" Zahira aku pulang dulu ya."
"Iya hati hati ya."
"iya za"
Dara pun pulang, rasanya sangat sunyi, aku kembali dengan kesediahan ku.
Pov"zahira
"Aku rindu sosok ayah, aku ingin ayah bersama ku dan ibu, hidup dengan harmonis dan lengkap."
"Tapi kapan masa masa itu akan datang."
"Tak mungkin semua akan bisa seperti itu."
"ayahh zahira ingi mainn, zaihira ingin es cream, ayo cari Zahira"
"zahira rindu ayah"
* * *
"Zahira," panggil seorang wanita yang berada di ruang makan.
"Iya bu."
"Sini turun kita makan nak."
"Iya bu."
Aku segera turun dan duduk di sebelah ibu.
"Ayo kita makan bareng, udah lama ibu ga makan bareng sama kamu."
"Iya bu."
Aku dan ibu makan bersama, aku mengingat semua nya waktu aku masih bisa makan dengan dengan ayah dan ibu, tak terasa air mata ku pun menetes.
"Zahira."
"Iya bu."
"Kamu kenapa menangis."
"Tidak apa apa bu."
"Pasti kamu kangen ya sama ayah."
"Tidak bu," zahira berbohong karena dia tak ingin ibunya sedih.
"Zahira maafkan ibu,"
"Sudah lah bu."
"ibu ga bermaksud kok buat kamu sedih"
"zahira bahagia bu, ternyata ibu masih ingat dengan kenangan ini"
"iya ibu rindu kita makan bersama"
"zahira juga rindu bu hiks.. "
"iya zahira"
"jangan pernah lupain kenangan indah ini ya bu"
"iya sayang"
"ibu zahira ingin bahagia bersama ibu, ingat kan ucapan ibu waktu ayah pamit"
"iya nak ibu ingat, ibu bakalan bahagiain kamu"
'makasih ya bu"
"untuk apa kamu berterimakasih"
"karena zahira bersyukur hanya ayah saja yang pergi bukan ayah dan ibu"
"iya sayang"
"zahira sayang sama ibu"
"iya nak ibu juga"
"jangan lupa ya bu"
"iya ibu ga akan lupa"
Hati gadis itu sedikit bahagia walaupun bahagia nya tak sepenuhnya, setidaknya ibunya mengingat semua kenanagn ini, gadis itu semakin yakin bahwa ibunya akan membuatnya bahagia, karena ibunya sudah berjanji waktu itu, gadis itu percaya apa yang ibunya ucapkan waktu bakalan benar benar terjadi.
Maaf ya chapter kali ini tidak panjang
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN HOME
Kurgu OlmayanAku bisa tertawa berpura pura, namun kehancuran yang aku alami tak akan pernah bisa berakhir. Seorang gadis bernama Zahira merasakan penderitaan itu.