👑 13 - Thank You Clark

219 36 3
                                    

Aku tidak tahu alasan dia datang ke dalam hidupku. Tapi, aku sadar. Aku nyaman bersamanya.
👑

Akhirnya, Audrey sampai juga ke rumahnya. Di karpet bulu kamarnya, Audrey menghempaskan tubuhnya yang lengket karena keringat itu. Diliriknya pojok kamarnya, tempat di mana laki-laki berbola mata hijau gelap itu berdiri semalam.

Matanya berpindah tatap ke langit-langit kamarnya. Kedua tangannya menjadi bantal untuk kepalanya. Susah emang, melupakan kejadian semalam. Laki-laki itu tiba-tiba menghilang. Lagi-lagi Audrey dihadapkan dengan kejadian gila. Selanjutnya, apalagi yang akan terjadi?

Audrey bangkit berdiri setelah lelahnya hilang. Menatap ke arah jam yang menempel di dinding kamarnya. Sudah sangat telat untuk ke sekolah. Hari ini dia dan Clark sama-sama tidak masuk sekolah. Dia mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi. Membersihkan dirinya.

Usai mandi, Audrey mengenakan kaos lengan pendek warna abu-abu dipadukan rok hitam selutut. Rambutnya sudah tersisir. Langkahnya membawanya keluar kamar menuju dapur bertepatan dengan ketukan pintu rumahnya. Pasti itu Clark. Dan benar saja. Itu Clark, tangan cowok itu menenteng kantong kresek yang isinya entah apa.

"Kau belum sarapan, kan? Aku baru saja membeli sarapan untukmu," ucap Clark sembari masuk ke rumah Audrey walau sang empunya rumah belum menyuruhnya masuk.

Menutup pintu, Audrey mengikuti Clark yang berjalan ke arah meja makan. Duduk berhadapan, lalu mulai menyantap sarapan yang waktunya terbilang telat itu. Hening. Hingga sarapan keduanya habis.

Audrey menatap ke arah Clark. Awalnya ragu. Tapi, setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya dia berterima kasih pada Clark. "Clark!"

"Hm, why?"

"Makasih," ucap Audrey tulus.

"Sama-sama." Lesung pipit Clark terlihat, senyum tulusnya begitu manis. "Oh, iya. Omong-omong, ucapan terima kasihmu ini karena apa? Karena aku menyematkanmu atau karena pelukan hangat dan bahuku yang begitu nyaman ini?"

Tatapan tulus Audrey berganti menjadi tajam. Clark tidak bisa diseriuskan. Eh. Serius dalam artian lain, ya, maksudnya! "Mulai lagi sifatmu itu! Ckckck, kau selalu membuatku kesal Clark."

"Kesal-kesal tapi kalau aku tidak ada kau pasti rindu, kan?"

"Cih, pede sekali kau Clark! Aku tidak akan pernah merindukan orang seperti kau kalau kau tiba-tiba pergi."

"Hahaha. Aku pegang ucapanmu." Sedetik kemudian raut wajah Clark berubah. Ada raut kesedihan di sana. "Berjanjilah. Kau tidak boleh rindu padaku, ya?"

👑

"Kau dari mana saja, Clark? Kenapa tadi pagi kau tiba-tiba menghilang? Audrey juga tidak masuk sekolah hari ini. Bangku kalian sama-sama kosong. Anak-anak sekelas pada curiga. Apalagi karena Audrey tetanggamu. Kau tahu tidak? Gara-gara kalian tidak ada, aku harus sarapan di luar. Gara-gara kalian, aku tidak bisa berhemat. Padahal aku sedang menabung biar bisa traktir makan cewek cantik. Cih. Aku kesal padamu Clark." Kai menumpahkan kekesalannya kala mendapati Clark yang sedang selonjoran di sofa ruang tengah. Seragam sekolah melekat di tubuh Kai, dia baru pulang sekolah.

"Duduk dulu!" Clark menunjuk sofa tunggal. "Ada sesuatu yang perlu kau tahu."

"Baiklah." Kai menaruh tas yang tadinya tersampir di bahunya ke meja. "Apa yang ingin kau bicarakan denganku? Kau mau membicarakan tentang kau yang baru pulang jalan-jalan bersama Audrey? Apakah menyenangkan?"

Clark kesal sendiri dengan ucapan Kai yang terus menebak-nebak tanpa tahu yang sebenarnya terjadi. "Aku sedang tidak bercanda, Kai! Bisa bicara serius tidak?"

Kai terdiam. Kentara sekali wajah Clark kesal. Pun tidak terlihat ingin bercanda. Jadi, dia pun ikut serius. "Baiklah. Mulai saja! Kau mau bicara tentang apa?"

Clark mengubah posisi duduknya. Lalu mulai bercerita tentang kejadian semalam pada Kai secara detail.

Kai agak terkejut mendengarnya. Dia mulai merasakan sesuatu yang tidak enak. Dia yakin, pasti ada seseorang yang sedang mempermainkan Clark, melalui Audrey. "Sekarang Audrey baik-baik saja, kan?"

Clark mengangguk.

"Kau tahu siapa yang melakukan itu?" heran Kai.

Clark ragu untuk mengangguk. Tapi, jujur saja dia mulai menaruh rasa curiga pada seseorang. "Kau tidak lupa kan, Kai? Indera penciumanku ini bagus."

"Iya, aku tidak mungkin lupa." Kai percaya pada Clark. "Jadi, siapa yang kau curigai?"

"Aku sempat mencium baunya di tubuh Audrey." Clark menatap ke arah bola mata Kai.

"Dia, juga berasal dari tempat yang sama dengan kita," lanjut Clark.

👑

Genggaman tangannya pada pulpen melonggar. Semakin longgar dan pulpen terjatuh ke buku tulisnya. Tidak berniat lanjut menulis ringkasan pelajaran geografi yang harus dikumpul besok. Dia perlu beristirahat sejenak. Nanti malam dia akan melanjutkan tugas sekolahnya itu.

Dari meja belajarnya, dia bangkit berdiri. Mendekat ke arah jendela kamarnya. Membuka jendela, tangannya bertopang di kusen jendela, dan matanya tanpa diperintah menatap ke arah jendela kamar Clark.

Clark itu, hobinya menyelonong masuk ke rumahnya. Dan sekarang, bagaimana bisa Clark juga mulai menyelonong masuk ke dalam pikirannya? Jujur, ada rasa aneh di hatinya.

Sudah berkali-kali Clark membuat jantungnya berdebar kencang. Clark seperti sosok pahlawan, menolongnya tadi malam, belanja bahan makanan untuknya dan juga membuat ayunan untuknya. Senyum manis serta lesung pipit Clark. Entah sejak kapan, tentang cowok itu, dengan tidak diundangnya hadir dalam pikirannya.

Matanya yang masih menatap ke arah jendela kamar Clark terbelalak kala tiba-tiba jendela kamar itu juga terbuka. Sebuah lambaian tertuju padanya.

"Kau kenapa menatap ke arah kamarku? Kau sedang mengintipku ganti baju, ya? Wah, gawat kau Audrey!" teriak Clark yang berisi candaan semata. Faktanya dia sedang tidak berganti pakaian. Hanya saja dia memergoki Audrey yang menatap ke arah kamarnya. Jadi, sekalian saja dia menggoda Audrey. "Audrey, kau rindu padaku, ya? Padahal tadi pagi katamu kau tidak akan rindu padaku. Dasar kau ya!"

Sial, Audrey tertangkap basah menatap ke arah kamar Clark. Sialnya lagi dia dituduh mengintip cowok itu. Karena kesal, Audrey cepat-cepat menutup jendela kamarnya. Gorden pun ikut dia tutup.

"Hei, Audrey! Kau ngaku saja! Hahahaha," tawa Clark kala Audrey menutup jendela. Dia yakin kalau Audrey masih mendengar ucapannya.

"Audrey! Kau tidak perlu bersembunyi seperti itu. Hayo, tanggung jawab kau! Kau sudah mengintipku."

👑

Saya tunggu komentar dan votenya ya? See you next part 😉 Thanks for reading😊

Oh iya, jangan lupa jaga kesehatan ya kawan-kawan.

By Warda, hanya seorang penulis amatir.

111 Days [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang