1000 words gais. Panjang nih.
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
Suasana mencengkam terbangun ketika tidak ada satupun yang mengeluarkan suara. Bukan menyeramkan memang, tapi aura ketegangan seorang Jeon Jungkook membuat suasana makin kaku.
"Mengapa kau sendirian?"
Jungkook menoleh setelah akhirnya Chanyeol membuka mulut duluan, "Member lain sedang menjaga Jimin. Kau sendiri, hyung? Mengapa kau tidak kelihatan di kamar Jimin?"
"Aku sudah berjam jam di kamar Jimin tadi. Namun sepertinya kau belum sadar pasca pingsan mu." jelas Chanyeol, "Aku baru saja menyelesaikan administrasi operasi Jimin dan merasa sedikit mengantuk jadi aku kesini."
Jungkook hanya beroh ria atas jawaban untuk penjelasan Chanyeol. Dan terjadilah keheningan lagi setelahnya.
5 menit lamanya mereka lewati hanya saling terdiam. Bedanya Chanyeol terlihat sangat tenang, sambil sesekali menyeruput kopi panasnya dengan pandangan kearah luar minimarket-menikmati pemandangan orang berlalu lalang.
Sedangkan Jungkook merasa kaku dibuatnya. Ponselnya ia masukkan lagi ke sakunya karena merasa canggung. Ia menyeruput iced coffee nya sedikit demi sedikit.
"Kau makin besar ya, Kook." ucap Chanyeol tanpa berhenti memandang keluar jendela. "Terakhir kita bertemu? Eum, 2 tahun lalu? Kau masih tidak jauh dari adikku."
Jungkook hanya terkekeh. Sungguh ia tidak memiliki topik untuk dibicarakan pada kakak dari pujaan hatinya ini. Sebenarnya sih banyak, pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui Jimin lebih dalam sudah berputar di otaknya sejak lama. Ini kesempatannya.
"Apa yang ingin kau tanyakan tentang Jimin?" lugas Chanyeol ketika melihat Jungkook hanya membuka tutupkan mulutnya seperti ikan.
Jungkook menatap pria didepannya ngeri, takut jika Chanyeol adalah cenayang.
"Jimin sering sekali menceritakan tentang dirimu di telfon atau saat kami bertemu," ucap Chanyeol sembari menatap Jungkook, "Ia sudah tau banyak tentangmu. Sekarang apa yang kau ingin tau darinya?"
"Jimin menceritakan tentangku?" tanya Jungkook heran. Hatinya wa-was, apakah hyung Jimin mengetahui tentang hubungan ia dan Jimin?
Chanyeol menatap wajah tegang Jungkook sembari terkekeh, "Aku tahu semua tentang adikku sampai ke titik terkecilpun. Perasaan adikku padamu? Tentu aku mengetahuinya. Jimin sangat jujur padaku."
Jungkook hanya manggut-manggut menatap Chanyeol yang sudah kembali mengalihkan pandangannya.
"Jadi.. sejak kapan Jimin hyung punya penyakit itu?"
Chanyeol beralih menatap Jungkook dan menghela nafasnya pelan, "Hampir 3 tahun lamanya. Tapi kira-kira segitu. Tanda-tanda awalnya dimulai 3 tahun lalu."
"Bagaimana bisa tidak ada satupun member atau pihak agensi yang mengetahuinnya?" sambar Jungkook langsung. Jika penyakit itu sudah 3 tahun, harusnya setidaknya ada staff yang mengerti keadaan Jimin setelah berpuluh puluh atau bahkan ratusan kali kejadian Jimin kambuh seperti ini.
"Staff sebenarnya mengetahuinya." jawab Chanyeol, "Ah tidak semua. Tapi hampir sebagian staff tahu."
Jungkook menekuk alisnya, "Lalu mengapa member tidak?"
"Hah.. Jungkook. Kau seperti orang yang baru kenal Jimin sehari saja." ucap Chanyeol sambil tersenyum tipis. "Jimin tentu tidak akan memberitahu kepada member lain. Ia mengaku padaku jika ia takut akan dilihat lemah. Ia tidak ingin kerjanya dikurangi karena penyakitnya. Ia tidak mau orang khawatir padanya. Bahkan seharusnya para staff tidak mengetahuinya sampai saat manajer kalian tidak sengaja mendengar obrolan Jimin bersama dokter Lee. Sejak itulah Jimin mau terbuka, namun hanya pada manajer, itupun dengan setengah hati tentunya."
Jungkook termenung, 3 tahun dan ia baru mengetahuinya sekarang. Bahkan para member pun juga. Sangat-sangat tidak masuk akal. Maksud Jungkook, 3 tahun jelas bukan waktu yang singkat. Tentu penyakit itu sudah sangat parah hingga akhirnya Jimin operasi sekarang.
"Kau tau?" Jungkook yang tadinya sedang melamun langsung mengalihkan atensinya pada Chanyeol, "Jimin adalah orang yang sangat kuat, namun sangat lemah disaat yang bersamaan."
Jungkook memasang telinganya lekat-lekat mendengar ucapan Chanyeol, "Aku yakin adikku banyak menjadi tempat cerita teman-temannya. Tidak hanya dari bangtan saja. Terkadang aku suka melihat ponsel Jimin berdenting hanya karena notifikasi dari Sungwoon, Taemin, bahkan Kai. Akupun yakin kau dan Taehyung menjadi salah satu dari banyaknya pasien curhat yang dimiliki Jimin."
"Tapi kalau kau tahu, Jimin itu sangat sangat lemah." ucap Chanyeol sambil mengalihkan tatapannya dari Jungkook, "Ia sangat lemah. Bedanya ia bukan anak yang bisa berbagi kelemahannya."
"Semenjak ayah dan ibu kami meninggal, ia memang terlihat lebih kuat dariku. Bahkan ia merawatku dengan baik saat aku sakit karena terlalu lama terpuruk atas meninggalnya appa dan eomma." Chanyeol tersenyum mengingat adik yang paling ia sayangi itu. "Namun aku tau ia tidak sekuat dari luarnya."
"Saat aku pulang malam dari kantor, tak jarang aku mendengar suara isak tangis Jimin. Benar-benar memilukkan sampai aku sendiri frustasi mendengarnya." Lelaki berlesung pipit itu mengetukkan jarinya di meja, "Paginya aku pikir ia akan cerita mengapa ia menangis. Namun yang aku dapat hanya senyuman manisnya juga sapaannya yang benar-benar ceria."
"Sejak saat itulah aku tau, bahwa adikku adalah seseorang yang spesial." Jungkook ikut tersenyum, "Ia tidak pernah berbagi sakitnya. Tuhan sedang bahagia ketika menciptakannya sehingga ia memiliki mental yang begitu kuat."
"Di keadaan paling terpuruk pun, saat aku kecelakaan mobil 1 tahun silam. Aku ingat sekali perawat rumah sakit berkata Jimin menangis frustasi." Chanyeol lagi lagi tersenyum teduh, "Tapi disaat ia sedang jatuh-jatuhnya, ia masih saja mengurus Baekhyun yang saat itu demam karena shock oleh kabarku kecelakaan. Bahkan adikku rela terus terusan balik ke rumah sakit dan rumah Baekhyun demi aku dan istriku itu."
Chanyeol kini menatap Jungkook. Lelaki kelahiran 97 itu terkejut karena melihat segumpul air mata sudah berkumpul diujung mata Chanyeol.
"Jungkook.." Chanyeol mendekatkan dirinya pada Jungkook, "Aku bukan sandarannya yang ia pilih untuk mendengar setiap ceritanya."
"Aku memang hyungnya, tapi ketika ia sedih aku tidak selalu tau apa yang terjadi." Chanyeol tersenyum, "Dan mendengar Jimin selalu membicarakkan mu, aku semakin yakin bahwa Jimin akan bahagia karena ia pasti bersedia membagi sedihnya padamu."
"Jadi kumohon Jungkook, aku bersimpuh pada mu untuk ini." Chanyeol menatap Jungkook lamat-lamat, "Tolong jangan berhenti menjaga Jimin. Tolong jangan mengecewakannya. Karena kau satu-satunya orang yang selalu ada disampingnya ketika aku tidak ada."
Chanyeol mendadak terkekeh, "Awalnya kukira adikku jatuh cinta pada Taehyung, kedekatan mereka sangat terlihat."
"Tapi tidak kusangka, ternyata ia memilihmu. Dan aku tidak pernah ragu pada pilihannya karena ia selalu tau apa yang terbaik." Jungkook terdiam, "Jadi Jungkook, jagalah Jimin untukku selagi aku tidak disampingnya. Berilah ia sandaran ketika ia membutuhkan tumpuan. Aku menyerahkan bahagia adikku sepenuhnya padamu karena ia memilihmu."
Tanpa sadar Jungkook berkaca-kaca, mengulurkan tangannya yang langsung dijabat kuat oleh Chanyeol. Dengan tegas ia mengangguk, tersenyum bangga karena Jimin adalah bahagianya sekarang.
Ia, dan Jimin akan bahagia.
Bersama.
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
j i k o o k
Fanfictionenjoy your trip with dramatic jikook journey *sips tea* | written in bahasa ©astr0child, 2019.