[17]

4K 317 4
                                    

warn; beberapa chap kedepan akan berisi lumayan banyak vmin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warn; beberapa chap kedepan akan berisi lumayan banyak vmin. maaf kalau sedikit belok but dont worry karena di akhirnya akan balik seperti semula.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Taehyung menatap kosong kearah halaman luas dorm. Ia bersandar pada pembatas balkon. Helaan nafas lelah keluar dari mulutnya beberapa kali. Lamunannya begitu fokus, hingga tak menyadari bahwa Jimin sudah berdiri dibelakangnya, menatap punggung Taehyung dengan tatapan sulit diartikan.

Jimin datang langsung ke kamar Taehyung karena ia tidak melihat Taehyung saat ia baru sampai di dorm setelah kembali dari rumah sakit siang tadi. Ia baru saja pulang setelah 5 hari menginap di rumah sakit karena kembali kambuh.

Tubuh Taehyung menegang saat merasakan tangan yang mengusap tubuhnya. Ia tau siapa ini. Selama ini yang berani masuk kedalam kamarnya tanpa mengetuk hanya satu orang-Park Jimin.

Lantas ia merubah raut sendunya sambil membalikkan tubuh menghadap sepenuhnya kearah Jimin. Ia menatap Jimin dengan tatapan hangatnya. Matanya sekilas melirik jam yang ada dikamarnya, ini sudah pukul 2 malam. Taehyung hanya berasumsi bahwa Jimin terbangun.

"Ada apa, Jimin?"

Jimin duduk di kursi balkon disamping Taehyung, ikut menatap bulan yang bersinar dengan terangnya, "Tidak apa. Aku hanya rindu wajahmu. Aku belum melihatmu dari tadi siang."

"Jelas kau merindukan Kim Taehyung yang tampan ini, Jim." ucap Taehyung bergurau sambil tertawa, berusaha mengalihkan pikirannya dari hal yang sejak 5 hari lalu.

Jimin tersenyum miris mendengar tawa Taehyung yang terdengar hambar ditelinganya, "Taehyung. Kau.. tak apa?"

Taehyung menghentikan tawa kecilnya, menatap intens ke mata Jimin sebelum kembali terkekeh. "Kau ini kenapa? Jelas aku baik-baik saja Jimin."

"Kau berbeda, Taehyung."

Jawaban spontan Jimin kembali membuat wajah Taehyung kembali berubah. Ia merapatkan bibirnya, mengalihkan matanya kearah bulan.

"Aku tidak tau, Jimin.."

"Aku tidak tau. Apakah aku baik-baik saja ketika pujaan hatiku mencintai orang lain."

"Aku tidak tau. Apakah aku baik-baik saja ketika aku sadar bahwa aku harus merelakannya."

"Aku tidak tau. Apakah aku baik-baik saja ketika aku harus melupakannya."

Jimin reflek memegang baju Taehyung, menatap wajah Taehyung yang kini sudah meneteskan air mata. Ia mengusap pipi Taehyung yang kian basah.

"Jimin, pernahkah kau mencintai sahabatmu sendiri?"

Pertanyaan Taehyung membuat Jimin menatap Taehyung dalam, "Pernah."

"Apakah terbalas?" tanya Taehyung lagi.

Jimin hanya mengendikkan bahunya, "Aku tidak tahu. Aku tidak mengerti tentangnya."

"Aku.. mencintai seseorang. Ia belum dimiliki orang lain. Tapi aku tau ia mencintai orang lain. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Taehyung lirih. Ia tidak tau harus bertanya dengan siapa.

"Perjuangkan saja." jawab Jimin, mengelus wajah Taehyung. "Ia belum dimiliki orang lain, perjuangkan saja, Taehyung."

"Tapi ia mencintai orang lain, Jim." jawab Taehyung.

Jimin tersenyum, "Buatlah ia mencintaimu kalau begitu."

Taehyung hanya menatap mata Jimin yang sedang sibuk menata rambutnya. Sejenak ia terdiam, memikirkan kata-kata Jimin.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

TBC.

j i k o o kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang