[34]

2.3K 199 5
                                    

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Jungkook kelimpungan.

Ia tidak berani meninggalkan kasur barang semenit pun. Kerjaannya hanya duduk ditepi tempat tidur, menatap kekasihnya yang seakan pingsan karena tertidur terlalu lama. Jimin memang memejamkan matanya terus menerus, karena jika ia membuka matanya pening seakan menjadi batu besar yang menghantam kepalanya. Membuatnya mau tidak mau terus berdiam diri di kasur, tertidur.

Jungkook merawat kekasihnya siang malam. Bahkan rela tidak ikut makan bersama dan memilih untuk makan dikamar, sambil tetap mengawasi Jimin walaupun ia sendiri sibuk dengan kegiatan rutinnya. Semua ia lakukan dikamar Jimin, tentunya sambil sesekali memperhatikan lelaki mungilnya. Olahraga, mandi, makan, bermain game. Seakan-akan Jimin akan hilang jika ia tinggal sedikit saja. Dan Jungkook sudah seperti orang pindahan kamar, karena hampir seluruh barangnya ada dikamar Jimin sekarang.

Bajunya, barbel, PS lengkap dengan stiknya, laptop, dan segalanya berpindah dikamar Jimin. Bahkan Hoseok ia suruh sepenuhnya bertukar kamar sementara dengannya, walaupun tanpa Jimin sakit pun Jungkook sudah sering bernegosiasi dengan roommate Jimin itu agar ia mau merelakan kamarnya dikuasai oleh pasangan muda berikut.

Dan sekarang Jungkook hanya bermain nintendo switch nya sambil duduk di sofa yang ada dikamar Jimin. Ia tidak berani duduk dibangku sebelah Jimin, dimana ia biasa berada. Takut suara mesin game tersebut membuat kekasihnya terganggu.

Gerakan tangannya berhenti ketika telinga tajamnya mendengar isakan halus. Langsung saja kepalanya mendongak, menatap tubuh Jimin yang sesengukan walaupun posisinya berbaring. Tangannya refleks melempar mesin game yang masih menyala itu, lalu menghampiri kekasihnya dengan panik. Ia mendudukan tubuhnya sendiri dipinggir kasur, mengusap usap wajah kekasihnya yang terlihat menangis.

"Hey, hey sayang. Mengapa menangis hm?" ucap Jungkook lembut, dengan tangan yang mengusap air mata Jimin.

Sedangkan sang empu hanya mampu melirik Jungkook tanpa bisa menggerakkan tubuhnya, "Hiks.. p-pusing, Kookie. Hiks.."

Jungkook yang melihat pergerakan tangan mungil kekasihnya ingin meraih tangannya sendiri langsung saja mendekatkan lengannya pada tangan Jimin. Dan sedetik kemudian kulit hangat Jimin terasa karena kini lengan kekarnya dipeluk oleh mochi kecil itu.

Jungkook memposisikan dirinya berbaring, lalu menarik Jimin ke pelukkannya. Jarinya masih setia mengelus kening Jimin lembut, berharap pusing di kepala Jimin hilang. Sedangkan sang empunya sendiri terus mengadu pusing kepada dominannya itu.

"Shh.. tenang sayang.. nanti hilang.." bibir tipis Jungkook mengecup dahi Jimin sambil merapalkan kata kata penenang. Tak sampai lima menit, suara dengkuran halus terdengar. Menandakan Jimin kembali tertidur karena Jungkooknya sudah menghilangkan pusingnya.

***

"Jadi Jimin sakit karena itu?"

"Iya, Hah.. ia terjaga hingga pukul 6 pagi untuk membaca komentar itu. Benar-benar rekor untuknya. Apalagi terjadi setelah konser, jelas tubuhnya melemah."

j i k o o kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang