[24]

3.1K 260 10
                                    

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Jimin melenguh panjang ketika pusing luar biasa menghatam kepalanya. Matanya mengerjap erat, dahinya mengernyit dengan peluh yang mulai bermunculan. Badannya bergetar, merasakan sakit yang menyelimuti dirinya membuat ia serasa akan mati.

Binar indahnya kembali terbuka dengan perlahan, memastikan dirinya tidak buta. Menangkap pantulan cahaya dengan buram. Hingga tiba-tiba kepala seseorang menutupi cahaya lampu itu.

Wajahnya menoleh lemas. menatap kepala Jungkook yang kini berada tepat diatasnya, menatapnya khawatir karena Jimin bangun dengan keadaan seperti orang gelisah.

"Hyung, ada apa?"

Jimin menggeleng sembari menutup matanya kembali karena pusing yang tak kunjung mereda, "Tidak. Aku sakit kepala.."

Suara serak milik Jimin membuat Jungkook meringis, bisa membayangkan betapa keringnya tenggorokan Jimin. Ia kembali duduk di kursi yang ada disebelah brangkar Jimin setelah tadi ia bangun dengan tergesa karena deru nafas Jimin yang tidak normal.

Jungkook mengambil gelas dinakas sebelah brangkar Jimin, dan menyodorkannya kepada namja yang sedang memandangnya sayu itu, "Minum?"

Jimin menggeleng lesu. Ia tidak mau minum. Mulutnya akan terasa semakin tidak jika ia memasukan sesuatu. Maka ia lebih memilih menutup matanya lagi karena terasa kunang-kunang.

"Jimin.."

Suara Jungkook membuat netra indah Jimin yang sebelumnya sudah mau terpejam kembali terbuka. Ia menoleh pelan kearah Jungkook, menatapnya lemas sembari bertanya, "Apa?" dari tatapannya.

Tangan Jungkook tergerak memegang lengan Jimin yang masih ditancap infus. Namja kelinci itu mengelus infus Jimin lembut lalu kembali menatap mata Jimin, "Tolong jangan seperti ini lagi.."

"Jika sesuatu terjadi padaku, katakanlah."

Ucapan Jungkook telak membuat Jimin menatapnya. Matanya memang masih terlihat sayu, tapi raut terkejut tetap terukir apik disana. Hingga sedetik kemudian, Jimin kembali memandangnya hangat. Senyum halus nan kaku yang terlihat lemah itu terbentuk di bibir tebalnya yang masih pucat. Tangan nya terangkat lesu, mengelus pipi Jungkook dengan gerakan selembut kapas membuat Jungkook sempat memejamkan matanya.

"A-apa saja yang Chanyeol hyung katakan padamu, hm?"

Jungkook terkekeh kecil. Jiminnya ngerti betul bahwa Chanyeol hyung pasti sudah membocorkan banyak hal hingga Jungkook berkata sedemikian kepadanya.

"Tanpa Chanyeol hyung ceritakan pun, tetap saja aku ingin menjaga mu hyung." jawab Jungkook membuat Jimin tersenyum lebih hangat lagi, dengan sedikit kesedihan didalamnya.

Jimin memejamkan matanya lagi, "Baik, Jungkook. Saat akan mati pun akan aku beritahu padamu."

"Hyung!" Jungkook mengernyit tidak suka, "Jangan berkata seperri itu!"

Jimin terkekeh dalam posisi memejamkan matanya, "Aku bercanda."

"Jangan pergi sebelum aku menjadikanmu milikku, hyung."

Jimin sontak membuka matanya ketika kalimat itu masuk kedalam telinganya, kembali tertawa kecil untuk menutup detak jantung yang tidak karuan didalam sana. "Ada apa denganmu, Jungkook-ah? Apa kamu mengatakan itu padaku karena kau tidak bisa mengatakannya kepada perempuan?"

"Ish Jimin-hyung!" Jungkook mencebik ketika perkataannya dianggap candaan oleh sang pujaan hati, "Aku serius, hyung!"

Jimin menatap Jungkook hangat, "Iya iya. Berarti aku boleh pergi setelah kamu memilikiku? Begitu?"

"Kau benar-benar ingin ku gigit ya?!"

Jimin tertawa lepas kali ini, menampilkan senyumnya yang begitu lebar bahkan hingga matanya yang tak lagi terlihat. Jungkook disebelahnya menatap Jimin, bangga dengan dirinya bisa membuat Jimin tertawa setulus itu.

"Hyung, ayo kita berpacaran."

Jimin spontan memberhentikan tawanya dan menatap Jungkook. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum kaku sambil memainkan ujung kaos yang ia pakai saat ini.

"Kau gila, Jungkook?"

Jungkook menatap hyungnya, "Tidak. Aku serius."

Jimin hanya terdiam. Merasa total blank dengan ucapan Jungkook. Bukan. Bukan berarti ia tidak senang. Bahkan sekarang ia sedang berusaha menahan teriakan antusiasnya. Namun ia memikirkan semuanya-army, orang tua Jungkook, dan bangtan.

Apakah ia akan diterima?

Apakah semua orang akan mendukungnya?

Jungkook tersenyum simpul menatap Jimin yang masih terdiam kaku. Ia tau apa yang ada dikepala mungil namja ini. Ia mengerti dengan tabiat Jimin yang selalu memikirkan sesuatu secara berlebihan hingga kadang membebani pikiran pria itu sendiri.

Jari nya ia eluskan lembut pada tangan Jimin, "Jangan khawatirkan lain, sayang. Kau tau bangtan tidak pernah berhenti mendukung kita."

Pipi Jimin merona hebat ketika mendengar panggilan Jungkook padanya membuat ia melupakan sejenak pikirannya. Perhalan ia mengangguk ragu, membuat senyuman hangat Jungkook berubah menjadi senyuman antusias.

"Aku mencintaimu, hyung!" ucap Jungkook sambil mencium kening Jimin pelan. Membuat pipi si mungil terasa menghangat.

***

"Apa yang saja yang kami lewatkan?"

Jungkook menoleh ketika mendengar suara Namjoon menginterupsinya. Ia tersenyum sedikit sembari tangannya membenarkan menyelimuti sang kekasih yang kini sudah terlelap. Lalu ia duduk di sofa kamar Jimin dan menatap seluruh hyungnya yang baru saja tiba di rumah sakit.

"Tidak ada." ucap Jungkook masih dengan senyumannya.

Yoongi mendelik, "Senyummu seperti psikopat. Jelas ada sesuatu."

Jungkook terkekeh mendengar ucapan sarkas Yoongi. Apa ia terlihat semenyeramkan itu? Senyumnya terbentuk secara refleks karena hatinya sedang berbunga-bunga setelah kejadian 'penembakan Jimin' beberapa jam lalu.

"Hyung. Apa reaksi kalian jika dua dari member kita berpacaran?"

Pertanyaan itu jelas langsung membuat seluruh member paham dengan perkataan sang maknae. Mereka menatap Jungkook dengan tatapan menggoda.

"Baru kami tinggal sebentar sudah ada yang jadian. Ck." ucapan Yoongi mengundang tawa semua orang.

Namjoon menatap adiknya itu, "Akhirnya. Aku kira akan selamanya kau menyembunyikan perasaan mu itu."

"Yak. Aku juga tidak percaya. Jungkook sungguh berani."

Seluruh member terlihat sibuk menggoda sang maknae hingga tidak menyadari bahwa ada 2 member lain yang sedari tadi diam.

Taehyung yang tersenyum kecut mendengar semuanya,

dan Seokjin yang menatap Taehyung prihatin.

Seokjin meringis menatap wajah sendu Taehyung kan masih sedikit tertutupi oleh senyum kotak kakunya. Lalu ia berdiri, berusaha mengalihkan Taehyung.

"Sudah-sudah. Lihat pipi Jungkook sudah seperti tomat." ucap Seokjin, "Aku ingin membeli camilan. Taehyung, ayo temani aku!"

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

TBC.


j i k o o kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang