga namja itu kini sedang duduk di cafe seberang rumah sakit tempat Jimin dirawat. Jungkook sengaja mengajak Hoseok dan Seokjin saja, dengan alih alasan menemaninya membeli makanan ringan untuk camilan. Pada akhirnya disinilah mereka, duduk bertiga sambil berhadapan dan membahas tentang sakit hatinya Jungkook beberapa hari kebelakangan.
Hoseok yang tadi sedang menyeruput kopi nya dengan cepat menatap Jungkook, "Kau gila? Jangan munafik. Kau bahkan tidak bisa hidup tanpanya."
Jungkook memandang Hoseok lemas, sedangkan Seokjin masih membisu sambil memperhatikan tatapan lesu Jungkook. Ia menghela nafasnya, menaruh iced coffee yang semula ada di tangannya. Ia memajukan tubuhnya yang semula bersender pada sofa.
"Jungkook, aku mengerti kau lelah dengan keadaan ini." ucap Seokjin, "Namun tidak semestinya kau menyerah begitu saja. Kau pasti tau Jimin juga mencintaimu kan?"
"Tapi itu hanya omong kosong, hyung!" bentak Jungkook, "Tidak mungkin ia mencintaiku jika selama ini yang ia beri perhatian hanya pria Kim itu!"
Hoseok dan Seokjin terengah. Jungkook berteriak, bahkan membuat beberapa pengunjung cafe sekarang memperhatikan mereka. Seokjin meringis, ia sedikit canggung dengan tatapan mereka, namun ia merasa masalah Jungkook lebih penting sekarang.
Seokjin bimbang, lalu pikirannya hanya berkata mereka harus menyelesaikan ini di dorm mereka, secara privasi. Maka lelaki kelahiran 1991 itu mengambil kunci mobil dari sakunya dan meneguk ludes iced coffee nya sebelum berdiri,
"Ayo kita selesaikan di dorm."
***
"Aku tau kau lelah, tapi coba jangan mundur." Seokjin kembali bersuara. Kini mereka bertiga sudah di dorm. Sebelumnya Seokjin sudah izin kepada kekasihnya, memberitahukan kepadanya bahwa ia, Hoseok dan Jungkook pulang terlebih dahulu. Nanti malam akan bergantian berjaga Jimin.
"Lalu? Harus apa? Diam sambil memperhatikan kedua pasangan serasi itu huh?" Jungkook berkata sarkas. Otaknya kembali memunculkan wajah Jimin dan Taehyung yang sedang bercanda riang, membuat rahangnya keras.
Hoseok menghela nafas halus, "Cobalah beristirahat. Sedikit menjauh saja. Tapi jangan menyerah selamanya. Perasaanmu sebenarnya terbalas, Kook. Tapi Jimin memang terlalu dekat dengan Taehyung, sebagai sahabat."
Jungkook mutar bola matanya, "Sahabat? Haha lucu sekali."
Seokjin dan Hoseok kembali bungkam. Memilih untuk tidak lagi membuka mulutnya daripada Jungkook kembali membalasnya dengan kata kata yang pedas. Maka terjadilah keheningan.
Selang 5 menit itu berlangsung, Seokjin akhirnya pasrah. Dengan lesu ia berdiri, menepuk pelan bahu Jungkook, "Jangan menyerah. Jimin membutuhkanmu."
Seokjim pun berlalu, diikuti Hoseok yang kini ikut berdiri, mau meninggalkannya. Baru 3 langkah ia berjalan, tubuhnya berhenti. Ia menoleh setengah kearah kanan,
"Jimin membutuhkanmu dan kau membutuhkan dia. Kau sama saja bunuh diri jika kau menyerah. Pahami itu Jungkook-ah."
Jungkook hanya menatap punggung Hoseok yang lambat laun hilang di belokan hall dorm. Ia mengusap wajahnya kasar, mendengus kesal. Kepalanya ia jatuhkan sepenuhnya pada sofa, lelah dengan keadaan.
"Baiklah, ayo kita coba."
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
j i k o o k
Fanfictionenjoy your trip with dramatic jikook journey *sips tea* | written in bahasa ©astr0child, 2019.