~~~ Happy Reading ~~~
😈😈😈
⬇⬇⬇Tanjiro merasa penasaran dengan ketiga pengikut Miya itu. Karna penasarannya, dia langsung pergi kearah mereka.
"Anu? Permisi, apa kalian bertiga sedang sibuk?" tanya Tanjiro.
"Kami sedang tidak sibuk, kenapa kau bertanya seperti itu Tanjiro?" jawab Ichi dengan nada yang lembutnya.
"Aku ingin bertanya, kenapa kalian bisa hidup? Padahal kalian ini kan boneka?" tanya Tanjiro lagi.
"Kami memang boneka tetapi berkat perasaan nona Miya, juga dengan teknik darah iblisnya sehingga kami bisa ada disini." jawab San dengan wajah datarnya.
"Perasaannya? Teknik darah iblis? Aku tidak mengerti?" ucap Tanjiro yang sama sekali tidak mengerti.
"Salah satu dari teknik darah iblis nona Miya adalah dapat menciptakan sesuatu menjadi hidup dan memiliki jiwa, layaknya kami bertiga." jawab Ni dengan wajah sedihnya.
"Aku terlahir dari rasa senang nona Miya," ucap Ichi.
"Aku terlahir karna rasa sedih nona Miya," ucap Ni.
"Aku lahir dari sisi pendiam nona Miya," ucap San.
Tanjiro menganggukkan kepalanya dan paham kalau ketiga pengikut Miya itu, terlahir dari masing-masing dari perasaan Miya.
Di tempat Miya berada
Miya menatap bulan purnama yang bersinar terang diatas kepalanya. Miya kembali melanjutkan perjalanannya dengan melompati satu per satu dahan pohon. Dengan penciuman tajamnya, membuat dia dengan mudah mengetahui dimana keberadaan para iblis yang ada disekitar tempat yang akan dia lewati.
Miya berhenti di sebuah desa dan berdiri diatas atas salah satu atap penduduk. Mata merah iblisnya melihat ada seorang anak laki-laki, yang sedang melindungi seorang gadis kecil yang tidak sadarkan diri. Penduduk desa itu melempari mereka dengan batu kerikil.
Melihat hal tersebut, membuat emosi Miya menjadi naik sampai ke ubun-ubun. Dengan kecepatan iblisnya, dalam sekejap mata muncul di depan kedua anak itu.
"Ada iblis lainnya!" teriak salah satu dari penduduk tersebut.
Miya mengeram marah dan mengaktifkan teknik darah iblisnya.
"Teknik darah iblis : hutan kristal!"
Hutan kristal adalah salah satu teknik darah iblis yang dimiliki oleh Miya, yang memunculkan kristal-kristal dari tanah dan kristal tersebut akan meninggi dalam waktu sekejap mata layaknya sebuah pohon. Target yang ada berada diatas tempat dimana hutan kristal itu, akan mati dengan tertusuk.
Miya menatap datar kearah mayat-mayat penduduk yang tertusuk oleh kristal miliknya. Dia berbalik kebelakang dan melihat kedua anak tadi, sedang gemetar melihat kejadian tersebut. Anak laki-laki itu adalah seorang manusia sedangkan anak perempuan itu adalah seorang iblis.
"T-tolong jangan sakiti kami." mohon anak laki-laki itu kepada Miya.
"...."
Miya hanya terdiam, lalu menaruh kedua tangannya diatas kepala kedua anak itu.
"Tenang saja nak, aku tidak akan menyakitimu lagipula aku tidak memiliki niat untuk memakanmu juga gadis kecil itu." jawab Miya dengan tersenyum kecil.
"Terimakasih banyak, sudah mau melindungiku juga adikku ini."
"Iblis itu adikmu? Apa dia tidak memakanmu?" tanya Miya yang bingung.
"Adikku ini iblis unik, dia tidak memakan manusia melainkan sesama iblis." jawab anak laki-laki itu.
"Apa kau ingin menjadi seorang pemburu iblis? Juga ingin adikmu kembali menjadi manusia?"
Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Melihat respon anak tersebut, membuat Miya senang.
"Oh iya, dimana orang tua kalian?"
"Orang tua kami sudah meninggal 2 bulan yang lalu karna penyerangan iblis."
"Apa kalian mau ikut denganku? Tenang saja, aku ini iblis baik."
"Tentu saja kami mau!"
"Jadi, nama kalian siapa?"
"Namaku Rei dan adikku ini namanya Reina." jawab Rei dengan tersenyum lebar.
"Baiklah Rei, mulai sekarang aku yang akan mengurusmu juga Reina dan namaku Miya."
"Terima kasih banyak mama," ucap Rei yang senang.
Miya sedikit terkejut dengan perkataan Rei, yang mengatakannya sebagai mamanya. Miya menggendong tubuh Reina sedangkan Rei, memegang ujung baju Miya. Dengan menggunakan teleportasinya, mereka pergi menuju ke tempat para pemburu iblis.
~~~ Bersambung ~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Older Sister of Kibutsuji Muzan ✔️
RandomBaca aja #2 - Kibutsuji (8 Desember 2020)